Keempat orang yang sudah Pandu nantikan sedari tadi akhirnya keluar dari ruang BP bersama dengan Bagas yang kala itu berperan sebagai penolong mereka.
Gatra, Rega, Firly dan Zidan hanya cengengesan saat Pandu menatap horor pada mereka berempat.
"Apa sekarang?" tanya Pandu berusaha sabar saat keempat sahabatnya itu hanya saling bertos ria. Pasti hukuman mereka adalah sesuatu yang menyenangkan.
"Diskors." jawab mereka berempat bersamaan.
Pandu menghela nafasnya. "Kenapa bisa, hah? Lo pada sembunyi dimana, tolol?!"
"Gak sembunyi," jawab Firly. "Nyantai aja dibelakang."
"Selonjoran" tambah Gatra.
Rega dan Zidan hanya mengangguk membenarkan.
Pandu menjitak kepala mereka satu-persatu dengan perasaan jengkel. "Mati aja lo berempat!"
"Tega banget!" Firly mengusap kepalanya yang terasa perih akibat jitakan Pandu yang memang sangat kuat.
"Temen apaan nih, nyiksa temen sendiri." Ucap Rega dengan suara yang dibuat sedramatis mungkin.
Pandu berdecak. "Lo berempat yang temen apaan! Berempat diskors, gue sendirian! Anjing, ah bodo!"
Gatra menyengir. "Gapapa lah, sekali-sekali hidup tanpa kita, iya nggak?"
"Yoiiii!" timpal Zidan dan Rega.
"Untung aja lo pada gak ketahuan di kantin punya Mbah Geng," sahut Bagas setelah sekian lamanya hanya menjadi pendengar.
Firly mengangguk dua kali. "Iya tuh, tadi kita hampir kesana ya, Ga? Bawa rokok." Rega langsung mengangguk membalas ucapan Firly.
"Bodo amat!" Pandu mulai melangkah terlebih dahulu dari mereka. "Gue ke kantin, males gue masuk kelas."
Setelahnya mereka berlima yang tersisa disana mulai menyusul Pandu, tak lupa dengan keempat cowok yang baru saja keluar dari ruang BP itu masih berbahagia menantikan hari esok dimana mereka tidak masuk sekolah sampai 2 hari kedepan.
🌸🌸🌸
Helena menunggu Alena merapikan buku-bukunya diatas meja. Cewek itu melihat kearah jam tangannya sebelum berucap, "Gue duluan, ya? Soalnya mesti bawain Rana makanan, dia udah chat gue tadi."
Alena mengangguk saja, sebab pekerjaannya ini masih lama. Ia masih harus ke perpustakaan lagi mengembalikan buku paket Fisika yang ia pinjam beberapa hari yang lalu sebelum kemah. "Yaudah, duluan aja."
"Nanti gue tunggu di kantin deh, gue gak lama aja anterin punya Rana."
Setelah mendapat anggukan lagi dari Alena, Helena mulai berlari kecil keluar dari kelasnya.
"Anterin buku terus ke kantin," gumam Alena setelah mengambil buku paket itu dari dalam tas. Kemudian dia mulai keluar dari kelasnya menuju perpustakaan.
Padahal sebenarnya istirahat masih 5 menit lagi, tapi koridor bahkan lapangan dan halaman sekolah lainnya sudah begitu ramai. Seakan tidak perlu menunggu bel berbunyi untuk keluar dari kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
Teen Fiction(Perfect cover by @pujina) Takdir. Tidak ada siapapun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alena. Alena, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh...