Gatra, Pandu dan Zidan tentu saja kaget saat melihat Jenny yang setengah badannya sudah berada dalam tenda mereka. Herannya, untuk apa cewek itu masuk kedalam tenda mereka.
Langsung saja Gatra mendudukan dirinya, Pandu dan Zidan pun melakukan hal yang sama.
"Lo ngapain, Jen?" tanya Gatra penuh dengan keheranan.
Jenny langsung mengeluarkan dirinya dari dalam tenda. Lalu, ketiga cowok itu juga ikut keluar.
"Lo ngapain teriak?!" Bentak Jenny pada Alena.
Alena mengernyit tak suka. Kenapa jadi dia yang dibentak. "Aku cuma lakuin hal yang bener. Kamu sadar gak sih kalo kelakuan kamu ini salah?"
Gatra langsung mengambil posisi ditengah-tengah mereka. "Kenapa pada ribu, sih?" tanya Gatra. Lalu pandangannya tertuju pada Jenny. "Gue nanya sama lo, Jen. Lo ngapain masuk tenda gue?"
Jenny diam. Dia bingung bagaimana menjelaskan.
"Lo kenapa bisa disini?" tanya Pandu pada Alena.
"Aku?" Alena menunjuk dirinya. "Aku denger suara dia yang berisik, karena penasaran ya aku kesini."
Jenny berdecak setelah mendengar penjelasan Alena. "Kepo banget, sih!"
Alena kembali mengernyit tak suka. Oke, Alena memang tidak kenal siapa cewek-cewek itu. Yang pasti Alena tidak suka dengan tatapan mereka yang menyiratkan jijik, benci, dan apalah itu yang pasti Alena tidak suka menerima tatapannya.
"Weh! Apaan sih ribut-ribut?!" Rega keluar dari tenda yang berada disamping tenda Gatra bersama Firly.
Zidan menunjuk Jenny dan kawan-kawannya menggunakan dagu. Langsung saja Rega berdecak kesal.
"Lo liat jam gak, sih?!"
Jenny mengernyit. "Kenapa lo yang marah?"
"Gue marah karena gue terganggu!" balas Rega.
"Tau, ganggu lo!" tambah Firly.
"Terserah gue, bodo amat sama lo berdua." Jenny mengangkat bahunya acuh.
Rega ingin melayangkan tinjunya saat itu tapi dia pikir Jenny adalah perempuan dan juga dia tetap patuh pada aturan negara untuk tidak melakukan kekerasan pada perempuan, maka dari itu ia menahan tinjunya.
"Udah, udah. Kalian balik aja ke tenda, sebelum Pak Indra juga ikut kebangun." ucap Gatra mencoba menyelesaikan masalah.
Alena pergi lebih dulu dari sana dan beberapa detik kemudian, Jenny dan dayang-dayangnya menyusul.
Setelah itu, Rega melayangkan tinjunya pada udara bebas dimana tempat Jenny berdiri. "Bikin emosi naik aja tuh cewek pagi-pagi!"
Gatra menggelengkan kepalanya. "Udahlah, balik tidur aja lagi." kemudian dia kembali masuk kedalam tenda.
🌸🌸🌸
"Beres!" seru Helena begitu semua barang-barangnya sudah masuk kedalam tasnya. Tenda sudah terlipat, kursinya pun juga sama.
"Kita sebus sama Gatra lagi, ya?" pinta Helena pada Alena dan Rana yang sedang memeriksa kembali isi tas mereka.
Rana mengangkat bahunya. "Serah."
"Al?"
"Iya, terserah Helen." jawab Alena pasrah. Lagian jika Alena membantah, Helena tetap akan memaksa. Maka dari itu tidak ada gunanya menolak permintaan Helena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
Teen Fiction(Perfect cover by @pujina) Takdir. Tidak ada siapapun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alena. Alena, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh...