Hari demi hari sudah berlalu. Penderitaan untuk kelas 12 akhirnya dimulai. Penderitaan yang belum akhir tapi mampu membuat seluruh murid kelas 12 di SMA Taruna merasa takut yang luar biasa. Ujian Sekolah.
Alena terus meremas jari-jari tangannya yang berada diatas buku fisika yang ia letakkan dipangkuannya. Mulutnya terus bergerak-gerak menghafal rumus-rumus yang ia pelajari semalam.
Gatra yang fokus pada jalan didepan, sesekali menengok pada Alena yang nampak gelisah. Gatra hanya terkekeh melihat Alena seperti itu, terlihat lucu.
"Santai aja, Al. Cuma berhadapan sama kertas, bukan berhadapan sama malaikat pencabut nyawa."
Alena mendesah pelan. "Gat, aku gak bisa kalo gak tenang. Aku tuh, duh gimana ya,"
Gatra mengernyit, omongan Alena mendadak tidak jelas. Cowok itu kembali terkekeh. "Udah santai aja."
Gatra memarkirkan mobilnya dengan rapi. Setelah itu, dia turun bersamaan dengan Alena. Mereka berdua langsung menuju kelas yang dijadikan sebagai ruang 1 untuk US tahun ini. Dan ruang 1 adalah kelas Alena.
"Masuk gih," Gatra tersenyum pada Alena.
Alena mengangguk dan mulai masuk kedalam ruangannya. Sedangkan Gatra, cowok itu berbalik haluan menuju kantin, bukannya langsung menuju ruangan ujiannya.
"Gue ruang 15,"
"Eh, kita sama, Ga!"
"Kita satu peminatan, nyet!"
"Gue ruang 1."
"Gue ruang 12."
Gatra langsung ikut menambahi. "Gue ruang 7!" cowok itu tersenyum keren pada keempat sahabatnya yang langsung melihat kearahnya.
Pandu mengangguk. "Ruangan lo pilihan apa, Gat?"
"Kimia."
"Widih, jago banget. Gak mo botak tu kepala?" Firly tertawa renyah.
"Ruangan Pandu lebih jago, fisika."
Pandu menepuk dadanya bangga. "Iya dong, anak-anak pecinta rumus, nih!"
Rega berdecak, memandang remeh kearah Pandu dan Gatra. "IPS dong, ruangan kita apa, Fir?"
"Ekonomi!"
Gatra dan Pandu bersamaan memecahkan tawa.
"Halah, sosiologi aja bangga. Geografi, dong gue!" sahut Zidan tak mau kalah.
Rega berdecih. "Apaan? Peta-peta?"
"Daripada ekonomi, pelajarin tentang pasar, ew!" Zidan mengejek balik dengan ekspresi yang dia buat seperti jijik pada sesuatu.
"Muka lo biasa aja, monyet!"
Kringgg
"Bel bunyi, pada masuk sana, katanya mau ujian."
Suara bel dan suara Mbah Geng berhasil membuat tawa kelima cowok itu terhenti dan berganti dengan senyuman manis khas mereka berlima. Kelima cowok itu mengangguk pada Mbah Geng dan segera berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
Teen Fiction(Perfect cover by @pujina) Takdir. Tidak ada siapapun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alena. Alena, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh...