147❤.

4.7K 353 33
                                    

Diana dan Sean
❤❤❤

Gavin, menatap kue yang Ia buat sejak sore tadi dengan pandangan puas. Ia tak memedulikan tatapan keluarga nya yang sejak tadi memandangnya tak percaya, padahal jam keberangkatannya hanya tinggal menghitung jam. Tapi, lelaki itu---Gavin, masih sempat nya untuk repot-repot membuat kue yang akan diberikan kepada Aluna sebagai salam perpisahan.

Padahal Sean sudah berkata, " Kamu itu ngapain sih repot segala. Pakek bikin kue. Beli di depan kan bisa. Terus Taruh di kotak yang lain. Biar nggak ketahuan kalo itu beli dan bukan buatan mu sendiri."

Dengan memutar bola mata malas, Gavin tak menjawab ucapan Sean. Ia terus melanjutkan aksi di dapur nya dalam membuat kue spesial untuk Aluna. Yah, meski sejujurnya, di dalam hati Gavin---lelaki tersebut ngomel-ngomel, " Bunda dulu gimana sih bisa jatuh cinta sama Ayah yang nggak ada romantis-romantisnya sama sekali ini sih...Masak anak sendiri pengen romantis ke gebetan malah diajarin trik kek gituan."

Setelah tak berselang lama kemudian, Gavin yang saat ini sedang mengunyah sebagian kue yang coba tadi Ia pisahkan sebagai tester pun tak sengaja menggigit lidahnya. Teriakan tertahan karena rasa ngilu ngilu lumayan sakit pun tak bisa Ia tahan.

" Ya Allah, maafin Gavin. Gavin nggak bermaksud jelek-jelekin Ayah Gavin sendiri tadi," batin Gavin sambil meringis kesakitan menatap Sean. Merasakan karma karena berpikir buruk tentang Sean.

Sean yang tahu kenapa Gavin menatap nya dengan mata yang sedikit berair pun seketika mengerutkan dahinya penuh tanda tanya. " Kenapa lihatin Ayah kek gitu?" Tanya nya.

" N---nggak...nggak apa-apa. Ayah cakep." Elak Gavin masih merasakan lidah nya kesakitan.

" Apaan sih. Nggak jelas kamu---" ucap Sean dengan sebelah alisnya terangkat. " Kamu mau minta uang jajan sama Ayah?"

Gavin mendecak. Ayah itu---Sean saat ini sedang menyindir tingkah laku Gavin. Tingkah laku dimana Gavin selalu melakukan berbagai pujian terlebih dahulu kepada Sean sebelum meminta uang jajan tambahan.

Yah maklum lah, uang nya itu dulu sering habis gegara beli majalah yang dulu biasanya langsung dibakar Kak Abi kalo ketahuan. "Ah memori buruk datang kembali." Batin Gavin mengingat.

Namun, sekarang itu semua sudah berubah. Ya gimana, Gavin seketika berasa berkhianat sama Aluna kalo ngelihat majalah begituan. Ughhh.

" Nggak yah, astaga." Jawab Gavin.

Tak berselang lama, kemudian, Gavin membawa kue yang sudah dihias dan di taruh ke dalam kotak berbentuk hati. Ia bermaksud ingin pergi rumah Aluna saat ini juga, karena takutnya semakin Ia lama-lama dirumah, semakin sedikit pula waktu Gavin untuk berbincang-bincang dengan Aluna.

" Gavin sudah besar ya yah," ucap Diana sambil memandang punggung putra nya semakin menjauh dan tertutup tembok.

" Iya, dia sudah punya orang yang di suka. Dia jadi lebih belajar bagaimana menghargai dan menjaga perasaan seorang wanita yang disukainya," jawab Sean.

" Maksud nya udah nggak gonta-ganti pacar begitu?" Tanya Diana memandang Sean, suami tercintanya.

" Ya begitu lah. Bosen juga lama-lama lihat ada anak gadis tiap datang kesini kadang pulang dengan muka cemberut karna gagal ngajak Gavin keluar jalan-jalan." Ucap Sean mengingat, sedikit tawa tergurat dibibirnya kala bayangan kejadian masa lalu antara Gavin dengan para pacar yang kini beralih status menjadi 'Mantan'.

" Halah, kamu juga dulu gitu." Dengus Diana sambil menyenderkan kepalanya pada sofa, tatapannya tertuju pada Sean yang ada di samping nya.

" Apa nya, bukan aku kok. Tapi, kamu tuh." Rengut Sean.

" Tiap aku intip, selalu aja ada yang pulang dari rumah kamu sambil kesel." Ungkit Sean mengingat masa dimana Ia menyukai Diana diam-diam.

Sebagai tetangga yang jarak rumahnya bersebelahan dan mempunyai rasa kepada Diana, Sean diam-diam selalu memanjat pohon mangga yang ada di depan rumahnya. Lalu menatap Diana yang selalu berkebun di samping rumah dan tak jarang banyak laki-laki yang berkunjung kerumah Diana untuk sekedar memberi bibit bunga ataupun berniat membantu gadis tersebut untuk berkebun.

Namun sayang, Diana dengan galak dan tanpa perasaan sama sekali berkata, " Maaf, mas nya, kalau mau modus yang pinteran dikit. Dan juga modusnya jangan ke saya. Ke yang lain saja sana, saya sibuk."

Meskipun tak dapat dipungkiri bahwa Diana saat menginjak bangku SMA kala itu sikapnya begitu 'Tsadessst' terhadap kaum laki-laki yang ingin dekat dengannya. Tak membuat rasa suka Sean pada Diana berkurang, yang ada malah lelaki itu menganggap Diana begitu keren dimatanya.

" Dasar, kamu mah," tawa Diana tipis.

Diikuti Sean yang tersenyum mengingat masa mudanya kala itu dengan istri tercintanya, Diana. Gavin yang lupa membawa kunci mobil dan kembali menuju ruang tamu hanya terdiam dari kejauhan.

Ia, Gavin tak paham atmosphere apa yang sedang menyelimuti ruang keluarga hingga Diana dan Sean tadi yang seingat Gavin berwajah datar dan serius saat Gavin pergi, kini kedua orang tuanya itu saling tersenyum dan melemparkan tatapan yang tak Gavin mengerti.

" Ayah sama Bunda kenapa? Kok senyum-senyum gitu?" Tanya Gavin penasaran.

Mendengar suara Gavin pun, seketika Diana dan Sean langsung menatap kearah putranya seolah berkata, " Kamu daritadi di sana? Bukannya sudah pergi?"

" Kok diem? Apa sih? Ada yang lucu ya?" Tanya Gavin semakin penasaran saat memandang ekspresi kedua orang tua nya yang begitu kaget melihat kehadiran dirinya yang bagaikan hantu saat malam jum'at kliwon ditengah jalanan sepi.

" Loh? Kamu kok masih disini?" Tanya Sean menatap Gavin penuh selidik.

" Emang kenapa sih?" Gavin balik bertanya dengan memandang Sean dengan kerutan di dahinya.

❤ ❤
❤❤❤❤❤
❤❤❤

" Nih anak...dasar," batin Sean memandang wajah Gavin yang mengambil kunci mobil di depannya dengan wajah polos.

❤❤❤

10 Oktober 2018

Sudah kah anda meninggalkan jejak di cerita ini dan tidak menjadi silent readers?

Follow ig ku ya allifaaa99

See You Next Chapter

Terimakasih


Di Kejar Rasa Baper (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang