Gatra menyatukan kedua tangannya dan menempalkannya didepan wajah. Matanya terpejam erat dan bibirnya terus bergerak merapalkan doa yang begitu banyak untuk menyertai keadaan Kinan yang kini tengah ditangani oleh Dokter.
Alena menatap Gatra dari samping. Ia bisa melihat betapa khawatirnya cowok itu sekarang.
Alena menelan salivanya kasar. Dia meremas jari-jarinya dengan kuat.
"Gapapa, Al?" tanya Rana seraya memegang pundak Alena dengan lembut. Seakan takut ia bisa menyakiti Alena.
Gatra menengok kesamping saat mendengar suara Rana yang menanyakan keadaan Alena. Cowok itu ikut menatap Alena.
Alena tersenyum tipis. "Gapapa, kok."
Gatra memegang tangan Alena, membuat Alena sontak melihat kearah cowok itu. Ditatapnya Gatra dengan heran.
"Kita cari makan, ya? Lo belum sempet makan, kan?"
Alena masih diam beberapa saat, sampai Gatra menariknya pelan untuk berdiri.
"Liatin Kinan dulu, ya? Gue bawa Alena dulu." kata Gatra pada Pandu yang langsung dibalas anggukan oleh sahabatnya itu.
"Aku gapapa kok, Gat. Kita bisa tungguin Kinan sama yang lainnya dulu," kata Alena pelan saat dirinya sudah ditarik Gatra menuju kantin yang ada di rumah sakit ini.
Gatra tersenyum simpul. "Lo harus makan dulu, ini udah jam satu malam dan lo udah pucet. Abis ini, gue bakal anterin lo pulang."
Alena menghentikan langkahnya membuat Gatra juga ikut berhenti. "Aku gak mau pulang. Aku mau liat keadaan Kinan juga,"
"Al, ini udah larut banget. Biar gue sama anak-anak yang jagain Kinan,"
"Tapi--"
"Plis, dengerin gue kali ini. Gue gak mau kalo penyakit lo kambuh lagi hanya karna lo lambat makan."
Dan setelah itu terjadi diam yang cukup lama. Gatra langsung merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa menahan ucapannya. Dan sekarang, Alena sudah menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Maksud gue--"
Alena tersenyum tipis. Tangannya menggenggam tangan Gatra dengan kuat. "Kamu udah tau, kan?"
"Al--"
"Gapapa. Kalo kamu mau jauhin aku setelah ini, aku ikhlas. Emang udah kayak gitu, kan? Siapa sih yang mau deketan sama orang yang penyakitan kayak aku."
"Alena!" Gatra menatap Alena tidak suka. "Lo pikir gue apaan? Penjijik? Plis, gue bukan orang yang kayak gitu. Kalo menurut lo gue adalah orang yang semacam itu, terus gimana sama Kinan? Apa gunanya kalo gitu selama ini gue nemenin Kinan ngelawan penyakitnya?"
Air mata Alena meluruh dan buru-buru ia menghapusnya. "Orang penyakitan itu cuma bisa bikin repot Gat, dan setelah itu kerepotan kalian gak akan terbalas karna ujungnya kita bakal mati."
"Lo ngomong apa sih, hah?"
"Aku cuma gak mau bikin orang disekitar aku kerepotan hanya karna penyakit aku ini. Udah cukup Ayah sama Bunda. Jangan ada orang lain lagi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
Teen Fiction(Perfect cover by @pujina) Takdir. Tidak ada siapapun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alena. Alena, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh...