106.

8.7K 521 48
                                    

Inikah Takdir Gavin?
🍓🍓🍓

Gavin menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya. Mengunyahnya pelan-pelan seraya mengamati pengunjung mall yang juga menyantap makanan mereka. Sudut bibirnya tertarik ke bawah, Gavin saat ini merasa orang paling ngenes di tempat food court Ia berada.

Bagaimana tidak? Semua orang yang ada di food court rata-rata menyantap makanan bersama pacar masing-masing; atau mungkin juga bukan pacar, melainkan masih gebetan yang on the way jadi pacar, atau paling tidak ada beberapa yang datang bersama teman se-genk nya.

Nah sedangkan Gavin? Sudah jangan terlalu di bahas makhluk satu ini. Saya nggak pengen dia jadi tambah ngerasa jleb kalo saya bilang bahwa dia sedang meratapi nasibnya yang makan sendirian layaknya jomblo padahal dia punya pacar, merasa sedikit ngenes karena tak ada satu pun yang ingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya, bahkan dua curut sahabatnya itu waktu di sekolah tadi hanya diam seolah tak ada yang penting pada hari ini.

Dan juga merasa kadar ketampanan dan pesonanya tiap hari semakin berkurang, mungkin itu adalah salah satu efek karena jika dulu Gavin yang bisa dengan mudahnya membuat makhluk yang penuh dengan pikiran yang susah dimengerti kaum laki-laki---wanita takhluk seketika dengan senyumnya yang mempesona. Gavin yang tiap hari mendapat perhatian berlebih dari pacar-pacarnya terdahulu yang kini sudah jadi mantan, kini lelaki itu tak bisa mendapat perhatian berlebih seperti itu.

Eitsss, bukannya Gavin menyesal telah memutuskan mereka dan tak pernah jatuh cinta pada mereka yang telah menambatkan hatinya pada Gavin, hanya saja, munafik bila Gavin berkata bahwa Ia tidak menginginkan Aluna memberi perhatian kepada dirinya seperti yang telah dilakukan barisan para mantan Gavin.

Ralat. Jangankan Aluna memberi perhatian seperti yang pernah dilakukan barisan para mantan Gavin, Gavin bisa mendapat perhatian Aluna tanpa perlu bersusah payah seperti pura-pura terjatuh agar Aluna khawatir, menceritakan rasa sebalnya karena pelajaran yang Ia pelajari semalaman tidak muncul saat ujian, dan lain sebagain agar gadis itu memberi perhatian kecil kepada nya saja Gavin sudah sangat amat bersyukur bila mana itu benar-benar terjadi.

" Tsk," Decak Gavin sembari mengunyah nasi goreng yang Ia makan secara kasar kala memikirkan hal itu semua.

Tak sampai di situ, beban pikiran Gavin semakin bertambah kala matanya tak sengaja menatap Sheila. Gadis dengan wajah polos, rambut hitam legam yang tergerai indah, mata bulat dengan dihiasi bulu mata lentik, kulit kuning langsat yang serasi dengan pakaian pink pastel yang Ia kenakan dengan padu padan celana hotpans, membuat Gavin mengumpat kesal.

' Anjir, semoga dia udah punya pacar. Semoga udah punya. Semoga udah punya.' batin Gavin sembari menundukkan kepalanya.

Namun, sesekali matanya mencuri pandang ke arah Sheila yang duduk dengan satu orang laki-laki dan seorang gadis lainnya. Mengamati mereka yang tengah asyik berbincang pembicaraan yang tampak menarik.

" Gue nyari masalah nih kalo lama-lama di sini," Gumam Gavin seraya menatap Sheila lagi lalu menatap nasi gorengnya yang masih tersisa setengah porsi," Tapi gue masih laperr,"

Decakan halus terdengar dari bibir Gavin, Ia bangkit berdiri, berniat meninggalkan food court meski hatinya masih ingin berada di sana karena cacing-cacing di perutnya masih berdemo untuk meminta makan.

Sebelum benar-benar pergi dari tempat tersebut, Gavin menoleh sejenak ke arah Sheila---memastikan gadis itu masih sibuk berbincang-bincang dan tak tahu keberadaan Gavin.

Namun, rencana untuk meninggalkan tempat food court hanyalah tinggal rencana. Karena saat Gavin berbalik berniat melangkahkan kaki keluar dari tempat tersebut, manik matanya menangkap sosok Fio yang datang memasuki area food court bersamaan dengan Genta, guru magang yang ada di sekolah Gavin.

Secepat kilat Gavin membalikkan badannya, hendak menyembunyikan wajahnya agar tidak terlihat oleh Fio maupun Genta. Di saat yang bersamaan, gelenjar rasa gelisah menyelimuti hati Gavin. Membuat tanpa sadar dirinya mengumpat kesal.

Sheila maupun dua orang sahabatnya yang sedang duduk di dekat Gavin berdiri saat ini pun mau tak mau mendengar umpatan Gavin tersebut. Mereka secara serempak menoleh ke asal sumber suara, penasaran siapa sosok yang baru saja berkata kasar di tempat keramaian seperti saat ini. Maklumlah, mereka adalah termasuk spesies tukang kepo dan gossiper sejati. Teman Sheila yang laki-laki? Dia juga kepo kok, cuma pura-pura pasang wajah datar saat melihat ke arah Gavin.

" Kok gue ngerasa familiar ya sama wajah tuh cowok---" Ucap Rika mengambang, tatapan matanya masih menatap Gavin intens. Ia mencoba mengingat-ingat siapa cowok yang kini sedang berjalan lalu mengambil tempat duduk dengan wajah menunduk.

" Perasaan lo doang kali," Balas Piyan.

" Enggak, gue serius. Gue kayak pernah tahu tuh wajah. Familiar banget gue ngelihatnya," Ucap Rika menatap sebal Piyan.

" Tsk. Ya mungkin karna wajahnya pasaran, mangkanya lo ngerasa familiar," Jelas Piyan seraya tangannya mengambil es jeruk di hadapannya.

" Nggak, itu bukan perasaan lo doang Rik," Balas Sheila menatap Rika sesaat sebelum pandangannya beralih pada Gavin.

" Maksud lo?" Tanya Rika tak mengerti.

" Lo emang pernah ketemu dia kok, sering banget malahan," Jelas Sheila kepada temannya sejak kecil tersebut dengan diiringi senyuman yang menghias wajah cantiknya. " Gue awalnya juga kayak familiar sama tuh wajah, gue coba inget-inget pernah ketemu tuh orang apa nggak sebelumnya, eh ternyata---"

" Ternyata apaan?" Tanya Rika sebal karena Sheila sengaja menggantung ucapannya.

" Itu mantan pacar gue," Jawab Sheila dengan nada semangat.

Membuat Piyan yang ada di sampingnya tersedak seketika kala mendengar hal itu, " Serius lo? Mantan lo yang mana? Kan lo cuma punya 3 mantan sejak orok,"

" Tsk. Mantan gue yang pertama, Gavin." Ucap Sheila melirik Gavin sekilas.

" Woah, yang kata lo cinta monyet lo itu ya? Yang lo cinta banget sama dia trus putus gegara ada adek kelas yang nyebarin gosip bohongan tentang elo agar Gavin mutusin elo itu kan?" Sahut Rika dengan semangat menebak siapa Gavin sebenarnya.

" Iya betul-betul. Cih, bikin gue kesel aja nginget tuh adek kelas," Ucap Sheila mendecakkan bibir malas.

" Eh tapi, serius deh, gue nggak nyangka bisa ketemu dia lagi disini setelah waktu itu gue sempet pindah kota karena ayah gue tugas di luar," Imbuh Sheila dengan mata berbinar. " Udah gitu, Gavin kayak beda banget tampilan nya saat ini. Dulu dia kan rada cupu meskipun ganteng. Tapi sekarang,wow."

" Samperin gihh," Ucap Piyan seraya menyuap sesendok bakso ke dalam mulutnya dengan tatapan menatap Sheila dalam.

Sheila terdiam. Menimbang-nimbang sembari menatap Gavin sesaat yang kini tengah di hampiri dengan seorang gadis seusianya dab juga seorang lelaki yang tampaknya merupakan anak kuliahan.

Setelah cukup lama memikirkan untuk memutuskan apakah Ia harus menghampiri Gavin atau tidak, seutas jawaban meluncur bebas dari bibir tipis Sheila,

" Doain gue ya, moga aja dia belum punya pacar," Ucapnya seraya bangkit berdiri dengan diiringi senyuman.

1072 Words

See You Next Chapter

16 Maret 2018


Di Kejar Rasa Baper (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang