Sebelum masuk ke recita, saya ingin mengabarkan kalau sekarang saya menulis projek baru.
Quintessence
Kisah pertualangan fantasi seorang pria yang ingin menyembuhkan Putri Kerajaan yang menderita kutukan dari penyihir jahat.
Petualangan apa yang mereka hampiri? Siapa saja yang mereka temui? Adakah kisah cinta di antara mereka? Monggo dibaca...^^
Jangan lupa komentarnya ya, yang pedas juga gak papa...^^
Balik ke lep___top ...
______________________________________________
Legak tawa Galdellei Markov bergema di ruang aula istana. Entah atas dasar apa, dia tertawa dengan sendirinya. Semua orang di ruangan itu mulai keheranan. Apanya yang lucu dan entah apa yang ia pikirkan, Galdellai tertawa terbahak-bahak, lebih seperti orang gila.
Di sisi lain, Lucius justru panas mendengar tawa tersebut. Darahnya seketika mendidih dan ingin sekali ia menempelkan tinjunya ke wajah orang tua brengsek itu.
"Aku-aku sudah merencanakan penyerangan ini satu tahun yang lalu. Aku kira aku sudah berhasil namun, semuanya seketika kacau dan itu ulah kalian!" Galdellai menunjuk Lucius dengan geram. "Seharusnya aku yang duduk di tahta itu. Seharusnya aku yang menjadi raja negri ini!"
"Kau!!" teriak Kapten Rowd. Ia sungguh tidak terima dengan pelecehan yang dilakukan Galdellei terhadap tahta raja.
"Kalau sudah begini mau bagaimana lagi. Aku akan membunuh kalian semua!" Galdellai mengeluarkan sebuah benda dari balik jubahnya. Benda bulat seperti mendali perunggu yang berukirkan ular.
"Itu ... itu adalah alat untuk memanggil iblis. Hentikan dia!" seru Yuhka. Dia pernah melihat benda itu dalam deretan barang-barang terkutuk.
Selain itu, Galdellei juga mengeluarkan pisau dari belik jubahnya. Ia akan menorehkan tangannya sendiri supaya mengeluarkan daran yang digunakan untuk mengaktifkan mendali tersebut. "Hahaha ... terlamb- argh!!" Saat Galdellai mencoba mengaktifkan benda itu dengan darahnya, Kotaro yang sejak tadi bersembunyi segera melemparkan shuriken ke arah Galdellai. Shuriken itu mengenai tangannya.
Mendali tadi terlepas dari tangan orang tua itu, bergelinding dan tergeletak tepat di kaki Pangeran Aaron. Sementara Galdellei merintih kesakitan. Luka di tangan hasil serangan shuriken tadi tampak cukup dalam. Darah kental merembes dengan cepat membasahi lantai.
Tidak menunggu lama, Kapten Rowd segera menghantamkan pukulan kerasnya ke wajah Galdellei membuat orang tua itu terperosok tidak berdaya. Rasa sakit seketika mencengram pada lebam hasil pukulan.
"Cukup, Kapten Rowd! Kau tidak perlu mengadilinya sekarang. Biar aku yang akan menanganinya." Pangeran Aaron dan Raja datang menghampiri.
"Aku sudah lama menduga akan penghianatan busukmu ini, Galdellei. Namun, selama ini aku tidak memiliki bukti yang cukup kuat untuk menghentikan rencana jahatmu," kata Raja seraya menatap Geldellei dengan tatapan kebencian dan rasa jijik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow
Fantasy~Tamat~ CAPTER 1~46 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallow : Datangnya Sang Pahlawan] CAPTER 46~94 SUDAH TERBIT [Dungeoh Hallow II : Pemuja Iblis] CAPTER 95 ~ 145 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallow III : Kerajaan Albion] CAPTER 146 ~ 180 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallo...