Dengan satu ayunan keras dari Lucius, membuat dinding gua itu hancur menjadi serpihan.
"Lucius! Kau tidak apa-apa?" Erix berteriak, ia segera menarik pelayannya itu untuk menjauhi pusat runtuhan.
Di sisi lain, Kotaro menarik Tatsumi dengan cepat.
"Wah, tadi itu hampir saja," ujar Tatsumi. "Terima kasih, Tuan Kotaro."
Setelah semuanya tampak aman, tidak ada lagi tanda-tanda langit-langit gua akan ambruk, Tatsumi melangkah maju memasuki jalan yang baru terbentuk. Erix dan yang lain mengikutinya di belakang.
"Uwoow," itulah kata yang pertama kali Erix ucapkan saat ia melihat sebuah kawasan gua fantasi yang terpampang di depannya.
Tidak hanya Erix, semua taman-tamannya pun berucap hal yang sama. Mereka terkagum dengan apa yang mereka lihat.
Di depan mereka, terdapat sebuah ruangan gua yang sangat luas, jauh lebih luas dari bangunan manapun. Di tengah gua, terdapat sebuah pilar yang menopang agar langit-langit ruangan tidak runtuh. Di atas penompang itu, terdapat kristal-kristal cahaya yang memancarkan cahaya kebiruan. Bergelombang seperti dentuman air terjun.
Pada setiap dinding, terdapat kristal-kristal dengan warna beraneka ragam yang menyerap cahaya dari taburan kristal di langit.
Erix mengeluarkan ponsel pintarnya lalu memfoto ruangan itu, mengambil gambar kristal-kristal eksotis yang tidak akan bisa ia temukan di mana pun.
Di dasar gua, terdapat ribuan pasukan semut yang merusak pemandangan ini. Dan mereka, menatap ke atas, atau lebih tepatnya menatap ke arah Erix. Karena cahaya blits pada ponesl pintar menarik perhatian mereka.
"Sepertinya kita ketahuan," kata Erix.
Yuhka menepok jidadnya.
Beberapa ekor semut, mengepakkan sayapnya dan terbang menghampiri kelompok Erix. Bukan beberapa, tapi beberapa puluh. Segerombol menyerbu pera penyusup.
"Bagaimana? Kita lari?" tanya Erix, ia terlihat tidak peduli padahal kakinya gemetar.
Kotaro melempar salah satu surikennya, sehingga piringan pisau itu melesat dan menghantam salah satu semut terbang itu. Seketika, semut itu hancur dan menjadi bongkahan kristal.
Erix tersentak melihat hal itu. Sekarang ia tidak melihat semut raksasa sebagai monster namun, sebagai uang yang berjalan.
"Mereka sangat mudah dihancurkan," ujar Kotaro. "Aku rasa, ini akan mudah."
"Yah, dan kita akan kaya," kata Erix dengan katanannya yang sudah terhunus.
"Lubang itu," tunjuk Tatsumi, "Di sana aku merasakan logam bagus sedang bersemayam,"
"Tunggu apa lagi? Kita ratakan," Erix tampak bersemangat dan mulai menebas semut terbang yang mendekat.
Benar yang dikatakan Kotaro, mereka sangat lemah. Hanya dengan tebasan biasa, semut terbang-semut terbang itu hancur jadi bongkahan. Tapi, jumlah yang menyerbu menjadi masalah utama mereka.
Tidak hanya itu, semut-semut yang merayap di tanah juga ikut andil. Mereka berkerumun menaiki dinding dan menyerbu.
"Explosion"
*****
Cerita selanjutnya bisa dibaca dalam bntuk buku cetak ^^
Bisa didapat di Shopee dan Tokopedia
https://shopee.co.id/product/36638539/21753181932?smtt=0.36639923-1665291745.9
https://tokopedia.link/gs3WkYPCYtb
_________________________________
Gak kerasa udah capter 101, lumayan panjang juga
Baiklah, silahkan di komentari
Tunggu kelanjutannya ya, daag...^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow
Fantasía~Tamat~ CAPTER 1~46 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallow : Datangnya Sang Pahlawan] CAPTER 46~94 SUDAH TERBIT [Dungeoh Hallow II : Pemuja Iblis] CAPTER 95 ~ 145 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallow III : Kerajaan Albion] CAPTER 146 ~ 180 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallo...