61 : Makhluk Legendaris

1.6K 166 16
                                    

9 Hari

Part 3

Mex Willow masih tertegun menatap senyum Erix dan Haruka yang jelas sangat bersahabat. Ia tidak tahu bagaimana menanggapi senyum kedua shensin tersebut. Biasanya ia dihina oleh warga lain namun, kali ini justru diajak berteman.

Pikiran buruk sempat muncul dalam benaknya. Seperti apa yang Erix dan Haruka tunjukkan sekarang hanyalah akting, atau ada maksud lain dari tingkah mereka, atau pemikiran-pemikiran buruk lainnya. Tapi saat melihat kembali senyum tulus mereka, pemikiran buruk itu luntur tak terbukti.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" Seorang pria dewasa datang menghampiri mereka. Ucapan pria itu mengagetkan Mex dari lamunannya. Ia tidak sendiri, seekor mahluk fantastis ikut bersamanya di belakang.

"Eeee ... mereka ...." Max tidak bisa berucap, takut salah bicara.

"Ha-ha-Haruka ... Haruka ... i-i-itu...." Erix sentak tergagap dengan mahluk fantastis milik paman tersebut.

"Aku tahu Erix, aku tahu," kata Haruka yang juga ikut terpesona.

"GRIFFIN!!" seru Erix dan Haruka serentak.

"Kereeeen!!" tambah Erix sangat terkesima.

Erix tidak melebih-lebihkan perkataannya. Karena di Bumi, mahluk ini hanya ada dalam legenda. Bahkan beberapa orang beranggapan kalau makhluk ini tidak pernah ada, hanyalah imajinasi fiktif orang-orang zaman primitif. Namun, sekarang makhluk dalam legenda itu justru berdiri tegap di depannya. Bukan ilisi atau imajinasi, griffin itu nyata.

Erix langsung tunduk seakan menghormati griffin itu. Karena dalam legenda, melakukan hal itu dapat menyenangkan hati makhluk tersebut, mereka sangat suka dengan orang yang sopan. Melihat Erix menundukkan tubuhnya, Haruka pun mengikutinya.

Karena merasa diagungkan, griffin itu pun ikut menundukkan kepalanya, menerima penghormatan dua orang di depannya. Erix tahu persis bahwa griffin memiliki harga diri yang tinggi. Karena bagaimanapun juga, dia adalah raja bangsa burung dan kucing besar.

"Boleh aku mengusap kepala Anda?" tanya Erix.

"Itu tidak mungkin, Griffon milik ayah terlalu- HAA!" Max sangat tercengang saat ia melihat Erix dan Haruka mengusap-usap kepala griffin.

Tidak hanya itu, Erix bahkan memeluk griffin itu sambil menggaruk-garuk leher bawahnya seakan mereka sudah kenal lama. Erix dan Haruka terlihat sangat senang mengusap bulus halus elang singa tersebut, griffin pun tampak sangat menikmatinya.

Max tetap tercengut tidak percaya. Selama ini, berapa kali ia mencoba untuk melakukan apa yang Erix lakukan sekarang namun, ia tidak pernah berhasil. Yang ada malah kepalanya yang sering dipatuk.

Tidak hanya Max, paman pemilik griffin itu sendiri terdiam. Pikirannya tergemap kacau. Selama yang ia tahu, griffinnya tidak pernah menanggapi orang asing sebelumnya. Bahkan anaknya sendiripun tidak bisa melakukannya. Tapi entah mengapa, dua orang asing ini terlihat begitu akrabnya dengan Griffon. Padahal, mereka baru saja bertemu beberapa menit yang lalu.

"Chief, ada orang mencarimu ...." Seorang pria tiba-tiba datang menemui paman pemilik Griffin.

"Siapa?" tanya paman itu namun, pria itu hanya menghela nafas menjawab pertanyaan tersebut. Seakan tahu yang dimaksud, paman pemilik griffin itu mengindahkan pria itu. "Aku mengerti."

Wajah Max menunjukkan raut kekesalan saat mendengar kabar tersebut, dia agak marah dan jengkel. Atmosfer tiba-tiba agak menegang di sini.

Paman meninggalkan griffinnya pada Erix dan Haruka dan pergi bersama pria yang baru datang tadi, mereka akan menemui seseorang yang katanya sedang mencarinya.

Erix sedikit penasaran dengan ketegangan yang terjadi. Ia dan Haruka mengikuti paman itu dari belakang. Tanpa disadari, griffin juga mengikuti mereka.

Di depan gerbang, ada tiga orang pria bertubuh kekar sedang menunggu. Saat kedatangan paman pemilik griffin, raut wajah mereka tampak mengejek.

"Apa kalian mencariku?" tanya paman itu.

"Ini dia, Idris Willow, sang kepala desa yang ceroboh dan tidak kompeten. Monstermu sedang mengamuk di hutan bagian barat. TOLONG URUS MONSTER ITU!" katanya dengan kasar, sedangkan dua orang lainnya hanya diam namun menatap kepala desa dengan tatapan benci dan jijik. "Memelihara monster yang berbahaya, kalian benar-benar gila!"

"Baiklah, kami akan mengatasi masalah ini."

"SECEPATNYA!" bentak orang itu lagi, lalu mereka pergi meninggalkan desa.


________________________

Lanjutannya bisa dibaca di buku ya ^^

Lanjutannya bisa dibaca di buku ya ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dungeon HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang