"Alena, bangun! Ini udah jam berapa, astaga. Kamu kesiangan!"
Teriakan itu sontak membuat Alena langsung terduduk dari posisi tengkurapnya. Dilihatnya jam berwarna pink miliknya diatas nakas, sudah menunjukkan pukul 07.00, sip Alena telat.
"Ah, Bunda! Kenapa gak bangunin Alen, sih? Telat kan jadinya," cerocos Alena dengan tergesa-gesa masuk kedalam kamar mandi.
Nova hanya menggelengkan kepala. "Anak sekolah jaman sekarang, udah dibangunin cepet gak bangun-bangun, giliran udah telat aja ngomel-ngomel."
Tidak sampai 20 menit, Alena sudah siap untuk bergegas ke sekolah. Cewek itu keluar dari kamarnya dengan berlari-lari kecil.
"Gak usah lari-lari ah, entar jatoh kamunya." tegur Nova begitu melihat Alena lari-larian turun dari tangga.
"Ini udah telat, Bun. Alena buru-buru, nanti kena hukum." Alena langsung mengambil roti yang sudah Nova sediakan, dan meminum susunya sampai habis.
"Udah, Bun, ayo buruan!"
Nova menggeleng-gelengkan kepalanya lagi, dengan segera wanita itu mengambil kunci mobil lalu mengantar Alena ke sekolahnya.
🌸🌸🌸
Alena menghembuskan nafasnya kasar saat melihat pagar sudah tertutup. Jelas saja, dia tiba di sekolah pukul 07.40, dua puluh menit lagi tepat jam delapan. Ingin pulang pun, Bundanya sudah terlanjur pergi.
"Apes banget," gumam Alena pelan. Kepalanya menengok kekanan dan kekiri, melihat apakah ada seseorang yang bernasib sama sepertinya, namun sayang, semuanya nampak sepi hanya kendaraan yang berlalu-lalang kesana kemari.
Alena menghembuskan nafas lagi secara kasar. Ini semua pasti karena ia begadang menonton film Korea yang disarankan Dinda. Hah, jika saja tidak ada Song Jong Ki, Alena tidak akan mau menonton film itu dan tidak akan pernah rela begadang.
"Trus ini gimana..," desah Alena, cewek itu menggaruk kepalanya frustasi. Tiba-tiba sebesit ide muncul dikepala Alena. Dengan segera ia berlari menuju bagian belakang SMA Taruna. Ya, Alena akan panjat pagar. Lagian ini adalah yang pertama, hitung-hitung menambah kesan manis dalam masa SMA-nya.
Mulut Alena terbuka setengah saat melihat pagar belakang sekolah tidak seperti apa yang ia pikirkan. Pagar itu, sangat tinggi. Berbeda sekali dengan pagar bagian depan.
"Duh, tinggi banget lagi, gimana aku bisa manjat.." Alena semakin frustasi saja. Sial benar-benar menimpanya hari ini.
Tiba-tiba tubuh Alena terdorong kesamping saat seseorang tidak sengaja menabraknya.
"Eh, sori gak sengaja," kata orang itu sambil memutar badannya menghadap pada Alena. "Alena?"
Alena berhenti mengaduh kemudian balas melihat orang itu. "Gatra?"
"Lo ngapain disini?" tanya Gatra dengan kerutan didahinya.
Alena menggaruk kepalanya sebentar. "Aku.. telat,"
Gatra terkekeh pelan. "Mau manjat, gitu? Emang bisa? Pagarnya tinggi,"
"Ya itu, masalahnya disitu, andai aja pagarnya pendek aku bakal langsung manjat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
Teen Fiction(Perfect cover by @pujina) Takdir. Tidak ada siapapun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alena. Alena, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh...