ALENA - 5

557K 38.8K 2.3K
                                    

"Bukannya gue pernah tunjukin, ya? Al, lo masih muda jangan pikun dululah." Helena berucap heran. Karena seingatnya dia pernah menunjukkan Gatra pada Alena.

Alena mengernyit. Ikut heran juga. "Iya? Kok aku gak inget."

"Kapan, ya?" tanya Helena tapi terdengar seperti gumaman kecil. Detik selanjutnya ia menjentikkan jari telunjuknya. "Waktu ada remedi di kelas IPA7, inget nggak?"

Alena masih mengernyit sambil menujukan ingatannya ke minggu yang lalu. Kemudian dia menepuk tangannya sekali. "Inget! Yang duduk bareng Pandu, kan?"

Helena langsung mengangguk membenarkan.

"Ah, iya-iya. Jadi, namanya Gatra?"

Helena mengangguk lagi. "Iya, itu Gatra. Ganteng, kan?"

"B aja, sih." balas Rana.

"Gue gak nanya elo!" Helena memicingkan matanya kesal pada Rana. Entah kenapa Rana seperti tidak suka jika sudah membahas tentang Gatra.

Alena terkekeh. "Iya, ganteng. Tapi gantengan Ayahku."

Helena ikut terkekeh. Nah, uniknya Helena, moodnya bisa berubah dalam waktu sepersekian detik. Entah unik atau pasaran, intinya begitulah Helena.

"Nama lengkapnya, Gatra Geraldino. Dari kelas 10 sampai sekarang, Gatra emang selalu dikejar-kejar sama cewek, ya saking gantengnya." kata Helena menjelaskan.

"Dia playboy!" sahut Rana.

Alena melotot kaget. "Iya?!"

"Ih, enggak!" bantah Helena. "Tau darimana lo?!"

Rana hanya mengangkat bahunya tak peduli.

"Udah ah, gak usah dengerin Rana. Mendingan dengerin cerita gue dulu," kata Helena kembali menarik perhatian Alena.

Alena mengangguk saja.

"Nah, terus Gatra ini bisa terkenal karena nakalnya juga. Sering bolos, sering telat, malah selalu kedapetan manjat pagar dibela—"

"Oh! Kayaknya aku pernah ketemu dia deh," sela Alena. "Aku dapetin dia lagi ngendap dan katanya mau ke kantin, soalnya dia telat dan habis manjat pagar dibelakang."

Helena mengangguk-angguk. "Iya itu dia. Berarti, sebelumnya udah pernah liat?"

"Iya," Alena mengangguk. "Tapi, aku suka lupa sama mukanya."

"Bagus. Dia emang gak pantes diinget-inget." timpal Rana.

Helena kembali memberi tatapan kesal pada Rana, lalu kembali fokus pada Alena, berusaha tidak menganggap Rana ada disana.

"Lo harus inget mukanya, orang ganteng gak boleh dilupain."

Alena terkekeh. "Soalnya kan aku jarang keluar kelas, pas liat wajah-wajah baru jadi kayak gimana aja gitu."

"Ya makanya, lo harus rajin keluar kelas sekarang. Lagian, udah berapa kali liat mukanya Gatra, gak mungkin masih lupa, kan?" kata Helena lagi. Terus membela Gatra.

Rana berdecak lalu menatap Helena dengan sinis. "Maksa banget sih, lo. Suka-suka Alena mau inget apa enggak."

"Kenapa jadi lo yang nyolot?!" balas Helena lagi, kali ini tatapannya juga mulai sinis.

Alena hanya menghela nafas. Kembali ia memfokuskan diri pada novelnya daripada harus mendengar Rana dan Helena.

🌸🌸🌸

Gatra dan keempat temannya dengan sangat malas mengikuti Pak Indra yang memimpin kaum laki-laki untuk mencari kayu kering di sekitaran hutan. Kelimanya berjalan paling belakang karena malas mendengar celotehan dari Pak Indra.

AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang