Rana berdecak melihat Gatra dan Rega yang nampak kebingungan memandangi mesin mobil.
"Ngerti gak, sih?!"
Rega berdecak. "Sabar, dong. Gue bukan ahlinya,"
Rana memutar bola matanya malas. "Siapa suruh, gak modal. Mau jalan bareng cewek mobilnya gak dicek dulu."
"Eh, bukan gak modal. Namanya juga takdir mobil mau mogok, kita mana tau. Takdir itu milik Tuhan,"
"Halah, ngeles aja! Udah sana, benerin cepetan, mo gelap nih!"
Alena dan Helena hanya terkekeh melihat tingkah Rana dan Rega. Kedua cewek itu duduk diatas trotoar sambil memandangi Gatra yang masih kebingungan.
"Bisa, gak?" tanya Alena.
Gatra menengok pada Alena kemudian menghela nafasnya. "Gue gak ngerti. Kita minta jemput sama Pandu aja, yah?"
Alena menengok pada Helena dan Helena hanya mengangkat bahu pertanda bahwa ia terserah saja. Sedangkan Rana menghembuskan nafas kesal lalu ikut duduk disamping Helena.
"Yaudah." kata Alena.
Setelah itu, Rega dan Gatra mulai menutup bagian depan mobil dan bersandar disana.
"Hallo, Pan?"
"Iye, mobil mogok. Di jalan apaan dah ini gue gak tau namanya,"
"Jemput dulu, goblok!"
"Gak tau gue, ini jalan besar kali luas terus sepi, asli."
"Buru. Jan lama,"
"Sip!" Gatra menurunkan ponselnya dari samping telinga kemudian memasukkan benda berwarna silver itu ke dalam kantung celananya.
"Liat tuh, sepi banget. Bagusan foto disitu," Helena menunjuk kearah jalan pas ditengah-tengahnya.
"Kayak gembel, ah!" bantah Rana.
Helena berdecak. "Biar anti mainstream. Ayo,"
"Mau foto?" tanya Gatra setelah mendengar obrolan mereka.
Alena mengangguk. "Kamu fotoin, yah?"
"Yaudah," tangan Gatra terulur. "Mana hapenya?"
Alena memberikan ponselnya pada Gatra, kemudian Alena, Helena dan Rana mulai mengambil posisi berdiri ditengah jalan yang besar namun sepi itu.
Rega menyusul mereka. "Biar lebih anti mainstream, mending baring." katanya sambil membaringkan badannya diatas aspal.
Rana bergidik. "Kali aja ada bekas tai sapi. Ogah, ah!"
Alena tertawa pelan. "Aku duduk aja,"
"Gue ikut Rega, deh." Helena mulai ikut membaringkan badannya.
"Ayo, Na." Alena menarik-narik tangan Rana.
Rana memutar bola matanya dan mulai duduk di dekat Alena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
Teen Fiction(Perfect cover by @pujina) Takdir. Tidak ada siapapun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alena. Alena, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh...