Beberapa anak kelas IPA1 keluar dari kelas sambil menjinjing tas mereka dan berjalan menuju kelas IPA7. Di jam terakhir ini kelas mereka mendapat jam kosong dan sesuai perintah Ibu Elvita minggu lalu, "jika kelas kalian tidak ada pelajaran, kalian bisa bergabung bersama IPA7 untuk remedi."
"Anjir anjir! Kita bakal ketemu sama Gatraaa," seru Helena begitu mereka sudah berada di koridor kelas IPA7. Wajahnya tampak berseri-seri.
Rana menggeleng-gelengkan kepalanya. "B aja sih, lo seneng banget tau gak?"
"Astaga Rana, gimana gak mau seneng coba? Bayangin aja, untuk kali ini lo sekelas sama Gatra Geraldino cowok paling ganteng dan terkeren, walau itu cuma sementara."
Rana memutar bola matanya. Helena memang seperti itu, terlalu lebay. "Asal lo seneng, Len."
"Kalian ngomongin siapa, sih?" tanya Alena yang sedari tadi hanya diam mendengarkan obrolan kedua sahabatnya dengan bingung.
Begitu mereka sudah berada di pintu kelas XII IPA7, Helena berbisik pada Alena, "Ntar gue tunjukin orangnya."
Pandu memimpin teman-temannya untuk masuk ke dalam kelas IPA7 dan juga didalam sana sudah ada Ibu Elvita yang menunggu mereka.
"Permisi, Bu?"
Ibu Elvita langsung menengok kearah pintu, kemudian mempersilahkan murid kelas XII IPA1 untuk bergabung bersama di kelas XII IPA7.
"Ayo, silahkan. Kalian langsung duduk, ujiannya akan segera Ibu mulai."
Mereka dengan segera mencari bangku yang masih kosong. Pandu sudah pasti memilih duduk bersama Gatra. Sedangkan Alena dan Helena duduk tepat didepan dua cowok itu. Lalu Rana, lebih memilih menyendiri.
"Nah Al, itu yang dibelakang lo namanya Gatra." kata Helena dengan berbisik.
"Gatra siapa?" tanya Alena. Cewek itu masih bingung.
Helena menghela nafasnya pelan. Alena lemot sekali. "Itu loh, yang gue sama Rana ceritain tadi."
Dahi Alena bekerut untuk beberapa detik sebelum akhirnya dia berseru, "Ah, iya! Yang mana dia?"
"Dibelakang lo."
Alena langsung berbalik dengan cepat tanpa sempat Helena menahannya. Padahal Helena baru berniat menahan Alena agar tidak berbalik kebelakang.
Tatapan Alena langsung bertemu dengan Gatra. Tiba-tiba saja dahi Alena kembali berkerut. Mereka seperti pernah bertemu.
"Eh, Alena!" sapa Pandu begitu menyadari bahwa cewek didepan mereka adalah Alena.
Alena tersadar, pandangannya langsung beralih pada Pandu. "Eh—Hai, Pandu." lalu, dia kembali beralih menatap Gatra. Baru saat Alena akan bertanya, seruan Ibu Elvita langsung membuat Alena kembali menghadap kedepan.
🌸🌸🌸
"Pandu!"
Langkah Pandu yang baru saja akan menuju parkiran langsung terhenti begitu ia mendengar namanya terpanggil. Segera Pandu membalikkan badannya dan mendapati Alena yang berlari kearahnya.
"Eh Alena, kenapa?" tanya Pandu saat Alena sampai dihadapannya.
Setelah nafasnya kembali normal, Alena mulai berbicara, "Aku mau ngasih ini, nama-nama yang mau ikut kemah. Sesuai sama yang kamu suruh, itu udah sekaligus sama uang partisipasi."
"Oh iya-iya," Pandu mengambil kertas dan juga amplop berisikan uang partisipasi itu dari tangan Alena. "Makasih ya, Alena. Maaf nih udah ngerepotin, padahal kalau ada Aya gue gak bakal minta tolong sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
Teen Fiction(Perfect cover by @pujina) Takdir. Tidak ada siapapun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alena. Alena, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh...