Gatra menghembuskan nafasnya kasar dan menutup pintu ruangan yang baru saja ia kunjungi. Cowok itu mulai berjalan pelan menjauhi ruangan tersebut dan menuju ruangan Alena.
Sampai disana, Gatra bertemu dengan Nova dan kedua sahabat Alena. Gatra tersenyum simpul saat matanya tak sengaja bertemu dengan Nova.
"Kamu darimana? Alena nyariin kamu," kata Nova.
"Cari angin sebentar, Bunda." Gatra mengintip kedalam ruangan sebentar. "Alena udah sadar?"
Nova mengangguk. "Udah, dia langsung nyariin kamu. Mending kamu masuk dulu gih, Bunda mau bawa makan Rana sama Helena, sekalian mau ngobrol dikit."
Gatra mengangguk sekali dan tersenyum tipis. Setelah melihat Nova, Rana dan Helena yang sudah berjalan jauh, Gatra segera melangkah masuk kedalam ruangan Alena.
"Hai," sapa Gatra dengan suara pelan seraya mendudukkan dirinya dikursi dekat brankar Alena.
Alena mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap Gatra lalu tersenyum. "Hai. Darimana?"
Gatra menunjuk kearah pintu sebentar dengan dagunya seolah memberi arti bahwa dirinya baru saja dari luar. "Cari angin,"
Alena hanya manggut-manggut. Lalu, cewek itu membawa ponselnya kehadapan Gatra memeperlihatkan sebuah gambar pantai beserta penginapan yang sudah tersedia disana.
"Kenapa?" Gatra menatap Alena dan gambar itu bergantian dengan heran.
"Aku mau, selesai UAS kita jalan-jalan kesini. Habis UAS kan kita diliburin tiga hari, boleh lah dipake kesana. Aku bakal ajak Rana sama Helen, kamu ajak Pandu, Rega, Firly sama Zidan, yah?"
Gatra tersenyum manis dan mengelus puncak kepala Alena. "Sembuh dulu,"
"Udah sembuh kok, ntar sore aku bakal pulang. Aku mau belajar, besok kan hari terakhir." balas Alena, ponselnya ia simpan kembali disamping bantal.
Gatra terkekeh. "Gak suka banget apa nginep?"
Alena menggeleng kuat. "Enggak. Lagian, aku gak mau susulan, kan aku udah pernah bilang."
Gatra hanya tersenyum lagi mendengar ucapan Alena. Tiba-tiba saja cowok itu membawa Alena kedalam pelukannya. Memeluknya erat dan mencium puncak kepala Alena.
"I love you, Al." bisik Gatra.
Mata Alena melebar mendengar bisikan itu. Jantungnya mulai berdetak tidak normal. Apa ini? Apa Gatra sudah menyadari perasaannya?
Merasa seperti itu, Alena perlahan mulai menyunggingkan senyuman manis dan kedua tangannya yang tadi menganggur diatas paha kini mulai terangkat untuk membalas pelukan Gatra.🌸🌸🌸
Pagi ini adalah pagi yang menyambut hari terakhir UAS untuk anak kelas XII SMA Taruna. Wajah yang harusnya senang karena penderitaan akan berakhir malah menunjukkan sebuah kecemberutan. Masalahnya, hari terakhir diisi dengan Matematika, pelajaran paling membunuh.
Gatra mengacak rambut Alena saat mereka sampai dikelas cewek itu. "Masuk gih, jangan takut, Matematika gak makan orang."
Alena semakin memanyunkan bibirnya. "Aku yakin, nilai aku dimatematika pasti anjlok. Aku lemah banget dipelajaran itu,"
Gatra terkekeh. "Optimis, dong. Udah ya, lo masuk sana. Oh ya, ntar pas selesai, gue tunggu di parkiran, ya? Trus kita langsung ke rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
Teen Fiction(Perfect cover by @pujina) Takdir. Tidak ada siapapun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alena. Alena, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh...