ALENA - 44

304K 23K 821
                                    

Alena tersenyum begitu manis menatap pantulan dirinya dicermin. Wajahnya terlihat pucat namun tidak menjadi penghalang untuk memancarkan pesona Alena. Dia masih terlihat cantik, sangat.

"Alena?"

Alena langsung menengok ke pintu dan masih tersenyum. "Iya, Alen keluar, Bun."

Setelah mengambil tasnya diatas kasur. Alena kembali berdiri didepan cermin. Menatap pantulan dirinya masih terus tersenyum senang.

Tentu saja senang. Semalam Alena dengan tiba-tiba meminta Nova dan Andi untuk membawanya pulang. Katanya dia ingin ujian di sekolah untuk hari terakhir UN. Dia ingin bertemu teman-teman sekelasnya. Karena tidak tega menolak permintaan Alena sebab perempuan itu sudah mengeluarkan air mata memohon, Nova dan Andi terpaksa mengiyakan.

Dan disinilah Alena. Di rumahnya, di kamarnya, didepan cermin lengkap dengan seragam sekolahnya.

Alena keluar dari kamarnya, menuruni tangga untuk bergabung bersama Andi dan Nova di meja makan.

"Sarapan dulu, ya," kata Nova seraya memberikan selembar roti dan segelas susu pada Alena.

Alena tersenyum dan mengangguk.

"Ayah anterin? Atau ada Gatra yang jemput kamu?"

"Ada Rana kok, Yah." jawab Alena.

Andi menaikkan sebelah alisnya mendengar jawaban Alena yang berbeda, tapi dia tidak mau ambil pusing dan memilih untuk tersenyum. "Yaudah, abisin sarapannya entar Rana keburu datang. Oh ya, kalo ada apa-apa di sekolah langsung hubungin Ayah, ya?"

"Siap, kapten!"

Andi tersenyum begitupun Nova yang sedari tadi hanya menjadi penonton dan pendengar.

Tin tin

Suara klakson mobil yang berbunyi bertepatan dengan habisnya sarapan Alena. Karena sudah terlalu hafal atau sebagainya, cewek itu langsung bangkit dan senyumnya semakin lebar.

"Alena berangkat, ya?" pamit Alena kepada Nova dan Andi seraya mengambil kedua tangan orang tuanya untuk dicium.

"Hati-hati, bilangin Rana nyetir gak usah ngebut." pesan Nova yang langsung dibalas Alena dengan acungan jempol.

Nova menghela nafasnya saat Alena sudah keluar dari rumah. Perlahan, senyumnya yang tadi begitu lebar kini menghilang. Tak lama dari itu, suara isakan tangis mulai terdengar. Membuat Andi mau tak mau harus menatap pada istrinya.

"Gapapa. Alena pasti baik-baik aja," Andi mengelus pundak istrinya itu dengan pelan dan sejurus kemudian dia membawa Nova kedalam pelukannya.

🌸🌸🌸

"Semangat banget sih, Al." kata Rana seraya menengok pada Alena yang duduk disampingnya saat lampu lalu lintas berwarna merah.

Alena terkekeh pelan. "Abisnya, aku udah gak di rumah sakit lagi. Tau gak sih Na, di rumah sakit tuh ngebosenin, apalagi aku harus ujian disana. Gimana kepala aku gak mau sakit coba? Udah bosen, sepi senyap, harus kerjain soal-soal yang nguras tenaga banget lagi."

Rana tertawa pelan. "Hari terakhir juga Al," katanya dan kembali menjalankan mobilnya.

"Nah, itu! Karena ini hari terakhir, aku pengen ujian di sekolah. Ketemu sama kalian, ujian rame-rame. Kita kan lulusnya rame-rame, masa aku ujian sendiri, sih? Kan gak asik."

AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang