161🍒

3.3K 321 106
                                    

Kalau gue jadi Aluna, gue dengan cepat pasti akan ngambil keputusan

🍒🍒🍒

.
Aluna memandang Gavin yang mengenakan setelan jas di sampingnya. Matanya berkerut terkejut melihat sosok yang sudah lama tak muncul di hadapannya.

Namun, dibanding kan dengan Aluna, Gavin pun jauh lebih kaget mengenai apa yang baru saja ia lakukan.

Iya, dia entah mengapa setelah beberapa detik berlalu baru sadar bahwa saat ini ia memegang lengan Aluna dan menghentikan langkah gadis tersebut.

" Eh!" teriaknya kaget, saat pertama kali menyadari apa yang dia lakukan.

Ia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba mencerna apa yang terjadi sehingga membuat ia bertindak di luar akalnya.

Yuan, teman seperjalanan Aluna ke mall, atau bisa dibilang secara rinci merupakan teman yang juga bekerja di toko milik Kak Ali pun menatap Gavin kesal.

" Siapa sih nih orang?" batinnya kesal.

" Tsk, tangan." ucapnya tak berselang lama kemudian memeringatkan.

" Huh?" Aluna berbalik tak mengerti, menatap ke arah Yuan dengan penuh tanda tanya.

Sedangkan Gavin, yang sudah terbangun dari lamunannya pun buru-buru menarik tangannya. Mengangkatnya dan melepaskan dari pergelangan Aluna secara perlahan saat gadis tersebut menoleh ke arah Yuan.

Namun sayang, entah Gavin yang tiba-tiba otaknya mengalami kerusakan atau apa. Ia sama sekali tak berpikir bahwa sehalus apapun ia mencoba melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Aluna, pasti akan terasa juga.

Yah bagaimana? Aluna kan sekarang dalam keadaan sadar. Dan bukannya tidur. Jadi, ia akan merasakan gerakan sekecil apapun itu yang menyentuh permukaan kulitnya.

Kecuali kalau pergelangan tangan Aluna lumpuh atau mati rasa. Jadi, ia nggak bakalan kerasa waktu Gavin menarik tangannya.

Yah bukan salah Gavin juga sih yang mungkin sekarang otaknya mengalami error dan bahkan sedang muncul kode-kode angka yang sama sekali tak ia mengerti seolah progam sistem kerja otaknya sedang terkena virus atau malah kena hacker.

Aluna Diandra. Seorang gadis yang dulunya berkulit sawo matang. Tak menggunakan make up sama sekali. Dan jarang menggunakan parfum. Yah meski perlu diakui tidak bau juga atau tidak ada baunya. Jadi biasa-biasa saja. Rambut yang sedikit coklat dan bahkan bercabang diujungnya,

Siapa yang sangka? Setelah kurang lebih lima tahun dan melewati masa pubertas, Aluna menjadi sosok yang begitu menawan, bahkan membuat Gavin yang sejak awal sebenarnya ragu, apakah itu Aluna atau bukan.

Kalau kalian bertanya, lalu kenapa Gavin bisa mengikuti Aluna lalu menarik tangan gadis tersebut dan memanggil namanya?

Aiyo, bukankah sudah ku bilang? Otak Gavin tuh error saat ini. Seolah-olah bila itu diimajinasikan, Gavin sedang menonton video youtube live streaming dengan menggunakan paketan 1000 rupiah untuk 1GB pertahun di desa yang jarang ada signalnya.

Nggak usah bayangin itu paketan beli dimana. Atau mikir itu paketan dari operator mana karna kalian tertarik untuk membeli saat kantong dana kalian sedang tipis namun kebelet chat sama gebetan.

Cukup bayangin kondisi lemotnya Gavin aja udah. Jangan yang lain. Jangan melenceng dari ilustrasi yang menggambarkan seberapa menderitanya Gavin saat sekarang.

" H--hai," ucap Aluna yang melihat ada kecanggungan dan keterdiaman Gavin setelah sekian lama.

Alun sebenarnya juga canggung parah. Ketemu Gavin di sini bukanlah suatu hal yang bahkan dalam lamunannya sekalipun terlintas.

Eits, bukan artinya dia benci Gavin loh ya. Benci dalam artian seperti 'lo males waktu jalan-jalan eh malah ketemu mantan dijalan!'

Nggak! Bukan begitu. Aluna nggak benci Gavin. Suer deh. Bela Aluna.

Dia cuma nggak pernah kepikiran aja bisa ketemu sama Gavin setelah sekian lama. Apa ya. Rasanya ketemu teman lama dan nggak pernah ngobrol atau betegur sapa sama sekali secara langsung itu gimana sih?

Tahu kan?

Tahu dong?

Tahu kan ya?

" Ah ya, hei," tawa ringan Gavin yang terdengar garing, tangannya bergerak menggaruk leher bagian belakangnya yang tidak gatal.

" Sudah lama ya Gav, apa kabar?" ucap Aluna memulai terlebih dahulu, menatap Gavin dengan senyum manis.

Gavin sempat terhenti sesaat sebelum menjawab, " Baik kok."

Namun, sayang, sebelum Gavin ingin balik bertanya kepada Aluna. Suara berat di samping Aluna  menginstruksinya.

" Al, yuk, katanya mau ke foodcourt dulu karena lapar." ucap Yuan yang sembari menatap lembut gadis yang sedikit pendek darinya.

Gavin mencibir kesal dalam hati, " Tsk. Gatau kata reuni apa. Temen ketemu malah diajak pergi. Dasar, bilang aja lo mau ngusir gue secara nggak langsung,"

Merasa terdapat tatapan sinis yang bagaikan laser menembak ke arahnya, Yuan yang memiliki tingkat kepekaan tinggi pun menoleh ke arah Gavin sekilas. Tak ingin terlalu menanggapi lelaki tersebut, itu dalam bahasa sopannya.

Namun, dalam bahasa kasarnya adalah dia menganggap kehadiran Gavin tak berarti sama sekali. Bahkan tak menganggap Gavin ada di sana.

" Oh oke." jawab Aluna tak berselang lama kemudian.

Aluna pun yang sesaat memandang ke arah Gavin. Ia bingung. Haruskah ia mengajak Gavin atau tidak.

Yah bagaimana? Entah mengapa saat ini ia dihadapkan dengan situasi serba salah.

Ia tidak bisa mengajak Gavin secara tiba-tiba. Karena suasananya nanti bisa-bisa lebih canggung dari yang ia pikirkan. Satu perempuan dan dua laki-laki. Terlebih lagi, meskipun Gavin saat ini temannya, itu tak menghapuskan sejarah bahwa ia adalah mantan Aluna, dan Yuan tahu itu.

Bukan. Bukan karena Aluna yang gembar-gembor menceritakannya. Karena sungguh, Aluna bukan tipe seperti itu.  Hanya saja, fakta dilapangan adalah, Yuan merupakan murid kelas sebelah pada angkatan yang sama di SMA.

Dia memang tidak begitu terkenal. Bahkan dia sama sekali tak menonjol dalam apa-apa. Dia juga bukan seorang pembuat onar ataupun murid pintar peraih olimpiade. Wajahnya memang cukup lumayan, namun, jika dibandingkan dengan most wanted SMA Taruna kala itu tentu saja dia kalah. Sehingga, tak heran apabila keberadaannya hampir tak terdeteksi oleh murid kelas lain.

Oke, ini masalah satu. Dan masalah yang lainnya adalah, bila ia tak mengajak Gavin, bukan kah itu sedikit tak sopan? Begitu pikir Aluna.

Aluna pun memandang Yuan dan Gavin ragu. Bingung harus melakukan apa.

🍒🍒🍒🍒🍒

Terimakasih masih setia membaca cerita ini

jangan lupa tinggalkan jejak ya

Follow juga ig ku allifaaa99

05 Desember 2019

See You Next Chapter


Di Kejar Rasa Baper (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang