Setelah berpisah dengan pasukan utama shensin, Erix dan dua temannya - Lucius dan Haruka - menuju Dungeon Rumah Fantasma Amity. Saat ini, dua orang utusan dari Gereja Agung Völuspá ikut bersama mereka.
Sepanjang jalan ke arah luar kota bagian utara, para penduduk tampak sibuk dengan aktifitas keseharian mereka masing-masing.
Harumnya aroma ikan panggang menyerbak dari restoran seafood ternama. Restoran itu dipenuh dengan pelanggan yang kelaparan. Ada pula seorang ibu dan anaknya yang sedang membeli permen berwarna pada pedagang kaki lima di depan restoran tersebut. Permen-permen berwarna yang terlihat manis dijejer untuk menarik perhatian pembeli.
Terlihat ada seorang laki-laki berjalan lunglai tidak karuan seperti orang yang mabuk. Penampilannya pun seperti gelandangan yang kelaparan, pakaiannya compang-camping dan robek sana-sini. Kepalanya terkulai menatap lantai jalan berbeton yang ia pijak. Ada percak darah di beberapa tempat pada pakaiannya.
Saat ia melewati gerobak penjual permen tadi, ia meloncat dan langsung menerkam paman penjualnya. Laki-laki itu sangat sadis, ia menggigit tangan paman penjual permen hingga berdarah, dan ia terus menggigitnya seakan ia ingin memakan daging itu. Paman penjual permen itu mengerang kesakitan. Darah segar berceceran deras dan membasahi permen-permen yang di jual. Ia berteriak sekencang-kencangnya meminta pertolong. Beberapa warga di sekitar bergegas menghampiri mereka dan meleraikan dua orang ini.
Gigitan pun terlepas. Banyak warga yang dantang untuk menonton. Laki-laki yang mabuk tadi seakan tidak terima dengan hal ini. Ia meronta-ronta dan meraung. Ia ingin mengigit dua orang yang memegangnya sekarang. Tapi, dua orang yang mendekapnya bertubuh kekar dan berotot, dengan mudah mereka mambanting orang mabuk itu ke lantai jalan dan menekan kepalanya dengan kuat. Walau begitu, ia masih memberontak.
Paman yang tangannya di gigit tadi merintih kesakitan. Seorang wanita datang dan mengobati tangannya yang terluka. Tapi, dalam beberapa saat, tubuh paman itu terlihat lelah tak bertenaga. Kantung matanya tiba-tiba membiru dengan mata yang memutih. Kulitnya yang kecoklatan menjadi pucat seakan tidak ada darah yang mengalir, hingga ia terkulai lemas di lantai jalan dan mulai kejang-kejang.
Semua warga yang menyaksikan segera menjauh karena takut. Paman penjual permen tadi meronta-ronta di lantai jalan seperti seekor ikan yang diletakkan di luar air, lalu kembali terkulai lemas.
Setelah itu, ia berdiri. Tingkahnya tampak sama dengan orang yang mabuk tadi, berjalan malas tidak karuan dangan kepala terkulai ke bawah. Lalu ia menerkam wanita yang tadi mengobatinya, dan akan mengigit lehernya. Tapi, hal itu tidak sempat ia lakukan karena Erix menerjangnya duluan.
"Pergi dari tempat ini! Panggil polisi keamanan!!" seru Erix memecah keramaian.
"Polisi? Apa itu?" kata salah seorang warga.
"Oh, maaf, aku salah. Maksudnya Prajurit Keamanan. Cepat!!"
___________________________
Kelanjutannya bisa dibaca di buku ya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow
Fantasy~Tamat~ CAPTER 1~46 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallow : Datangnya Sang Pahlawan] CAPTER 46~94 SUDAH TERBIT [Dungeoh Hallow II : Pemuja Iblis] CAPTER 95 ~ 145 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallow III : Kerajaan Albion] CAPTER 146 ~ 180 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallo...