Bye-bye Gavin . . .
🍰🍰🍰Gavin menghampiri Diana yang tampak hampir menitikkan matanya. Ugh, rasanya Gavin nggak penge pergi ngelihat Bundanya yang kayak nggak ikhlas gitu kalau Gavin pergi.
" Bun, jangan nangis. Gavin nggak usah pergi ya kalau gitu." ucap Gavin.
Bermaksud sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Iya, satu pulau pertama agar Bundanya berhenti menangis. Pulau kedua agar Gavin nggal perlu repot-repot mempersiapkan otaknya yang kemungkinan nantinya akan cepat panas karena harus dibuat mikir keras masalah bagaimana mengatur manajemen perusahaan. Yah mau bagaimana? Dengan segala tidak kerelaan hati, Gavin untuk pertama kalinya akan mengakui bahwa kapasitas otaknya yang kecil itu akan cukup berat bila menerima tanggung jawab dan beban sebesar itu. Dan yang terakhir, pulau ketiga, Gavin nggak perlu LDR sama Aluna.
Yah emang sih, Gavin nggak punya status apa-apa sama Aluna kecuali sahabat, yang tanpa gadis itu sadari bahwa itu hanya kedok semata agar Aluna apa-apa tuh mau cerita ke Gavin. Baik soal apapun yang ia hadapi. Termasuk apabila Aluna punya cowok idaman lain. Biar Gavin bisa gercep gitu.
Iya, gerak cepat buat menjalankan misi nya menghancurkan hubungan Aluna dengan cowok idaman lain. Agar Aluna jomblo sampai Gavin bisa lulus dengan tes yang diberikan oleh Ayahnya selama 5 tahun.
Licik? Nggak kok. Itu namanya cerdas kalau kata Gavin.
Lebih baik ngelepasin Aluna dan cari cewek lain yang lebih oke daripada dia? Gavin mah bosen sama yang cantik yang hatinya busuk macam Fio. Apalagi yang manja nggak jelas. Rasanya Gavin tuh udah muak menghadapi cewek sebangsa Fio yang meskipun cantik, dan bagaimana pun Gavin mencobanya, jantung Gavin tak pernah berdetak dua kali lebih cepat saat bersama mereka.
Lepasin Aluna dan biarin Aluna bahagia dengan cowok idaman lain? Sorry, kalau kata Gavin mah, dia bukan penganut aliran yang seperti itu.
Kalau pun Gavin sempat, meski hanya beberapa detik, berpikir mengikhlaskan Aluna bersama kakaknya, itu adalah kesalahan terbesar otak Gavin karena berani berpikir seperti itu. Begitu kata Gavin.
Karena dengan bangga, sambing menegakkan tubuhnya, Gavin akan berkata, " Nana, saya nggak akan lagi bilang semoga kamu bisa bahagia dengan yang lain ataupun saya yakin kamu bisa bahagia. Karena saya sekarang sadar bahwa kamu hanya bisa bahagia kalau cuma sama saya."
" Jangan gunain Bunda sebagai alasan. Bunda tuh bukan nangis sedih karena nggak rela ngelepas kamu. Tapi, Bunda itu nangis seneng." ucap Diana sembari menghapus linangan air mata yang ada di pipinya.
" Lah terus kenapa?" tanya Gavin.
" Bunda seneng aja. Kamu pergi. Bunda jadi nggak perlu marah-marah ke kamu setiap hari. Dan menyebabkan tiap detik keriput di wajah Bunda bertambah." jawab Diana yang membuat Gavin melongo seketika.
" Wah, ugh, hati Gavin kayaknya udah hangus saat ini. Nggak ada satu pun keluarga yang belain Gavin atau sedih saat Gavin mau pergi. Dari tadi semuanya pada ngungkit kejelekan Gavin dan bikin Gavin down." ucap Gavin sembari memegang dada nya, seolah organ tubuh nya ada yang hangus terbakar.
" Itu bagian jantung dek. Bukan hati, hati tuh di sini." Kak Abi menatap Gavin datar karena adiknya tersebut tak tahu malu sama sekali.
Yah bagaimana? Gavin mengucapkan hati, tapi yang ia pegang adalah area jantung. Masih mending kalau ini di rumah. Malu nya mungkin Gavin sendiri yang merasakannya. Tapi, ini kan ada di bandara. Dan banyak orang yang berlalu lalang. Jadi, yang ngerasain malu bukan Gavin saja. Begitu pikir Kak Abi.
" Iya, tau deh, yang bentar lagi lulus dari kuliah kedokteran lalu koas di rumah sakit," ucap Gavin dengan nada tak suka.
Pasalnya kakak nya tuh selalu aja bikin Gavin kesal. Gavin menebak, dimasa mendatang tak akan ada satu pun pasien yang mau di rawat oleh Kak Abi. Yah bagaimana? Pasti mereka bukannya sembuh dari sakitnya yang ada malah nambah penyakit kalau dokter nya itu Kak Abi.
Misalnya kayak penyakit stroke, jantung, darah tinggi, bahkan penyakit yang berhubungan dengan mental karena sikap Kak Abi yang super duper menyebalkan.
" Kamu mikirin kakak yang jelek-jelek ya," ucap Kak Abi saat melihat reaksi Gavin yang seperti orang tak dikasih makan satu bulan.
" Kakak mah suudzon mulu dasar," jawab Gavin sembari mengalihkan pandangannya dari Kak Abi menuju Diana.
" Jaga diri kamu baik-baik ya di sana," ucap Diana sembari mengusap kepala Gavin pelan.
" Ah bunda, Gavin malu." ucap Gavin saat diperlakukan layaknya anak kecil oleh Diana.
" Ngapain malu?" tanya Diana kesal terhadap putranya.
" Ya malu lah, tuh dilihatin anak kecil." jawab Gavin sembari menunjuk ke arah Rion yang berada kurang tiga meter darinya, anak kecil yang tadi menangis namun segera terdiam saat Risa mengusap pelan kepala adik lelakinya agar tenang dan menghentikan tangisnya.
Rion yang terpegok menatap Gavin yang sejak awal menarik perhatiaannya pun tersenyum lebar hingga memperlihatkan giginya yang ompong kala dirinya ditunjuk oleh Gavin.
" Kakak, kakak itu nunjuk ke arah Rion." ucap Rion membuat Risa seketika menoleh ke arah Gavin.
" Kakak itu lucu deh. Kayak anak kecil. Sama kayak rion. Tapi, tinggian kakak itu dibandingkan Rion." ucap Rion tak berselang lama kemudian, menimbulkan tatapan mata tajam Gavin karena secara tidak langsung Rion mengatai Gavin mirip seperti anak kecil yang bergigi ompong, Rion.
" Maafin adik saya ya," ucap Risa sembari menatap Gavin tak enak hati.
" Hem," jawab Gavin malas, mengalihkan pandangannya dari Risa.
" Kakak sini Rion bisikkin," ucap Rion menarik baju Risa pelan.
Risa pun segera menunduk, agar Rion dapat menggapai telinganya.
" Kakak itu lucu deh. Sama kayak Rion. Rion pengen kakak itu jadi suami kakak." ucap Rion polos.
Risa yang mendengar hal tersebut segera membulatkan matanya. Pasalnya adiknya terlalu banyak ikutan menonton sinetron saat mamanya menyetel sinetron drama cinta segitiga kesukaannya. Menyebabkan Rion sering bertanya dan berkata mengenai siapa pendamping Risa. Kapan Risa akan menikah. Dan apakah pendamping Risa nantinya akan menyukai Rion atau tidak.
" Dasar kamu ini, masih kecil bicaranya ngelantur." ucap Risa mencubit pipi Rion gemas. Tak berselang lama kemudian, ia melirik Gavin yang bercakap-cakap dengan keluarganya.
🍰 🍰
🍰🍰🍰🍰🍰
🍰🍰🍰
🍰" Perasaan gue aja apa gimana, ngapain sih tuh dua orang kayak ngelihatin gue dari tadi. Kenal juga kagak. Nggak mungkin kan kalau gue punya hutang." batin Gavin sembari menatap Risa yang langsung mengalihkan pandangan saat ia kepergok melirik Gavin.
nb : maaf ya, DKRB slow update. Karena selain ada tugas kuliahan, ada tugas buat ngeremake cerita sebelah yg gak bisa kutinggal sama sekali. TERIMAKASIH.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Kejar Rasa Baper (Complete)
Humor[ BOOK 1 ] #2 DALAM HUMOR ( 22/02/18 ) ℹPRIVATE ACAK. FOLLOW DULU AGAR BISA BACA FULL EPISODE ⚠ Cerita ini 99,9% Garing krik krik dan tidak bisa membuat kalian ketawa. ⏳Masih belum tamat/ masih terus update? ? Setiap chapter terdiri dari 1-750 words...