🎶That Should Be Me - Justin Bieber
ΔΔΔ
Hari ini Alena sendirian. Helena tidak masuk sebab cewek itu merasa tidak enak badan, padahal kemarin dia baik-baik saja cuma katanya perutnya sakit dan kepengen muntah. Rana, cewek itu entah kemana, tidak ada kabar sama sekali tentang dirinya hari ini, Alena yakin pasti dia ketiduran. Sedangkan Gatra, cowok itu pasti sedang bolos. Bangku Pandu saja ikutan kosong.
Saking tidak ada teman, Alena terpaksa pergi ke kantin sendirian. Ini pertama kalinya, jadi Alena merasa agak sedikit aneh. Ah, tadinya Alena ingin mengajak Asdel atau Dinda, tapi Asdel juga sedang tidak hadir dan Dinda sedang ngapel sama Bagas.
Alena berjalan menuju kantin Bude yang beberapa minggu lalu sudah ia kenal dengan baik. Tadinya Alena ingin ke kantin Mbah Geng tapi ia sedang tidak bersama Gatra jadi Alena masih berpikir banyak kali lagi untuk kesana tanpa Gatra disampingnya.
"Bude, cilok sama teh kotak kayak biasanya, yah?" pesan Alena yang langsung diangguki oleh Bude.
"Mau makan disini, neng?"
Alena menggeleng sambil tersenyum. "Aku bawa ke kelas aja, Bude."
Bude mengangguk lalu memberikan pesanan Alena.
"Makasih, Bude." kata Alena dengan sopan sehabis memberikan selembar uang 20 ribu pada Bude.
Setelah itu, Alena mulai melangkahkan kakinya lagi untuk kembali ke kelas. Dalam perjalanan, Alena lagi-lagi hanya bisa menghela nafasnya pelan. Bisikan-bisikan itu kembali terdengar lagi, tatapan-tatapan jahat itu terus mengawasi setiap gerak-gerik Alena. Huft, mereka berani seperti itu jika Gatra tidak ada.
"Heh!"
Badan Alena terdorong begitu saja saat Jenny datang dan mendorong bahu Alena cukup kuat.
Alena menatap Jenny dengan pandangan bertanya. Dahinya mengernyit heran.
"Ikut gue!" tukas Jenny. Tangannya menginterupsi kedua pengikutnya untuk menarik Alena.
"Apa-apaan, nih!" Alena memberontak. Tangannya terus bergerak agar terlepas dari pegangan kedua pengikut Jenny.
🌸🌸🌸
Sesampainya mereka di toilet perempuan, Jenny langsung mengunci pintunya agar tidak ada yang masuk. Kedua pengikutnya mendorong Alena hingga cewek itu terjatuh ke lantai, bungkusan yang berisi cilok dan teh kotak yang ia beli terlempar begitu saja.
"Aw..." ringisan Alena terdengar menggema di dalam toilet.
Jenny berdecih. "Ternyata gini, yah? Giliran gak ada Gatra sama kedua sahabat lo aja lemah banget, kalo ada mereka lo sok kuat, ih!"
Alena berusaha berdiri seraya menahan sakit pada pergelangan kakinya akibat keseleo sewaktu didorong secara kasar tadi.
"Kamu mau apa?" tanya Alena, dilihatnya Jenny yang berjalan mendekat padanya sambil memperlihatkan sebuah gunting dipegangannya.
"Bagusnya, gue mau apa?" Jenny tersenyum sinis. Dengan begitu cepat tangannya menarik rambut Alena hingga membuat cewek itu meringis kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
Teen Fiction(Perfect cover by @pujina) Takdir. Tidak ada siapapun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alena. Alena, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh...