Alena menghentikan langkahnya begitu dirinya dan Gatra sudah berada didepan pintu besar berwarna putih milik rumah Gatra. Cewek itu menahan tangan Gatra yang saat itu hendak berjalan terus.
Gatra berhenti dan berbalik. "Kenapa?"
Alena menatap Gatra. "Aku takut.."
"Kenapa takut? Bokap nyokap gue gak makan manusia."
"Ih, bukan itu." Alena memukul bahu Gatra pelan, lalu dia kembali mencengkram lengan jaket Gatra. "Aku malu, nanti ditanya ini itu aku gak tau mau jawab apa."
Gatra terkekeh, dia mengacak rambut Alena kemudian melepaskan tangan Alena yang mencengkram lengan jaketnya dan mengalihkannya ke genggaman tangan Gatra. "Gapapa. Jawab aja sebisa lo, oke?"
Alena menatap tangannya yang digenggam Gatra. Lagi-lagi, rasa itu datang menggerogoti hatinya. Matanya beralih menatap Gatra, apa pilihannya ini sudah benar atau salah?
"Al?"
Alena tersadar. "Eh-- iya, apa tadi? Jawab sebisa aku, kan? Oke, deh."
Gatra terkekeh lagi. "Yaudah. Masuk, yuk? Jam segini Mama udah selesai masak."
Alena hanya mengangguk dan membiarkan Gatra menariknya masuk ke dalam rumah yang bisa dibilang mewah itu.
🌸🌸🌸
Gania tersenyum sangat lebar dan terlihat begitu gembira saat melihat Alena yang dibawa oleh Gatra. Hari ini, Gania sengaja berdiam di rumah karena sudah meminta Gatra untuk membawa Alena ke rumah mereka.
"Mah, pacarnya Gatra udah datang!" pekik Gania kegirangan.
"Sini Al, kita samperin Mama di dapur." Gania langsung menarik Alena sampai terlepas dari Gatra.
Gatra yang melihat itu hanya berdecak kesal. Gania menganggu sekali. Setelah itu, dia mulai menyusul kedua cewek tersebut.
"Ya Tuhan, kamu cantik sekali. Siapa namanya, sayang?" Gina memegang wajah Alena dan mengelus rambut panjang cewek itu.
Alena tersenyum gugup. "Nama aku Alena, Tante."
"Gak usah panggil Tante, panggil aja Mama." Gina tersenyum lebar melihat Alena yang mengangguk agak ragu. Wanita itu membawa Alena ke meja makan.
"Kita makan siang, yah? Mama udah masak banyak karena tau Gatra mau bawa kamu kesini."
Alena duduk di kursi sembari tersenyum dan mengangguk. Matanya melihat Gatra yang juga ikut duduk disebelahnya.
"Gania, kamu panggil Papa dikamar. Bilangin ada pacar Gatra ikut makan siang bareng kita," Kata Gina sambil menaruh piring dihadapan Alena dan Gatra.
Gania mengangguk patuh dan langsung pergi memanggil sang Papa.
Tak lama kemudian, Gania sudah kembali bersama dengan Gio-- Papa Gania dan Gatra. Cewek itu duduk di sebelah sang Mama dan membiarkan Gio duduk dikursinya sendiri, diujung meja makan.
Alena yang melihat Gio sudah duduk hanya bisa menelan ludah. Alena benar-benar merasa takut sekarang.
"Gapapa, kok." bisik Gatra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
Teen Fiction(Perfect cover by @pujina) Takdir. Tidak ada siapapun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alena. Alena, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh...