Mereka semua terdiam dalam gelap, berbalut dengan ketakutan dan kengerian. Meringkuk memeluk kaki masing-masing yang gemetar.
Suara dentingan pedang, suara teriakan yang melengking, suara darah yang tertumpah dan suara tubuh yang tersayat masih menggema di telinga mereka. Suara-suara itu terdengar sangat jelas.
"Ini membuatku gila!!" Erix beranjak dan berjalan ke neraka tanpa bara tersebut.
"Tuan ...."
"Setidaknya aku tidak mau mati konyol di sini," katanya.
"Ini bukan gim, Tuan. Sekali kau mati, kau tidak bisa dibangkitkan kembali."
"Mau bagai mana lagi, ini adalah risiko dari jalan yang yang aku ambil." Pemuda itu kembali melangkah.
Lucius beranjak dan menyusul tuannya.
"Lucius!" seru Rodin.
Lucius menghentikan langkahnya sesaat. "Aku akan pergi kemanapun tuanku pergi. Dan aku akan melindungi tuanku apapun yang terjadi."
Rodin ikut beranjak. Walaupun kakinya masih gemetar, ia tetap berusaha untuk berdiri. "Andai saja aku juga memiliki keberanian sama seperti kalian." Lalu ia berjalan mengikuti kedua pemuda itu.
"Romantis sekali. Mereka bukan pasangan homo, kan?" canda Ante.
"Aku tidak homo!" teriak Erix jauh di depan mereka.
Semua orang di sana seketika tertawa. Di waktu bersamaan, rasa takut mereka ikut menghilang karenanya. Semua shensin berdiri dan beranjak menyusul Erix untuk menghadapi kenyataan mengerikan di depan mereka.
Pemandangan ekstrim dan mengerikan terpampang di depan mata, shensin-shensin hebat itu tampak masih saling bunuh. Erix dan teman-temannya sepertinya sudah sedikit terbiasa dengan pemandangan perang shensin tersebut.
Dalam dentingan pedang yang beradu, terdengar suara orang tertawa di sebrang ruangan. Tawanya sangat keras, menggambarkan suatu kepuasan di dalamnya. Erix menjinjit dan melihat asal suara tersebut. Di tengah ruangan, terdapat seorang laki-laki yang sedang duduk di sebuah singgasana dengan sandaran tinggi. Dilihat dari wajahnya, usianya sekitar 25 sampai 30 tahun. Bibir laki-laki itu melengkung, ia terlihat sangat senang.
"Ayo! Bunuh teman kalian. Bakar kecemburuaan di hati kalian dan bunuh! Bunuh! Bunuh! Ghahahah ...," serunya dengan tawa lepas menggema.
"Siapa dia?" bisik Erix pada Haruka.
"Aku tidak tahu," jawab Haruka. Erix menoleh ke arah Tias.
"Aku juga tidak tahu," jawa Tias sambil mengangkat kedua bahunya.
Seperti yang dijelaskan Rodin beberapa saat lalu kalau belum ada shensin yang berhasil sampai di ruangan bos. Kemungkinan dialah bos yang dimaksud namun, belum ada yang tahu akan identitasnya.
Erix menatap semua shensin yang bersamanya namun, semuanya menggelengkan kepala. "Tidak ada informasi apapun yang kalian tahu tentangnya?"
"Tidak ada sama sekali," jawan Tias.
"Rodin, bukannya kau pernah menjelajah dungeon ini. Apa guild tidak memberikan informasi tertentu kepadamu?" desak Erix lagi.
"Bukannya tidak diberikan tapi, memang tidak ada informasi apapun. Setiap kali guild mengirim shensin untuk menerobos hingga ruang Bos, shensin tersebut tidak pernah kembali lagi," jelas Rodin.
Dahi Erix mengkerut. "Jadi, kita berperang dengan raja yang tidak kita kenal!?"
Semua shensin di sana mengangguk.
"Astaga! Siapa orang bodoh yang memimpin pasukan ini!?" kata Erix kesal.
Dengan spontan Rodin menunjuk Pangeran Richard yang sedang beradu pedang dengan shensin yang lain. "Dia orangnya."
Urat pada dahi Erix berkedud jarena kesal.
Erix menarik nafas panjang, lalu dihembuskannta lagi dengan perlahan. "Kita akan mati konyol di sini."
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Maia.
"Kita beri salam. Nona Ante, gunakan sihir ledakanmu," jawab Erix dengan memberi saran yang gila.
Tanpa pikir panjang, Ante merapal mantra lalu ia mengancungkan tongkat rod yang ia pegang ke arah orang yang sedang tertawa di sebrang mereka. Ujung tongkat bercahaya dan muncul sebuah ledakan tepan di depan wajah laki-laki. Semua shensin yang sedang saling bunuh, seketika berhenti bergerak seperti patung.
Asap hasil ledakan menghilang setelah beberapa saat. Laki-laki yang sedang duduk di singgasananya itu tetap dalam posisi santainya, seakan ledakan itu tidak berpengaruh sedikit pun padanya.
Sambil menyangga kepalanya di tangannya, laki-laki itu menatap ke arah rombongan Erix di ambang gua. Wajahnya yang tadinya bahagia, kini terlihat kecut dan masam. Ia terlihat kesal karena kesenangannya sedang terganggu.
"Anu, Nona Ante, sebenarnya tadi aku hanya bercanda," kata Erix dengan wajak konyal menyesakkan.
"HAAAA!!?" seru Ante, Peter dan Hendro serentak.
"Siapa kalian?" kata laki-laki itu dengan halus. Semua shensin yang bersama Erix, berkidik ketakutan.
"Kami adalah malaikat mautmu!" seru Rodin dengan rasa percaya diri tinggi.
Laki-laki itu tersenyum sedikit mendengus. "Ayolah, jangan terlalu kasar."
"Tidak ada kata halus untuk orang sepertimu," seru Rodin lagi.
"Loh, kenapa. Lihat orang-orang itu. Mereka tampak bahagai sejak bersamaku," tunjuk laki-laki itu ke arah shensin yang saling bunuh. Secara serentak, mereka menoleh dan menatap Erix dan timnya. Memang benar, shensin-shensin itu terlihat sedang tersenyum menyeringai. Tapi itu adalah senyuman yang biasa ditunjukkan oleh orang gila, senyum melengkung seperti seorang psikopat. Melihat hal itu, Rodin serasa ingin muntah.
Dengan sekali jentikan jari, shensin-shensin tadi kembali saling bunuh. Orang itu tampak sangat senang dengan tontonan tersebut. Ia kembali melihat Erix dan teman-temannya dan ia menawarkan sesuatu yang gila. "Apa kalian ingin bergabung?"
"Tentu saja tidak, dasar bodoh!" bentak Rodin dengan keras.
"Kalian harus ikut!!" orang itu berdiri lalu dari belakang tubuhnya muncul aura hitam yang pekat. Sepertinya, aura itu sama dengan aura yang dilihat Erix dan Lucius yang keluar dari para pasukan shensin.
Aura itu menyebar dengan cepat dan dalam sekejap, aura tersebut menerkam Kenshi, Peter, Hendro, Ante, dan Max. Semacam asap kegelapan membalut tubuh kelima shensin itu dengan cepat. Dalam beberapa detik kemudian, aura itu menyusut dan masuk ke dalam tubuh mereka.
________________________
Lanjutannya bisa dibaca di buku ya ^^
🍀____________________________________🍀
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow
Fantasy~Tamat~ CAPTER 1~46 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallow : Datangnya Sang Pahlawan] CAPTER 46~94 SUDAH TERBIT [Dungeoh Hallow II : Pemuja Iblis] CAPTER 95 ~ 145 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallow III : Kerajaan Albion] CAPTER 146 ~ 180 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallo...