45 : Wadah Sang Ayah

1.6K 153 14
                                    

Leviathan segera melepas cengkramannya. Tubuh Erix kembali terjatuh dan terjerembab. Pangeran neraka itu tampak ketakutan, nafasnya menggebu seakan dikejar makhluk lebih mengerikan dari dirinya.

"Apa itu tadi?" kata Leviathan penuh gugup. Ia menarik nafas panjang untuk menenangkan pernafasannya.

Apa yang ada di tubuh Erix merupakan suatu yang cukup mengerikan bagi Leviathan. Ia sudah merasuki ribuan makhluk dalam hidupnya namun, dari orang-orang itu ia hanya menemui kebencian, iri, tamak, serakah, nyinyir, sombong dan sisi-sisi gelap lainnya. Kegelapan busuk yang bahkan iblis sendiri jijik melihatnya. Tapi tidak dengan pemuda di depannya ini. Kegelapan di dirinya merupakan kegelapan sejati, yaitu kegelapan murni bukan dari sifat-sifat busuk tersebut. Seakan kegelapan itu datang dari sisi tergelap malam yang melahap apapun bahkan kegelapan itu sendiri.

Leviathan belum pernah melihat kegelapan seperti itu sebelumnya. Yang menggambarkan sifat kejam dan sadis. Sudah lama ia mencari kategori kegelapan seperti ini namun, tidak menyangka akan segelap itu.

Selain mengemban misi untuk menaklukkan dunia dan menyebarkan terror ketakutan, Tujuh Pangeran Neraka juga memiliki misi lain. Mereka harus menemukan Wadah Sang Ayah, yaitu seorang dari golongan manusia yang memiliki hati gelap yang sangat pekat. Kejam dan sadis haruslah menjadi sifat dasarnya. Dan semua ciri-ciri itu sangat cocok dengan apa yang ia lihat di dalam jiwa terdalam Erix.

"Aku menemukannya ...," gumanya riang. "Aku menemukannya!! Wadah Sang Ayah, aku menemukannya!"

Leviathan sangat kegirangan. Apalagi saat ia berpikir tentang hadiah apa yang akan ia dapat saat Raja Iblis terlahir kembali nanti, air liurnya menetes tanpa disadari. "Tapi ...." Laviathan teringan dengan warna lain di dalam jiwa itu. Warna putih bersih yang digambarkan sebagai cahaya yang suci, seakan pecahan bagian dari cahaya surga.

Anehnya, kedua warna hitam dan putih tadi tidak saling mengganggu. Mereka berjalan dengan harmonis. Beriringan membentuk pusaran energi.

Seharusnya, putih dan hitam, cahaya dan kegelapan tidak akan pernah bersatu. Mereka seharusnya diibaratkan siang dan malam yang tidak pernah bertemu. Malam menyingkir saat munculnya matahari dan kegelapan akan kembali membalut dunia saat matahari pergi meninggalkan langit. Begitulah seharusnya.

"Cih, cahaya itu sangat mengganggu. Aku akan mempelajarinya lagi nanti bersama Lucifer dan Beelzebub. Mereka sangat cocok untuk persoalan ini." Leviathan mengangkat tubuh Erix dan akan diletakkannya di pundaknya.

Tapi, belum sempat Leviathan melakukannyanya, sebuah garis tebasan melesat kearahnya. Dengan cepat pangeran neraka itu merentangkan tangan ke arah datanganya serangan dan menepis serangan tersebut. Ledakan kecil tercipta dan tumpukan debu sedikit terangkat.

Leviathan menoleh dan menatap ke belakang. Di sana ia melihat seorang manusia yang terlihat sangat kacau. Pelayan itu melepas zirahnya, hanya mengenakan pakaian butler yang tampak robek di beberapa tempat. Luka yang ia derita pun cukup serius. Darah merembes dari beberapa luka goresan. Tangan kirinya terlihat terkulai, sepertinya tula pada lengan itu patah. Meski begitu, pedang dari keluarga Slavius menghunus ke arah Leviathan.

Tubuh Erix yang siap akan ia bawa, kembali ia lepas. Sekali lagi, tubuh tak berdaya pemuda itu kembali jatuh dan terjerembab.

"Kau lagi. Kapan kau akan mati? Sungguh merepotkan," kata Leviathan kesal.

"Aku akan terus melindungi tuanku karena itulah alasanku hidup!" Lucius kembali melesat dan akan menebas Leviathan. Tapi, aura hitam berbentuk tangan muncul dari bahu Leviathan dan menangkap pedang tersebut. Tidak hanya itu, Leviathan menendang Lucius dengan keras sehingga shensin itu kembali ke tempat ia berdiri sebelumnya.

Ingin segera menyelesaikan pertarungan, kali ini Leviathan yang melaju. Ia tiba-tiba menghilang dan dalam sekejap Lucius terpental ke sisi lain gua. Pelayan itu terseret cukup jauh.

Leviathan berniat melanjutkan serangannya namun tiba-tiba, kaki pangeran iblis itu putus dari badan. Kaki itu terkulai ke lantai dengan darah kental keluar berceceran. Leviathan sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Kaki kanannya sudah buntung tanpa sebab.

Belum sempat Leviathan menyadari apa yang terjadi, kini tangan kanannya yang terpotong. Darah segar nyeruak keluar berhamburan, kembali membanjiri lantai gua.

Leviathan dapat merasakan semacam gerakan super cepat memelesat mengelilingi ruangan tersebut. Kecepatannya hampir sama seperti yang ia lakukan pada Lucius sebelumnya namun yang ini berbeda. Terasa seperti hewan buas yang memberikan teror pada buruannya. Hingga, Leviathan merasakan aura membunuh yang sangat besar datang dari belakang. Dengan cepat, pangeran neraka itu menoleh. Aura kegelapan seperti ombak besar siap menerkam. Rasa takut membuatnya terperangah tak bergerak dan dalam kedipan mata, kepalanya terlepas dari badan.

Di waktu bersamaan, para shensin yang dalam pengaruh Leviathan, seketika berhenti bergerak. Mereka langsung tergeletak di lantai seperti boneka marionette yang putus talinya.

"Mengingat gelar yang kau sandang, aku yakin kau tidak akan mati dengan mudah 'kan, Leviathan," kata Erix menatap kepala Leviathan di lantai gua. Pandangan matanya begitu dingin dan menusuk. Wajahnya tidak berekspresi apapun saat ia melihat tubuh yang termutilasi itu tapi, siapapun akan tahu kalau ia sedang marah.

Pangeran iblis itu cukup terkejut dengan apa yang terjadi. Sudah sangat lama ia dibuat kacau seperti ini. Jika bukan karena kegelapan yang meluap pada dirinya, kematiannya sudah dipastikan dalam serangan terakhir tersebut.

"Hahaha ... itulah yang diharapkan dari calon Wadah Sang Ayah," kata Leviathan sambil tertawa. Darah kental yang berserakan di lantai gua, secara perlahan berubah menjadi asap hitam. Tidak hanya itu, bagian-baguan tubuh yang tergeletak, mulai terangkat dan melayang menuju tubuh utama. Tubuh Leviathan kembali menyatu, utuh seperti semula seakan tidak pernah dipotong sebelumnya.

"Apa maksudmu dengan Wadah Sang Ayah?" tanya Erix tanpa mengurangi kebencian diwajahnya.

"Ini adalah informasi rahasia. Tapi, aku akan membuat pengecualian padamu karena kau telah membuatku sedikit bersemangat," kata Leviathan sambil menepuk-nepuk bajunya, membersihkan debu yang menempel. "Karena perang besar antara Gilgamesh dan ayahku, Satan, menyebabkan kehilangan tubuh fisiknya. Maka dari itu, saat ia bangkit kembali nanti, kami mebutuhkan tubuh baru untuk menampung jiwanya. Dan berbahagialah, kaulah orang terpilih itu."

"Omong kosong," jawab Erix.

"Heh," Leviathan mendengus dan tersenyum.


________________________

Lanjutannya bisa dibaca di buku ya ^^

Lanjutannya bisa dibaca di buku ya ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☘____________________________________☘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☘____________________________________☘

Dungeon HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang