Di Kejar Rasa Baper (Complete)

27.

Tekad dari seorang Gavin Fandi Alvian untuk . . .
🎬🎬🎬🎬

"Jadi, nak Gavin bisa begini karena berusaha nyelametin Aluna dari para preman?" Tanya Pak Deri, Ayah Aluna.

Gavin tergagap seketika. "Iy---iya yah. Eh--om."

Lelaki itu kini dibuat mati kutu di rumah Aluna. Jika tadi Gavin sangat gugup ketika bertemu dengan Fadila yang notabene nya adalah Ibu dari Aluna, kini ke gugupan Gavin bertambah berkali-kali lipat ketika yang menyambut kehadiran dirinya dan Aluna bukanlah Fadila, melainkan Deri.

Ahh, pasti para readers disini pada maen tebak-tebakan sama diri sendiri tentang gimana sifat dan karakter Deri.

Daripada maen tebak-tebakkan. Mending gue kasih tau aja langsung gimana karakter dari Ayah Aluna ini. Biar kalian bisa lebih ngebayangin gimana dag dig dug nya Gavin saat ini.

Cekidotttttt. Berikut adalah penjelasan singkat dari seorang Deri.

Deri Hermawan. Laki-laki yang sudah menginjak umur 40 tahunan. Mempunyai tatapan mata tajam ketika marah namun berubah menjadi hangat ketika sedang bersenda gurau.

Sangat overprotectif terhadap Aluna Diandra. Sama halnya dengan Fadila yang juga sering overprotectif terhadap Aluna. Terlebih lagi pergaulannya dengan laki-laki.

Bukannya apa-apa. Aluna Diandra adalah anak pertama mereka. Terlebih lagi jenis kelamin Aluna adalah perempuan. Jadi wajar saja jika kedua orang tua itu tak ingin satu hal pun dapat merusak Aluna.

Mereka tidak suka Aluna bergaul dengan sembarang orang. Dalam garis bawah berandalan.

Maka dari itu, ketika Deri melihat Aluna datang bersama Gavin yang penampilannya terlihat acak-acakan, lebam dimana-mana, bercak darah di sudut bibirnya, de el el----Deri langsung menatap marah ke dua orang yang ada di hadapannya itu. Siapa lagi kalau bukan Aluna dan Gavin.

Aluna hanya bisa memijit pelipisnya seraya menghela nafas berat. Sedangkan Gavin? Jangan di tanya lagi. Lelaki itu langsung mengeluarkan kringat dingin seketika.

Pasalnya sebelum Gavin menekatkan diri tuk menghampiri rumah Aluna, lelaki itu mencari informasi terlebih dahulu bagaimana karakter kedua orang tua Aluna.

Bukannya apa-apa. Gavin hanya ingin menyiapkan mental baja nya barangkali camer nya galak seperti yang pernah dia lihat di televisi-televisi.

Waktu lima menit yang Gavin lewati kini seakan selama 5 jam lamanya. Ahh, lelaki itu tak henti-hentinya membasahi bibirnya yang terasa kering karena terlalu gugup saat ini.

"Makasih Nak Gavin mau menyelamatkan Aluna, kalo nak Gavin nggak dateng di waktu yang tepat, saya nggak tau apa yang bisa saja terjadi pada Aluna selanjutnya." Ucap Deri pada akhirnya seraya merubah tatapan tajamnya tadi menjadi tatapan hangat.

Bahkan suara layaknya seorang diktaktor yang sedang menginterogasi tadi, kini menjadi suara yang pelan namun penuh dengan aura ketegasan bercampur dengan aura kekhawatiran seorang orang tuanya pada anaknya.

Membuat Gavin yang sejam tadi menundukkan pandangannya menatap kearah lantai keramik, secepat kilat mengarahkan pandangannya pada Deri seraya mengedipkan mata tak percaya.

Karena Gavin pikir, Deri akan mengusir dirinya. Atau bahkan membentak dirinya.

"Iya sama-sama Om, itu udah jadi tugas Gavin kok." balas Gavin yang seketika membuat Aluna menatap tajam lelaki itu---karena karakter ngelanturnya kambuh lagi.

Sesaat kemudian Gavin menyadari kesalahannya-----tangannya secara refleks membungkam mulutnya.

Dalam hati lelaki itu, Ia berulang kali merutuki kecerebohannya karena terlalu jujur dalam perasaannya.

"Hahaha" tawa Pak Deri tiba-tiba ketika melihat tingkah Gavin yang menurutnya aneh itu.

Deri tidak tau apa hal yang membuat anak remaja itu tiba-tiba membungkam mulutnya sendiri seraya menundukkan kepalanya.

Sedangkan Gavin, dia terlilhat kebingungan kenapa camer nya itu tiba-tiba tertawa.

Karena merasa tak enak melihat Deri tertawa sendirian. Gavin pun ikut tertawa juga dengan canggung seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

🎬 🎬
🎬🎬🎬🎬🎬
🎬🎬🎬
🎬

" Astaga. Gavin itu----ish" batin Aluna seraya meraup kasar wajahnya dengan tatapan yang tak lepas dari lelaki yang duduk tak jauh darinya.