Erix dan Lucius sekarang berada di ruang kosong yang terpisah dari rumah Haruka. Mungkin bangunan empat kali empat meter ini sengaja disiapkan untuk menyimpan barang-barang tertentu.
"Lucius, sepertinya aku tertarik ingin menjadi shensin," kata Erix disela waktu santainya.
Lucius yang sedang membongkar isi ranselnya segera menyela argument tersebut. "Tidak! Itu sangat berbahaya Tuan. Karena hal itulah yang membuat Anda dirawat di rumah sakit,"
"Itu pasti sangat menyenangkan, Lucius. Seperti simulasi gim. Hidup dengan tantangan merupaka hal wajar untuk laki-laki, 'kan?"
"Ini demi kebaikan Anda sendiri, Tuan. Dungeon itu tempat yang sangat berbahaya."
"Kau selalu seperti itu, Lucius. Kau sahabatku, jadi aku tahu persis dengan kekhawatiranmu. Tapi, saat kita memasuki dungeon dan menjelajahnya, seakan ada gejolak tertentu di tubuhku. Kau lihat goblin tadi, goblin itu nyata. NYATA! Bukan anak kecil yang ber-cosplay, itu nyata. Aku yakin akan ada mahluk-mahluk luar biasa lainnya di dungeon yang berbeda. Org, Harpy, Mutan, Youkai, Gorgon, Undeth, mungkin Malaikat dan Iblis tentunya juga ada. Mahluk-mahluk fantasy yang nyata." Ekspresi terpukau muncul di wajahnya saat membayangkan makhluk-makhluk mitologi itu bisa ia temui.
"Ya, mahluk yang akan melukaimu," desis Lucius.
"Kau membosankan. Pokoknya aku mau menjadi shensin. Dan kau ikut denganku, oke?"
"Tapi, Tuan...."
"Tss," Erix mengancungkan jari telunjuknya, "Apa jawabanmu?"
"Baik, Tuan."
"Nah, begitu donk. Kau lebih tahu aku dari semua orang di dunia ini Lucius. Seharusnya kita tidak perlu berdebat tadi."
Lucius hanya menghela nafas panjang. Erix memang termasuk keras kepala jika ia menemukan sesuatu yang sangat ia sukai. Hanya ayahnyalah yang dapat mengontrol ego tersebut. Tapi sekarang, Erix telah terlepas dari kekangannya dan ia bebas melakukan apapun yang ia suka. Sekarang justru Lucius yang dipusingkan dengan hal itu. Namun yang pasti, ia harus lebih kuat untuk melindungi tuannya.
*****
Matahari bergulir dan tenggelam di ufuk barat, malam pun datang menyelimuti. Di saat semua orang sedang terlelap, Haruka mendengar suara langkah kaki dari arah luar rumahnya. Ia bangun dari tidurnya, mencari sumber suara itu dan segera mengikutinya. Sesosok siluet terlihat dalam keremangan malam, namun ia tidak bisa menebak siapa orang tersebut. Lalu ia mendengar suara pintu pagar terbuka dan siluet itu pergi menjauh.
Haruka terus mengikutinya. Tak berapa saat, tibalah ia di sebuah padang rumput yang tak begitu jauh dari rumah. Siluet itu berhenti di tengah padang rumput tersebut lalu merebahkan tubuhnya di atas sebuah batu yang besar.
Cahaya bulan purnama yang tadinya bersembunyi dibalik awan tebal, kini telah memancarkan sinarnya dengan terang. Di saat itulah Harukatau bahwa siluet itu adalah Erix. Ia segera menghampirinya.
"Erix. Apa yang kau lakukan malam-malam seperti ini?" tanya Haruka yang tiba-tiba muncul.
"Wa!!"
"Kyaaa!!" jerit Haruka yang juga kaget akan reaksi pemuda itu.
"K-kau membuatku jantungan, Haruka," kata Erix terperanjak kaget. Ia menghirup nafas panjang mengendalikan deru jantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow
Fantasy~Tamat~ CAPTER 1~46 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallow : Datangnya Sang Pahlawan] CAPTER 46~94 SUDAH TERBIT [Dungeoh Hallow II : Pemuja Iblis] CAPTER 95 ~ 145 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallow III : Kerajaan Albion] CAPTER 146 ~ 180 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallo...