45.

14.5K 777 145
                                    


Ketika waktu tak lagi mampu berucap

Sudah setengah jam Aluna berada di ruang UKS sendiri. Yap, sendiri saja. Entah kemana perginya Gavin, Aluna tak tau dan tak mau tau.

Bagi Aluna, hal itu sama sekali tak penting. Dan akan sangat melegakan seperti ini, Ia sendiri dengan ketenangannya. Tanpa di ganggu satupun orang.

Masalah Gavin benar-benar akan mengurus ijin Aluna sudah terselesaikan sejak beberapa menit yang lalu.

Laki-laki itu, Gavin, mengirim pesan singkat kepada Aluna lewat Whats app yang mengatakan bahwa itu semua sudah terselesaikan, dan dirinya----Aluna tak perlu khawatir akan hal itu.

Aluna sama sekali tak berniat membalas pesan itu. Ia hanya membaca sekilas saja.

Karena Aluna saat ini sedang dalam keadaan unmood. Dan yang dilakukan gadis itu saat ini hanyalah berbaring menatap langit-langit bercat putih yang ada diruangan itu. Hening tercipta. Hanya suara detik-detik pada jam yang terdengar sejak beberapa puluh menit lalu. Hingga suara notifikasi dari handphonenya terdengar.

Dengan malas Aluna menggeser layar ponselnya, Ia berfikir itu dari Gavin, namun ternyata dugaannya salah.

Gadis itu, Aluna, bangit tuk duduk di tepi ranjang UKS. Menatap satu notifikasi yang membuatnya diam terpaku.

Notifikasi yang berasal dari instgramnya, notifikasi yang mengabarkan bahwa kak Ali baru saja mengupload foto.

Seulas senyum terpancar dari bibir gadis itu, namun senyum itu tak berlangsung lama saat mata gadis itu tengah membaca komentar yang ada di foto itu.

Apalagi kalau bukan Ali disangkut pautkan dengan gadia bernama Una.

Ah, rasa sesak yang ada di dada Aluna semakin terasa. Mood gadis itu seketika anjlok.

Bayangkan jika kalian di posisi Aluna. Laki-laki yang Ia cintai----Ali, mempunyai nama panggilan di universitasnya yaitu "Al" sedangkan Lusiana yang Aluna tau sebagai gadis yang diam-diam disukai Ali selalu dipanggil "Una" di kampusnya.

Bayangkan pemirsah. Panggilan kedua orang itu kalau digabung akan menjadi apa? Yap. "ALUNA".

Oh sungguh, hati Aluna tersayat seketika mengingat itu semua. Mengapa dari semua panggilan yang bisa diambil harus membentuk nama dirinya?

Karena terlalu fokus pada luka yang ada, Aluna tak sadar, sejak tadi ada hati tersayat dengan pelan kala melihat gadis itu menangisi laki-laki lain.

Laki-laki yang sejak tadi berdiri tepat disamping Aluna seraya mengepalkan tangannya menahan debuman cemburu yang terasa.

Namun apa daya, Gavin tersenyum kecut menertawakan dirinya sendiri akan apa yang terjadi di detik ini.

'Gue mah apa atuh. Cuma sekedar flat shoes yang gak ada hak nya. Cemburu pun gue gak bisa.' Batin Gavin mencoba mengatur gemuruh nafasnya yang tak stabil karena emosi yang menjalar saat ini.

"Kamu?" Ucap Aluna kaget karena tak menyangka bahwa ada Gavin di dekatnya, dengan cepat gadis itu menghapus air matanya.

"Gimana? Udah gak capek lagi kan?" Tanya Gavin seraya memasang senyum lebarnya seperti biasa hingga kedua lesung pipinya terlihat.

Di Kejar Rasa Baper (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang