54 : Pesta Dansa

1.6K 174 55
                                    

19:30 Malam

Susunan dekorasi-dekorasi mewah menciptakan kesan megah di ruang alun-alun istana. Di setiap sisi terdapat sederet meja beralas sutra putih yang menyajikan makanan berkelas. Gelas-gelas cantik berisi wine mahal ikut meramaikan meja tersebut.

Orang-orang yang hadir pun berpenampilan sangat elegan. Jas-jas mahal dengan sepatu kulit asli memainkan peran gagah pada semua pria. Dan para wanita-wanita cantik mengenakan gaun indah membuat mereka terlihat seperti dewi-dewi yang turun ke dunia.

Beberapa diantara mereka membentuk kelompok kecil saat berbincang membicarakan hal formal dan informal.

Yuhka, yang ditemani Erix dan Lucius di belakngnya, memasuki ruang aula tersebut. Ketiga pemuda itu terlihat sangat rapih dan tampan. Untuk beberapa alasan mereka menjadi sorotan.

Seorang laki-laki, mungkin orang ini berwajah paling tampan di ruangan tersebut – tampak jelas dari cara berpakaian yang luar biasa bagus – datang menghampiri kelompok tiga pemuda tadi.

"Selamat datang Tuan Yordenda, sudah lama kita tidak bertemu," sapa laki-laki itu.

"Yang Mulia Pangeran ..., senang melihat anda begitu sehat," ujar Yuhka seraya menundukkan kepalanya sesaat.

Erix dan Lucius sepertinya tidak memperdulikan orang di depan mereka. Mata kedua pemuda itu tampak sibuk menelusuri setiap sudut keramaian untuk mencari seorang wanita, yaitu Haruka.

"Apakah mereka tamu kehormatan kita?" tanya pangeran lagi.

"Ah, perkenalkan pangeran. Erix Arthur dan Lucius Ventus. Mereka tamu kehormatan kita malam ini," kata Yuhka yang memperkenalkan dua temannya.

Erix dan Lucius yang merasa nama mereka disebut, segera menghentikan pencarian.

"Selamat malam ...," sapa Erix sedikit canggung. Lalu ia mendekati Yuhka dan berbisik. "Siapa dia?"

"Perkenalkan, Yang Mulia Aaron Silvyan Miathra, Putra Mahkota Kerajaan Ardesadale," kata Yuhka memperkenalkan pangerannya dengan bangga.

"Pu-putra Mahkota...!?" Erix seketika tersentak. "Se-sebauh kehormatan bisa bertemu dengan Anda, Pangeran."

"Kalian terlalu berlebihan. Malahan aku yang merasa bangga bisa betemu dengan kalian, para pahlawan shensin yang terhormat."

"Anda terlalu membesar-besarkan, Yang Mulia. Merupakan kewajiban kami untuk menyucikan dungeon," kata Erix dengan formal.

Saat keempat orang ini sedang bercengkrama, seorang pria tua, tidak begitu tua sehingga harus disebut kakek-kakek, datang menghampiri mereka. Yuhka merasa tertegun akan kedatangan pria setengah baya itu.

Orang ini adalah orang nomor satu di Kerajaan Ardesdale dan paling dihormati dari semua kalangan. Pemerintahan dan kekuasaan ada di tangannya. Sang pemimpin yang paling disegenani. Dia adalah Raja Ardesdale, Raja Sweyn Forkerbeard.

"Sebuah kehormatan dapat bertemu dengan Anda, Yang Mulia Raja," Yuhka menundukkan kepalanya dalam-dalam sambil menahan getaran di punggungnya.

Setelah mendengar perkataan Yuhka, ditambah dengan tingkah laku yang ditunjukkan teman mereka itu, tidak butuh proses panjang untuk otak Erix dan Lucius berfikir. Di hadapan mereka sekarang adalah seorang raja. Cepat-cepat Erix dan Lucius menundukkan kepala mereka.

"Apakah mereka tamu kehormatan kita?" tanya Raja.

"Iya, Yang Mulia," jawab Rangeran.

"Jadi, kita bisa memulai pestanya?" tanya Raja lagi.

"Tinggal satu orang lagi, Yang Mulia," jawab Pangeran.

"Baiklah kalau begitu." Pandangan Raja bergulir tertuju pada Erix dan teman-temannya. "Kalian bertiga, selamat menikmati pestanya."

Dungeon HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang