65.

11.6K 699 156
                                    

Karena kamu harus tau cemburu itu

A

luna melangkahkan kaki di koridor dengan langkah lemas.

Semalaman gadis itu tak tidur.

Dibenaknya masih teringat kesalahannya kepada Gavin.

Ah, memang benar, gadis itu mengakui dirinya memang egois kepada Gavin.

Ia bertindak sesuka hati tanpa memikirkan perasaan Gavin.

Aluna tau dengan benar Gavin tulus mencintainya setelah Ia memikirkan semalaman.

Mengingat bagaimana Gavin ketika menatap matanya.

Satu kata. Dalam. Tatapan Gavin begitu dalam bahkan mungkin membuat beberapa wanita yang ditatap Gavin seketika merasakan kaki mereka layaknya jely.

Mengingat bagaimana Gavin yang selalu bertindak hal-hal yang manis kepada Aluna.

Ah, hal itu tak mungkin Aluna lupakan. Karena dia adalah lelaki pertama yang memperlakukan Aluna layaknya Tuan putri ketika menginjak bangku SMA.

Mengingat bagaimana cara Gavin yang tak pernah lelah membangun topik ketika sedang berchat dengan dirinya meski Ia selalu menjawab seadanya.

Akan tetapi, meskipun begitu bukankah lebih egois lagi jika Aluna membangun harapan seolah-olah dirinya mencintai Gavin sedangkan dimatanya jelas tak ada cinta untuknya?

"Ck. Lama-lama bukan fokus ujian bisa-bisa aku cuma mikirin hal ginian," gumam Aluna kesal karena masalah yang tak pernah terbayangkan akan menimpa hidupnya.

Ingin rasaya Ia memutuskan hubungan dengan Gavin saat ini.

Mumpung dia punya alasan untuk mengakhiri hubungannya itu.

Yang tidak lain tidak bukan alasannya adalah,

"Sejak semalam Gavin tak ada kabar. Dan hanya meread berpuluh chat minta maaf dan penyesalan Aluna"

Sayangnya,

Aluna tidak ingin putus dengan Gavin seperti ini.

Saat Gavin tak seperti biasanya seperti ini.

Gadis itu ingin mengakhiri hubungan dengan Gavin secara baik-baik tanpa ada permasalahan.

"Eh maaf nggak sengaja," ucap Aluna spontan kala tak sengaja menabrak seseorang karena terlalu banyak melamun.

"Mangkanya kalo jalan tuh yang fokus. Kalo gak fokus mending minggir deh, jangan ditengah, ngalangin jalan aja," kesal Naufal yang dibalas Aluna dengan hembusan nafas lelah.

'Pagi-pagi udah badmood. Kena omelan mantan gebetan pulak. Kurang apalagi cobak,' batin Aluna lelah.

"Udahlah Fal, gausah galak-galak gitu. Kalo Gavin tau kan gak enak," ucap Tio dari arah belakang Naufal.

Naufal memutar bola mata malas mendengar ucapan Tio,

"Serah lo dah," balas Naufal tak suka seraya berlalu dari hadapan Tio dan Aluna.

Aluna yang melihat itu terdiam.

Matanya mengikuti arah pergerakan Naufal yang melewati dirinya.

"Maklumin aja dia, dia akhir-akhir ini mungkin ada masalah sama pacarnya, jadi agak sensian gitu deh," ucap Tio yang membuat Aluna mengalihkan pandangan matanya dari pergerakan Naufal yang mulai menjauh menuju Tio yang ada dihadapannya.

Aluna mengangguk mengerti kala itu.

Meski dihati kecilnya mengatakan Naufal membenci dirinya. Entah karena apa. Aluna tak tau.

"Oiya kak, ini laptopnya, makasih." Ucap Aluna seraya menyerahkan laptop yang sejak tadi ada dalam pelukannya.

"Oke, sama-sama"

"Ehm, Gavin mana ya kak?" Tanya Aluna ragu-ragu dengan sedikit sungkan.

Tio tersenyum tipis mendengar hal itu.

"Dia masih nyalin catetan dikelas, mungkin bentar lagi keluar,"

"Owh,"

"Lo ada masalah ya sama Gavin?"

"Ehm engg---gak kok kak. Emangnya kenapa?"

"Gapapa sih cuma nanya aja. Soalnya tuh anak sejak tadi pagi diem mulu kerjaannya. Ditanya cuma jawab seadanya, gak kayak biasanya yang rame dikelas juga," jelas Tio membuat Aluna tersenyum kecut.

"Oh gitu, yaudah aku kekelas dulu ya kak. By the way, makasih laptopnya,"

"Haha iya iya. Lo udah bilang makasih berapa kali sih?"

"Dua,"

"Yaudah gue juga mau kekantin, duluan ya,"

"Iya," balas Aluna seraya matanya mengikuti pergerakan Tio.

"Udah puas natap Tio dan ngobrol sama dianya?" Ucap seseorang tepat di belakang Aluna, membuat bulu kuduk Aluna berdiri.

"Gavin?" Ucap Aluna kala Ia membalikkan tubuhnya kepada asal suara.

Gavin memandang Aluna dengan tatapan yang sama.

Masih dalam namun ada goresan luka.

"Kenapa kamu bisa secepat itu kelihatan akrab sama Tio?" Tanya Gavin tak bisa membendung lagi pertanyaan sejak semalam.

Ya, Gavin tak membalas chat dari Aluna.

Karena dirinya sedang sibuk memikirkan berbagai alasan mengapa cewek tipikal Aluna yang Ia tau sebagai introvet dan susah bercakap-cakap dengan orang baru seperti dirinya dulu, kini dengan mudah bercakap-cakap dan mengirim chat kepada sahabatnya sendiri meski baru sehari.

Gavin saja membutuhkan waktu lebih dari sebulan agar gadis itu mampu membuka diri dan nyaman bercakap-cakap dengannya.

Ah, Gavin pusing memikirkan hal itu.

"Maksud kamu?" Tanya Aluna tak mengerti.

"Kenapa kamu bisa nge chat dia. Sedangkan pesan aku juga gak kamu read apalagi bales Na?"

"Aku kan kemaren udah jelasin Gav, aku juga udah minta maaf, tapi cuma kamu read doang,"

"Na,"

"Gav, aku tuh udah minta maaf. Aku tau aku salah. Apa sesusah itu maafin aku?" Kesal Aluna kala mengingat berpuluh chat Ia mengirim pesan penyesalan dan maaf namun tak mendapat satu tanggapan.

"Aku nungguin balesan chat kamu. Aku kepikiran. Tapi kamu gak ada balas ya atau nggak," imbuh Aluna

Gavin menghembuskan nafas berat.

Ia sudah tak peduli lagi dengan berpuluh pertanyaan yang menghantuinya sejak semalam.

Pertanyaan apakah bisa suatu saat nanti Aluna akan mencintai dirinya seperti Ia mencintai Aluna.

Direngkuhnya Aluna seketika kedalam pelukan Gavin.

"Na, jangan buat saya cemburu lagi ya. Saya cemburu Na. Saya tau saya berlebihan. Tapi, ini murni perasaan saya. Jadi tolong, jangan membuat saya cemburu lagi,"

Aluna terdiam.

Ia tak mampu berkata apa-apa

Jika sudah begini.

Apakah Ia masih mampu mengatakan bahwa sebenarnya Ia ingin putus dari Gavin,

☻☻☻

Di Kejar Rasa Baper (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang