160 ☻

3.3K 340 111
                                    

Ketika Gavin jalan-jalan di mall
☻☻☻

Gavin memutar matanya ke seluruh penjuru mall. Penampilannya yang benar-benar tampak seperti eksekutif muda mengundang begitu banyak perhatian para pengunjung mall di sekitarnya untuk mencuri-curi pandang ke arah Gavin.

Namun, meski begitu, tak sedikit dari mereka yang mengira Gavin tuh bukan eksekutif muda dari salah satu perusahaan ternama.

Melainkan, mereka mengira Gavin adalah salah satu pegawai spg yang malas dan menyerahkan seluruh tanggung jawabnya kepada temannya yang lain.

Tentu saja, pikiran mereka tidak dapat di salahkan.

Itu semua karena saat ini Gavin sedang berdiri sekitar dua meter dari sosok laki-laki yang juga mengenakan pakaian rapi serta tak lups dasi bewarna hitam melilit lehernya sedikit longgar.

Iyalah, kalau kenceng-kenceng kan bahaya. Kecekik dong orangnya nanti. Gerah juga, susah nafas meskipun mallnya besar dan ada pendingin udaranya.

Gustav, seorang pegawai SPG tersebut berdiri sejauh tiga meter dari Gavin dan sedang membagikan selebaran promosi mengenai produk mereka yang ingin di jual.

Dengan senyum ramah dan wajah-wajah yang memiliki kesan naif bercampur polos meski usianya masih sekitar dua puluh, tanpa sadar membuat kesan Gavin yang sejak tadi hanya celingak-celinguk karena tak tahu harus membeli apa pun seketika diam-diam mendapat komentar jahat dari orang yang bibirnya tidak bisa diam untuk bergosip sedikit saja.

" Eh lihat deh, tuh dua spg, yang satu kerja keras. Yang satunya malah cuma malas-malasan lihatin sekitar," komentar salah satu pengunjung.

" Dia bosnya kali," balas pengunjung lain, mencoba menyuruh temannya berpikir positif.

" Masa sih? Dia bos. Masih muda gitu. Kayak nggak ada bakat sama sekali," ucapnya menatap Gavin yang memang benar-benar tak pernah memiliki wajah yang tegas ataupun serius sama sekali.

Gavin yang kupingnya sensitif karena baru kemarin Bunda nya membeli cottonbuds pun mencibir kesal dalam hati saat ia mendengar perkataan merendahkan dirinya tersebut.

' Wajah gue dari lahir juga kayak gini. Dasar, wanita emang makhluk nyebelin. Ngomen mulu kerjaannya,' batinnya kesal. Entah sadar atau tidak bahwa sejak lahir dia masih tergolong straight dan mencintai makhluk yang baru saja ia katakan menyebalkan.

Dan tepat saat itu, matanya tanpa sadar mengikuti sesorang yang baru saja lewat di hadapannya.

Ia membulatkna matanya kaget seolah apa yang dilihatnya saat ini hanyalah fatamorgana semata. Segera, dengan cepat tangan Gavin mengusap matanya secara kasar memandang sosok gadis cantik yang saat ini tengah mengenakan celana jeans dipadu padankan dengan atasan putih gading. Dengan pita kecil dibelakangnya bajunya membuat tampilan yang sederhana itu entah mengapa tampak memukau.

Gadis itu dengan rambut diikat kebelakang dengan membentuk sedikit kelabang kecil di sisinya serta pita polkadot hitam yang menyangga rambutnya agar tidak jatuh tersebut berjalan dengan santai sambil sesekali melihat ke arah laki-laki di sampingnya yang terlihat begitu tampan dengan dengan setelah kaos putih yang tertutupi oleh jaket kulit bewarna coklat yang tak dinaikkan sama sekali resletingnya.

Tujuan Gavin hari ini pergi ke mall adalah untuk membeli salah satu hadiah yang ingin ia persembahkan kepada Risa, hadiah yang ingin ia katakan berbeda dari yang lain agar gadis tersebut tahu perasaannya.

Namun, tidak disangka apakah semesta saat ini membuatnya ingin menangis atau bagaimana, sehingga ia melihat dua sosok yang tampak cocok berjalan di depan Gavin yang perlahan-lahan mulai menjauh pun membuat Gavin mengepalkan tangannya erat.

Gustav yang berada tak jauh dari samping Gavin seketika mengusap tengkuknya, merasakan bahwa hawa sekitar saat ini entah mengapa terasa dingin bahkan mencekam meski sebelumnya memang sudah terasa dingin karena pendingin yang ada di dalam mall.

Rasa dingin yang sama sekali Gustav tak tahu apa penyebabnya pun membuat laki-laki tersebut memilih melangkah menjauh. Mencari tempat yang lebih ramai dan banyak pengunjung berjalan.

Bukan. Bukan karena ia berpikir bahwa baru saja terdapat makhluk halus yang lewat ditempat tersebut, karena faktanya meski Gustav berlari dengan cepat dari sana, ia hanya mencari tempat yang tak terlalu dingin agar perutnya yang sejak tadi pagi bermasalah tak segera meminta ke toilet entah untuk kesekian kalinya hingga membuat kaki lelaki tersebut pegal.

Gavin yang menyadari Gustav pergi pun tampak tak acuh, bahkan pada saat yang sama ia berlari ke arah berlawanan dengan matanya yang masih memandang ke arah sosok yang akan segera menghilang.

" Eh?" gumam perempuan berbaju gading putih saat ia merasakan ada tangan yang menahannya.

Dengan rasa penasaran, ia menoleh ke arah samping. Begitu pula lelaki di sampingnya yang juga ikut menoleh ke arah sosok yang ada di belakang.

" Aluna..." gumam Gavin membuat gadis tersebut tampak mengerutkan alisnya.

🎀🎀🎀🎀

Terimakasih masih setia membaca cerita ini

jangan lupa tinggalkan jejak ya

Follow juga ig ku allifaaa99

01 Desember 2019

See You Next Chapter


🎀🎀🎀🎀

Selamat tahun baru semuanya!!

Terimakasih selama ini masih setia sama DKRB

Apalagi buat yang ngikutin DKRB dari awal-awal banget sejak pembaca 0. Euhm...Kalau nggak salah sekitar Juli-Oktober 2017

Terimakasih yaaaa




Di Kejar Rasa Baper (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang