ALENA - 43

315K 22.9K 989
                                    

Kringgg

Bel berbunyi, pertanda ujian untuk hari ketiga telah selesai. Gatra meregangkan tangannya yang terasa pegal serta tulang lehernya yang agak terasa sakit sebab terlalu lama menunduk.

"Gatra,"

Aktivitas Gatra terhenti begitu suara cewek memanggilnya. Gatra menatap cewek itu dengan tatapan bertanya.

"Kamu ada jadwal kosong gak habis ini?" kata si cewek itu yang Gatra tahu bernama Rara. Ya, itu teman sekelas Gatra. Cewek paling pendiam dikelasnya, yang memang katanya diam-diam menyukai Gatra.

Gatra melihat sekelilingnya sebentar. Sepi, sisa mereka berdua. Hmm, pantas saja si Rara berani.

Gatra tersenyum. "Gak ada, kenapa?"

Rara pun ikut tersenyun dan menampilkan wajah bahagianya. "Kamu mau ikut makan, nggak? Aku yang traktir, deh."

Gatra terlihat nampak berpikir. "Gimana, ya?"

"WOY, KADAL!" Tiba-tiba suara Pandu terdengar menggema didalam ruangan ujian Gatra. Membuat Gatra mau pun Rara sama-sama menengok kearah sumber suara berasal.

"Mati aja lo, tai! Ditungguin dari tadi di parkiran gak dateng-dateng taunya malah sama cewek," kata Rega seraya melipatkan kedua tangannya didepan dada.

Gatra terkekeh. "Sorry,"

"Babi!" kesal Zidan.

"Buruan, kita-kita mau ke rumah sakit nih mau liatin Ibu Peri." seru Firly dengan tidak sabaran.

Gatra kembali menatap Rara dan kemudian mulai berdiri. "Sorry, Ra. Gue ada jadwal dadakan,"

Raut wajah Rara berubah menjadi kecewa, tapi dia berusaha untuk tidak terlalu nampak dengan cara mengembangkan senyuman. "Gapapa, kok."

Gatra mengangguk kemudian mulai berjalan melewati Rara yang masih diam ditempatnya. Cowok itu langsung bertos pada keempat sahabatnya dengan ala-ala mereka berlima. Lalu, mulai berjalan menuju parkiran dengan heboh. Entah heboh karena apa, hanya mereka berlima dan Tuhan yang tahu.

🌸🌸🌸

"Sudah, tidak apa-apa. Daripada kamu paksa malah buat kondisi kamu jadi buruk," kata Pak Hendro seraya mengambil lembaran soal serta jawaban milik Alena dari tangan cewek itu.

Alena menghembuskan nafasnya pelan seraya memegangi kepalanya yang masih berdenyut-denyut.

Pak Hendro tersenyum. "Kamu istirahat saja, ya. Bapak mau langsung ke sekolah,"

"Pak,"

"Iya, Alena?"

"Soal-soal saya yang kemarin, gimana?" tanya Alena. Matanya menatap Pak Hendro dengan cemas. Cemas terhadap ujiannya yang kemarin-kemarin.

Pak Hendro tersenyum. "Tidak usah terlalu dipikirkan. Kamu istirahat saja, fokus untuk ujian hari terakhir besok." Setelah mengucapkan itu, Pak Hendro segera berdiri dan keluar dari ruangan Alena.

Alena kembali menghela nafasnya secara pelan. Pikirannya tertuju pada soal-soal yang masih kosong di ujiannya dua hari kemarin. Jika selama empat hari dia seperti itu terus, bisa jadi nilai Alena akan jelek. Dan dia, mungkin tidak lulus. Bisa jadi.

AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang