3 : Dungeon Candi Goblin

3.8K 381 178
                                    

Erix, Lucius dan Haruka sekarang berjalan menuju toko senjata. Karena menurut Haruka, untuk masuk ke dungeon membutuhkan persiapan senjata. Meski tidak lengkap, namun satu bilah pisau saja sangat penting.

Saat ini mereka melewati keramaian kota, berbaur dengan hiruk pikuk kehidupan, menulusuri pertokoan yang menyediakan berbagai kebutuhan orang banyak. Suasana dikota ini cukup damai mengingat banyaknya orang-orang bersenjata berjalan bebas dan berbaur.

Nuansa eropa kuno benar-benar kental disini. Mungkin eropa pada abad ke-15 dengan bumbu fantasi.

"Nona Haruka, bisa kau jelaskan sebenarnya ini dimana? Kau tahu sendiri 'kan, kami berasal dari dunia lain," tanya Lucius yang sejak tadi celingukan melihat mahluk-mahluk fantasi berkeliaran dengan bebeas.

"Dunia ini bernama Leavgard dan sekarang kita berada di Kota Hardov, Ibukota Kerajaan Ardesdale," jawab Haruka.

"Lalu monster itu," tunjuk Erix kearah Manusia Harimau yang bertubuh kekar.

"Hati-hati kalau bicara!" bisik Haruka," Meraka bukan monster, tapi ras Werebeast."

"Ada ras lain selain manusia di dunia ini?" tanya Erix lagi.

"Umumnya ada lima ras utama yang hidup di Leavgard, yaitu; Manusia, Elf, Dwarf, Roh dan Werebeast. Ada juga ras selain itu seperti Naga, Trent, Peri, dan darah campuran seperti Half-elf atau Half-beast,"

"Wooow," Erix kagum, karena ini pengalaman pertamanya bertemu ras lain selain manusia di dunia nyata. Biasanya mahluk-mahluk ini bisa ia temui di dalam game virtual.

Tak lama berselang, tibalah mereka di sebuah toko senjata tradisional. Di papan reklame, bertuliskan "Mikazuki Balcksmith", yang kemungkinan nama toko tersebut.

Seorang laki-laki paruh baya menyambut kedatangan mereka. Cukup banyak yang di jual di toko ini, sebagian besar adalah senjata yang mungkin bisa Erix temui di Bumi. Pedang, belati, busur, tombak dan berbagai senjata tajam lainnya. Erix dan Lucius mulai memilih senjata yang akan mereka gunakan.

"Lucius, belilah sebuah senjata. Jika kau terus mengandalkan senjata api-mu, pelurunya akan habis. Tidak ada yang menjual benda itu di dunia ini. Minimalkan pemakaian senjata api," bisik Erix.

Lucius membungkuk. "Baik, Tuan. Mulai hari ini, saya tidak akan menggunakan senjata api kecuali dalam keadaan darurat."

Erix mengangguk. "Ngomong-ngomong, apa kau punya uang?"

"Ada sedikit, Tuan."

"Dolar tidak berguna di sini, loh."

"Aku mengerti, Tuan."

"Baguslah."

"Apa yang kalian bisikkan? Itu sangat tidak sopan," sahut kakek penjaga toko yang sejak tadi menatap kedua pemuda itu.

"Ma-maaf, Kek. Hehe ...," jawab Erix sambil cengengesan.

Setelah berkeliling, Erix tidak menemukan sesuatu yang cocok untuknya. Sedangkan Lucius, mengambil sebuah belati hitam yang terlihat cukup menarik.

"Semua terlihat biasa saja," gerutu Erix.

"Aku punya barang bagus yang cocok untukmu," kata kakek penjaga toko. "Tatsumi, ambilkan Kuishin!"

Dungeon HallowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang