Gatra membuka matanya begitu siluet cahaya masuk melalui celah-celah jendela diruangan rawat Kinan. Matanya menyipit, lalu, Gatra bangkit dari posisi berbaringnya disofa.
"Ckck, hobi banget bangun lewat dari jam tujuh," sahut Kinan dari ranjangnya. Cewek itu sedang mengupas sebuah apel.
Gatra terkekeh dan mengacak rambutnya yang sudah acak-acakan. Cowok itu segera berdiri dan berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
"Kamu beneran gak sekolah?" tanya Kinan saat Gatra keluar dari kamar mandi, cewek itu menyodorkan sepotong apel pada Gatra yang baru saja duduk disampingnya.
Gatra menggeleng. "Habis UAS kita diliburin 3 hari, buat penyegaran otak katanya."
Kinan hanya manggut-manggut mendengar jawaban Gatra.
Setelah apel yang diberikan Kinan sudah habis masuk kedalam mulutnya, Gatra segera berdiri lagi dari posisinya dan meletakkan tangannya diatas kepala Kinan.
"Gue pulang dulu, ya? Ntar gue balik lagi."
Kinan mendongak menatap Gatra sebelum akhirnya dia tersenyum manis dan mengangguk. "Oke, hati-hati, ya!"
Gatra ikut tersenyum, diacaknya rambut Kinan sebentar, kemudian mulai melangkah pergi. Tapi, sesuatu menahan Gatra saat dirinya akan segera membuka pintu.
Gatra mengernyitkan dahi saat melihat sebuah dompet pink yang terlentang dilantai. Tanpa ingin melihat-lihat dulu isinya, Gatra langsung mengambil dompet itu dan membalikkan badan, menghadap Kinan.
"Ki?"
"Ya?" Kinan menaikkan kepalanya, melihat Gatra.
Gatra mengangkat dompet tersebut untuk diperlihatkan pada Kinan. "Punya lo?"
Dahi Kinan berkerut, lalu dia menggeleng. "Bukan, dompet aku kan warna merah."
"Lah, terus ini? Punya perawat yang jatoh gitu?"
Kinan mengangkat bahunya pertanda ia tidak tahu. "Coba buka, liat isinya kali aja ada foto atau apa yang nunjukin identitas si pemilik."
Gatra mengangguk dan segera membuka dompet tersebut. Dan hal pertama yang Gatra lakukan saat dompet itu terbuka adalah, terdiam dengan sebuah perasaan ketakutan yang tiba-tiba menyerang.
🌸🌸🌸
Alena dan kedua sahabatnya kini tengah sibuk memasukkan beberapa pakaian kedalam koper kecil yang akan mereka bawa. Yah, rencana liburan Alena waktu itu akan ia penuhi walaupun harus tanpa Gatra, toh sahabatnya masih ada.
"Baju udah, topi pantai udah, snack-snack udah, duit jajan udah... Apalagi, ya?" Helena menaruh jari telunjuknya didagu dan wajahnya terlihat nampak berpikir.
"Perlengkapan mandi, BH, CD." sahut Rana yang tengah berbaring sambil memainkan ponsel setelah semua perlengkapan liburannya sudah lengkap.
"Iya ah, tapi gak perlu sebut merek juga kali, gile amat!" Helena mencibir.
Alena menghembuskan nafasnya dan tersenyum begitu perlengkapan yang akan ia bawa juga sudah lengkap. Cewek itu memilih untuk duduk disofa yang terletak dipojok kamarnya hanya untuk sekedar beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
Teen Fiction(Perfect cover by @pujina) Takdir. Tidak ada siapapun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alena. Alena, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh...