Gatra memberhentikan motornya di depan gerbang rumah Alena. Cowok itu membuka helm dan menyisir rambutnya menggunakan jari lalu turun dari motor berwarna merah itu.
Dahi Gatra berkerut saat tidak menemukan sosok Alena yang duduk diteras menunggu dirinya seperti biasanya.
"Den Gatra?"
Gatra berbalik, melihat pada Pak Darma yang pagi itu sudah rapi dengan seragam security miliknya.
"Alena gak sekolah, Pak?" tanya Gatra.
"Loh, Non Alena udah berangkat dari tadi."
Gatra mengernyit. Kenapa Alena tidak memberitahunya?
"Gatra?"
Gatra kembali sadar saat suara Nova terdengar. "Bunda,"
"Kata Alena kamu gak sekolah, makanya dia langsung ikut sama Ayahnya kebetulan Ayah ada panggilan dari rekannya."
Gatra mengernyit. "Gatra gak bilang gitu, Bun."
"Loh? Si Alena boongin Bunda, dong?"
Pikiran Gatra kembali kacau. Ada apa dengan Alena, kenapa cewek itu jadi seperti ini. Apa karena Gatra tidak membalas pesannya? Yah, mungkin itu bisa jadi. Gatra akan menjelaskan pada cewek itu nanti.
"Gatra berangkat deh, Bun. Nanti ketemu Alena di sekolah aja," Pamit Gatra seraya mengambil tangan Nova untuk dicium.
Nova mengangguk. "Hati-hati, yah,"
Gatra tersenyum dan mengangguk. Kemudian, mulai menaiki motornya seraya memasang helm. Setelah itu, dia mulai menancap gas menuju ke sekolah.
🌸🌸🌸
"Alena, mana?" tanya Gatra begitu ia bertemu dengan Helena yang kala itu ingin keluar dari kelas untuk membuang bungkus wafernya.
"E-- Alena.. Gak tau, gue baru dateng."
Gatra menghela nafasnya kasar. "Jangan bohong, ini masih pagi."
Helena menelan ludah. "Su-- sumpah, gue gak tau. Gue juga baru datang,"
"Kalo lo boong, UAS lo semua gak tuntas. Termasuk UN!"
Helena melotot. "Apaan?! Doanya gak enak banget!"
Gatra berdecak. "Makanya, kasih tau gue!"
"Gue gak tau, maksa banget, sih! Untung lo ganteng, kalo kagak udah gue tendang!" setelah itu, Helena masuk lagi ke dalam kelas tanpa mau peduli pada Gatra yang masih berdiri dekat pintu.
Gatra mengacak rambutnya dan menghembuskan nafas dengan kasar. "Lo kemana sih, Al?" gumamnya pelan.
🌸🌸🌸
Saat bel istirahat berbunyi, Gatra dengan cepat keluar dari kelasnya meskipun masih ada guru disana. Cowok itu dengan tergesa-gesa berlari menuju kelas Alena.
"Eit, stop!"
Tubuh Gatra tertahan saat ia akan masuk kedalam kelas IPA1. Sang sekretaris IPA1-- panggil saja Aya, menjulurkan tangannya untuk menyuruh Gatra berhenti melangkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alena
Teen Fiction(Perfect cover by @pujina) Takdir. Tidak ada siapapun yang dapat mengelak dari takdir, termasuk Alena. Alena, gadis polos yang selalu menghabiskan waktunya dikelas, sibuk dengan novel atau buku pelajaran. Dia bukan cewek-cewek hits yang dikenal oleh...