60.

12.5K 653 77
                                    

Kantin

Aluna mendesah malas ketika mentap kesekitar.

Dikantin maupun dikelas sama saja.

Semua menatap kearahnya seraya berbisik.

Jika tadi Aluna tak tau apa yang sebenarnya mereka bisikan itu apa.

Beda halnya dengan sekarang.

Gadis itu sudah jelas mengetahui apa yang menjadi perbincangan para gadis disekitarnya itu.

Kenapa para gadis? Karena para cowok adalah makhluk yang minim akan kekepoan.

Kalaupun mereka kepo, mereka tidak akan bergosip seperti emak-emak bicarain hot news di tipi seperti yang dilakukan siswI SMA Taruna saat ini.

"Anggap aja mereka setan yang tak nampak," ucap Heni asal seraya menyendokkan bakso kedalam mulutnya. "Tak kasab mata. Gitu aja kok repot,"

"Ck. Ngomong doang mah gampang. Cobak kamu jadi aku," balas Aluna seraya mengerucutkan bibirnya.

"Haduh Al, gausah terlalu serius dipikirin lah. Gak penting itu," kekeuh Heni menyuruh Aluna untuk stop memikirkan pembicaraan disekitarnya.

Pasalnya sejak tadi soto mang ujang cuma dianggurin sama Aluna, padahal sudah jelas wajah gadis itu saat ini nampak pucat.

Tak hanya itu, binar mata yang biasa terpancar dimata Aluna pun tak ada.

Gadis itu sakit bahkan masih sempat-sempatnya malah memikirkan pemikiran orang lain disekitarnya yang saat ini sedang membicarakannya.

"Hah, gak bisalah,"

Fitri menatap Aluna gemas, "Dicobak aja lah Al, kamu mah dari tadi ngeluh mulu gak mau nyobak,"

"Udah aku cobak Fit, tapi, aku gak suka sama keadaan kayak gini, seolah-olah aku tuh baru aja ngelakuin kesalahan besar tau nggak,"

Heni meletakkan sendoknya.

Gadis itu mengibaskan tangannya kearah wajah karena gerah. Bakso yang baru saja Ia makan terlalu banyak sambal yang tertuang kedalamnya.

"Kalo gak kuat pedes kayak aku mah gausah nuangin sambel 4 sendok kalik," ucap Aluna seraya menyerahkan tissue didekatnya kearah Heni.

"Makasih," balas Heni seraya mengelap keringatnya.

"Hem,"

"Kamu juga harus nerapin tuh teori kalik Na," ucap Heni disela-sela rasa pedas yang menyerangnya.

"Maksudnya?"

Fitri menatap kearah Aluna sesaat sebelum kembali menatap kearah ponselnya lagi.

"Kamu tuh kalo gak bisa ngambil resiko pacaran sama Gavin, kenapa kamu milih melepas jomblo mu dan pacaran sama dia?"

"Nah iya. Kenapa Al?" Tanya Heni membenarkan penjelasan Fitri.

Aluna terdiam.

Gadis itu menatap kedua sahabatnya bergantian.

Tak berselang lama kemudian, tatapan Aluna berpindah menatap kesekeliling.

Tampak beberapa siswi SMA Taruna menatap kearahnya dengan pandangan tidak suka.

Baik itu mulai dari kelas sepuluh dan sebelas yang notabenenya adalah adik kelas Aluna, hingga kelas dua belas yang merupakan kelas seangkatan Aluna.

Mereka semua memandang Aluna dengan tatapan menilai.

Tatapan menilai yang membuat Aluna ingin menangis detik itu juga.

Bagaimana tidak? Jika boleh dikatakan secara jujur, mereka memandang Aluna dengan pandangan berbeda-beda.

Mulai dari pandangan mengejek, mencemooh, menilai, tak suka, bahkan membenci.

Bahkan jika boleh Aluna bermain tebak-tebakan saat ini, inti dari pandangan mereka semua dapat menciptakan kalimat yang membuat hati Aluna merasakan sakit.

Yakni, 'Ohhh ternyata dia pacaran sama Gavin. Biasa aja mukanya. Gak ada cantik atau manisnya sama sekali. Palingan Gavin cuma ngejadiin dia mainan sementara karna bosen sama seleranya yang biasanya cantik. Playboy kan gitu. Paling bentar lagi juga putus. Tapi, kenapa Gavin milih dia sih, gak ada lebihnya sama sekali. Mending gue kemana-mana'.

"Al hey, bukannya ngejawab malah ngelamun," ucap Heni kesal.

"Nanya apa tadi? Aku lupa."

"Heni nanya, kenapa kamu milih ngelepas jomblomu dan pacaran sama Gavin? Kamu kan tau Gavin itu Cassanova alias playboy. Gak hanya itu, banyak yang suka sama dia tauk Na. Tapi dia tolak. Karena dia selektif dalam memilih," jelas Fitri seraya menatap Aluna dengan pandangan serius. "Dan juga nih ya, yang buat aku bertanya-tanya sejak tadi pagi itu adalah, kamu kan sukanya sama kak Ali. Suka banget malah,"

Heni yang mendengar penjelasan panjang kali lebar sama dengan luas dari Fitri pun langsung menatap Aluna penuh tanda tanya seraya menyedekapkan tangannya. Menunggu Aluna tuk menjawab.

"Nah iya, kamu kan suka banget sama kak Ali. Cinta malah. Tiap hari aja kadang kamu suk curhat ke kita soal kak Ali," imbuh Heni yang diangguki Fitri.

"He'emb, sebenarnya saat ini kamu cintanya ke siapa sih? Masih kak Ali apa udah pindah?"

Aluna mati kutu saat detik itu juga.

Ia bingung harus menjawab bagaimana.

Yang bisa diucapkan Aluna hanya sebaris kalimat pendek saja.

"Masih ke dia, ke kak Ali," balas Aluna pada akhirnya seraya menghembuskan nafas berat, bahkan setitik air mata menetes di pelupuk matanya. Hingga suara yang Ia kenali membuatnya Ia membulatkan mata seketika bersama kedua orang sahabatnya.

🏵🏵🏵

Author's Note :

HAHA ciee yang digantung kayak jemuran :v :p


Di Kejar Rasa Baper (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang