157🎶

3.3K 307 46
                                    

Saat Gavin pulang ke rumah, tapi di sambut sosok yang . . .
🎶🎶🎶

Gavin membuka pintu rumah dengan lemas, tangan kanannya bergerak sedikit mengendorkan dasi yang seolah mengikat kuat di lehernya.

Ah, rasanya Gavin saat ini tubuhnya hampir remuk beserta jiwanya. Ia seolah bisa merasakan hidup tapi mati seperti zombie itu kayak gimana.

Yah, bedanya cuma dikit, kalau Zombie itu kayak nggak ada keinginan untuk hidup. Yang dipikirin cuma makan mulu. Itu pun makanannya nggak enak, otak manusia mentah-mentah. Eh setelah makan lemes lagi, kayak orang linglung, buta arah nggak tahu jalan kemana. Cuma bisa mondar-mandir kesana dan kemari. Siapa tahu ada makanan nongol. Dan siklus itu akan berputar seperti demikian berualang kali layaknha roda.

Nah, kalau Gavin, kehidupannya di kantor terasa membosankan. Dateng, ngecek jadwal hari ini dia musti ngapain, ngecek dokumen penting, rapat, tanda tangan, dan lain sebagainya. Semua seolah begitu terkoordinasi. Lalu setelah selesai ia pulang untuk istirahat, dan besoknya harus ngantor lagi. Ugh, rasanya, Gavin sangat amat tidak menyukai hal ini.

Ah, rasanya Gavin begitu merindukan masa-masa SMA dia, SMP, bahkan SD. Dimana ia dapat bertingkah sesuka hatinya dan kehidupan yang terduga selalu menanti dirinya.

Dari Kalian mungkin ada yang sudah tahu mengapa Gavin tidak menyebutkan ia merindukan masa kuliah, atau mungkin juga sudah ada yang bisa menebak apa alasan Gavin merasa biasa-biasa saja dan datar.

Ya, tebakan kalian benar, itu tuh karena waktu kuliah Gavin selalu kebanjiran tugas. Belum selesai tugas yang satu, eh udah ketumpuk lagi sama dosen yang lain. Susah tidur. Capek. Eh tapi kadang dosennya nggak dateng. Padahal mata udah begadang ngerjain sampe rasanya persediaan kopi di rumah yang harusnya sebulan dihabisin sama Gavin.

Nggak sehat sih kalau kebanyakan kafein? Tapi yah mau gimana lagi? Gavin mah bisa apa atuh. Serba salah. Kalau nggak minum kopi, nanti mata bisa ngantuk terus nggak bisa begadang buat ngerjain tugas. Terus, kalau besoknya kalau dimarahin dosen dan nilai Gavin berkurang karena nggak ngerjain tugas gimana? Gavin sendiri kan jadi repot.

Tapi, kalau kebanyakan minum kafein pas perut Gavin yang tengah malam kadang suka kosong juga nggak baik buat kesehatan. Soalnya selain itu juga, Gavin itu punya penyakit magh.

Tuh kan, Gavin bener-bener serba salah.

" Baru pulang dek?" sambut Kak Abi yang menatap Gavin menyeret langkah kakinya, seolah ia benar-benar malas untuk menggerakkan kedua kakinya.

" Udah tau kok nanya," sengit Gavin malas sembari menatap kakaknya yang sedang bersender dengan jas snelli yang masih melekat pas ditubuh lelaki tersebut.

" Dasar, udah umur segitu masih aja nggak bisa ngomong baik. Pantes masih jomblo," balas  Kak Abi yang membuat Gavin yang sudah lelah pikiran karena memikirkan setumpuk dokemen di perusahaan yang masih harus diselesaikan dan juga lelah fisik karena terlalu banyak duduk pun akhirnya sekarang mengalami lelah jiwa.

Iya, lelah jiwa!

Tingkatan yang udah di atas lelah hati.

Karena ini benar-benar membuat jiwa Gavin seolah ingin menendenga pantat Kak Abi keras-keras untuk melampiaskan segala kekesalan yang merasukinya selama ini.

" Kenapa lihatin kakak kayak gitu? Pasti ngerencanain yang buruk sama kakak," ucap Kak Abi tepat sasaran.

Entah itu karena dia merupakan saudara Gavin jadi dia tahu apa yang dipikirkan oleh adiknya tersebut dengan jelas, ataupun karena Gavin menyiratkan pandangan licik kepadanya sehingga mudah tertebak, tidak ada yang tahu. Tanya saja kepada Kak Abi sendiri :p.

" Nggak, nggak apa-apa. Gavin cuma nggak nyangka, setelah bertahun-tahun wajah kakak masih aja tebal," dengus Gavin yang benar-benar tidak bisa mengendalikan kemarahannya saat ini.

Jangan salahin Gavin, dia memang sering marah ke kak abi, tapi tak pernah semarah ini. Apalagi saat ini fisik dan pikiran Gavin benar-benar tak mendukung. Karena banyaknya masalah yang harus ia hadapi dikantor hari ini.

Jadi, bagi Gavin, wajar saja apabila saat ini ia seketika tersulut amarah apabila diejek seperti itu saat dia benar-benar butuh istirahat dan ketenangan.

Jangan mengelak, kalian pasti juga pernah mengalami apa yang di rasakan oleh Gavin. Udah capek, pengen istirahat, tapi malah ada orang yang ngomongnya punya kesan kayak ngajak ribut.

Yakin, kalian masih nggak sedikit pun akan ngeluarin kata-kata berbisa kayak Gavin?

" Apa maksud kamu?" tanya Kak Abi lagi.

" Inget umur, kurang beberapa tahun lagi kakak udah kepala tiga. Masih aja jomblo. Padahal harusnya udah nikah, tapi masih ngatain Gavin jomblo. Hah," balas Gavin segera berlalu dari kakaknya.

" Enak aja. Kakak nggak jomblo tau," ucap Kak Abi yang membuat Gavin akan meninggalkan ruang tamu pun seketika menghentikan langkah kakinya.

Dengan tawa sedikit mengejek, Gavin menoleh kebelakang ke arah kakaknya tersebut, " Terus apa dong kalau nggak jomblo? Single? Bah," ucapnya.

" Kenapa dibilangin nggak percaya?" tanya Kak Abi sedikit menegakkan tubuhnya, kesal karena adiknya tak percaya.

" Oke, sekarang mana foto ceweknya. Gavin mau lihat," ucap Gavin menantang, membalikkan tubuhnya sepenuhnya ke arah kak Abi.

" Nggak," jawab Kak Abi membuat senyum ejekan muncul di bibir Gavin.

" Kenapa? Gavin nggak akan rebut kok. Gavin nggak suka sama yang umurnya jauh lebih tua dibanding Gavin. Gavin sukanya yang sepantaran, kalau nggak yang dibawah satu atau dua tahun dibawah Gavin." jawab Gavin.

" Bukan nggak boleh," Kak Abi memandang Gavin datar, membuat tanda tanya seketika muncul di pikiran Gavin.

" Terus apa?" tanya Gavin penasaran.

" Cuma...emang nggak ada fotonya aja." jawab Kak abi santai, dengan wajah yang selalu tenang seperti biasa ia menatap Gavin bagai laut dalam.

Gavin sendiri yang mendengar hal itu hanya bisa diam tanpa kata, " Kampret, emang bener ya kakak gue satu ini. Ngabisin kesabaran gue mulu," batinnya.

" Kenapa masih nggak percaya?" tanya Kak Abi lagi saat melihat masih terdapat keraguan di wajah Gavin, bahkan sekarang wajah adiknya tersebut tampak semakin kusut.

" Terserah kakak deh, males Gavin ngomonginnya. Capek." balas Gavin hendak berbalik lagi.

" Bulan depan. Bulan depan kakak mau nikah," ucapnya yang entah mengapa membuat Gavin tercengang seketika.

Bagaimana tidak? Kakaknya tersebut--Kak Abi saja tak pernah terlihat berpacaran sama sekali selama ini. Foto pacarnya saja dia tidak punya. Dan sekarang, dengan begitu entengnya dengan nada yang begitu tegas dan meyakinkan, Kak Abi berkata bulan depan akan menikah?

"Hah, astaga, lelucon tak jelas macam apa ini," batin Gavin tak percaya.

Gavin menatap Kak Abi intens, " Kenapa bisa yakin begitu?" tanya balik Gavin.

" Ya nggak apa-apa yakin aja." ucap Kak Abi menanggapi dengan santai.

" Emang siapa sih ceweknya? Namanya deh.Nama." tanya Gavin lebih jauh lagi.

" Una." ucap Kak Abi dengan senyum tipis.

" Apa!?" kaget Gavin dengan membulatkan mata.

" Una...Una...Jangan bilang kalau itu Aluna," mengingat bahwa masih ada kemungkinan besar bahwa Kak Abi akan dijodohkan oleh Ayahnya dengan seseorang yang pernah singgah di hatinya, Aluna.

Terimakasih masih setia membaca cerita ini

jangan lupa tinggalkan jejak ya

Follow juga ig ku allifaaa99

29 Desember 2018

See You Next Chapter


Di Kejar Rasa Baper (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang