Hari kedua UAS, Alena masih seperti kemarin. Wajahnya begitu serius memandang soal Bahasa Inggris yang ada diatas meja. Dia sama sekali tidak memperdulikan Helena yang mencolek-colek bahunya dari belakang, Alena benar-benar sangat fokus.
Disaat Alena berpikir keras mencari jawaban untuk soal nomor 49, tiba-tiba kepala Alena terasa sakit. Tangannya terangkat untuk memegang kepalanya. Anehnya, sakit itu langsung hilang seketika. Dahi Alena berkerut, tapi tidak lama, Alena kembali fokus pada ujiannya.
"Ini.. Semalem aku baca, tapi aku lupa," gumam Alena seraya jarinya menunjuk soal nomor 49.
Alena masih terus berpikir, ia yakin bahwa semalam ia mempelajari materi itu, dan dia sudah benar-benar mengerti tapi kenapa sekarang semuanya seperti hilang tanpa ada satupun yang bisa Alena ingat.
Kringgg
Bel berbunyi saat jam menunjukkan pukul 11.00 WIB. Alena terpaksa harus menjawab sembarang untuk 2 nomor terakhir setelah itu dia berniat untuk berdiri tapi tiba-tiba seperti hilang keseimbangan, Alena terjatuh ke lantai.
Hal itu sontak mengundang perhatian seluruh penghuni ruang 1 termasuk pengawas yang kala itu langsung sigap mendekati Alena karena panik.
"Gapapa, Al?" Pandu membantu Alena untuk berdiri.
Alena hanya menggeleng pelan.
"Sini, biar gue kumpulin. Lo duduk aja dulu," Helena mengambil lembar jawaban Alena dari tangan cewek itu kemudian pergi kedepan untuk mengumpulnya.
"Beneran gapapa, Al?" tanya Rana yang lagi hanya dibalas gelengan pelan oleh Alena.
"Kamu baik?" tanya pengawas itu yang Alena tidak ingat siapa namanya tapi pernah mengajar Alena sewaktu kelas 10.
Alena mengangguk sekali. "Baik, Bu."
"Ya sudah. Semuanya sudah dikumpul?"
Murid-murid sontak mengangguk bersamaan. "Sudah, Bu."
"Baik. Hari kedua sudah selesai, silahkan kembali ke rumah masing-masing, sampai bertemu besok. Selamat siang," kata sang pengawas sambil melangkah keluar ruangan.
Satu-persatu murid mulai keluar menyisakan Alena, Rana, Helena, dan Pandu didalam sana. Alena masih duduk, memijat pergelangan tangan, pundak, dan pergelangan kakinya bergantian.
"Kenapa, Al?" tanya Helena. "Ada yang sakit?"
Alena menggeleng. "Aku cuma rada pegel, padahal gak ngapa-ngapain,"
"Gue panggilin Gatra, ya? Biar lo langsung dianterin pulang, supaya bisa istirahat." kata Pandu sambil menyampirkan tasnya dipundak.
Belum Alena membalas, sosok Gatra sudah masuk kedalam ruangan diikuti ketiga sahabatnya dari belakang. Cowok itu langsung menghampiri Alena.
"Kenapa?"
"Pegel, padahal aku gak ngapa-ngapain." jawab Alena.
Gatra berdecak. "Tuh kan, harusnya kemaren nginep, biar bisa istirahat full."
"Kamu kok marah? Aku tuh cuma pegel, gak kenapa-napa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
Teen Fiction(Perfect cover by @pujina) Takdir. Tidak ada siapapun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alena. Alena, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh...