Jadi, aku buat extra part untuk ALENA. Tapi, hanya satu. Gak ada extra part 2, extra part 3 ataupun extra part lainnya.
ΔΔΔ
Saat Alena dan Kinan memasuki ruang operasi, para dokter mempersilahkan mereka berdua untuk mendiskusikan kembali rencana dari pihak Alena yang masih mendapat penolakan dari pihak Kinan.
Keduanya berbaring diatas brankar namun saling menatap satu sama lain. Kinan menghela nafas panjang.
"Aku nggak mau, Al." kata Kinan dengan pelan. Suaranya terdengar bergetar.
"Ki--"
"Bahagianya Gatra itu bukan sama aku! Emang kamu udah mikir? Kalo kamu yang pergi, kamu pikir Gatra bakal bahagia? Kamu pikir Gatra bakal jalanin hidupnya sama kayak apa yang kamu mau, hah?"
Alena mengedipkan matanya berulang kali, berupaya untuk tidak meloloskan air bening yang sudah menggenang dipelupuk matanya.
"Gatra lebih bahagia sama kamu. Kamu tau, dia sama sekali lupain aku waktu pertama kali kenal sama kamu. Dia lupa daratan kalau udah bareng kamu. Dia gak peduli lagi apa yang ada disekitarnya kalo udah ada kamu disampingnya." tukas Kinan. Matanya beralih menatap langit-langit ruang operasi dengan pandangan yang mulai buram sebab terhalang oleh air mata.
Hening beberapa detik. Sampai suara tangis Alena mulai terdengar sesenggukan.
"Aku nggak sanggup, Ki. Aku nggak tahan sama sakitnya. Aku nggak bakal kuat." kata Alena disela-sela tangisnya.
Kinan menarik napas dalam-dalam lalu ia hembuskan dengan perlahan.
"Aku rela donorin hati aku, buat kamu. Asal, kamu janji sama aku untuk selalu ada dan selalu bisa buat Gatra bahagia. Jangan pernah bikin dia sedih, Al. Walaupun dia pernah nyakitin kamu, aku mohon, kamu jangan balas dendam sama si brengsek sialan itu."
Alena langsung menatap Kinan dengan tatapan protes. "Aku nggak mau!"
"Harus mau!" Kinan balas menatap Alena. Tatapannya begitu tegas. Seolah ia tak bisa dibantah.
"Eng--" ucapan Alena terpotong begitu Kinan mengabaikannya dengan memanggil dokter.
"Dok, ayo kita mulai operasinya. Hati saya, pindahin ke Alena." titah Kinan pada sang dokter yang sedari tadi sudah menunggu keputusan mereka.
"Kinan!" bantah Alena. "Aku nggak mau, kamu gak boleh ngelakuin itu!"
Kinan kembali menatap Alena tepat dimanik mata cewek itu. "Aku harus ngelakuin ini! Aku mohon,"
Air mata Alena kembali menetes. "Kinan..."
"Aku pengen nyusul Mama sama Papa, aku kangen mereka, Al." kata Kinan lagi, kali ini suaranya memelan.
Alena tertegun. Tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
Kinan tersenyum simpul. Kembali dia melihat pada dokter. "Ayo, dok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
Teen Fiction(Perfect cover by @pujina) Takdir. Tidak ada siapapun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alena. Alena, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh...