Hari menjelang siang, Lucius berencana akan pergi ke perpustakaan kota untuk mempelajari sejarah, ilmu pengetahuan dan hal-hal tentang lain dunia ini. Sedangkan Erix, ia memutuskan untuk berkeliling kota. Ia ingin merasakan nuansa fantasi di kota ini. Mereka berdua meninggalkan Yura pada keluarganya dirumah sakit.
Setiba di perpustakaan, Lucius bergegas mencari buku-buku yang ia butuhkan dan segera membacanya di meja yang telah disiapkan. Untungnya, tulisan dunia ini sama dengan yang ada di Bumi, sehingga ia tidak kesulitan dalam mempelajari setiap hal.
Semakin banyak helaian lembar yang ia balikkan, semakin banyak pula ilmu yang ia serap. Baginya, pengetahuan adalah sesuatu yang sangat penting. Tanpa adanya ilmu pengetahuan dan informasi, akan sangat sulit untuk berbaur di dunia fantasi ini.
Ini juga terpengaruh dari kehidupannya selama ia bersama tuannya. Ia adalah anak miskin tak kenal orang tua yang dipungut oleh Erix di tempat kumuh dan kotor. Tuannya itu sempat dihina dan dikucilkan karena menganggap Lucius senagai temannya. Padahal derajat teman dan pelayan jelas jauh terpisah.
Oleh karena itu, ia tidak mau membebani tuannya dengan keterbatasan ilmu yang ia miliki. Ia belajar dan terus belajar sampai ia bisa berdiri di samping tuannya tanpa harus membebani kedudukan tuannya.
Keseriusan yang dijalani Lucius sangat berbeda dengan yang dilakukan Erix saat ini. Pemuda itu hanya berjalan tak tentu arah melewati jalan-jalan ramai di kota. Seperti seorang pengamat yang memantau perkembangan rakyat.
Hingga, akhirnya ia melihat seorang gadis bertelinga dan berekor kucing. Secara fisik, gadis itu terlihat seperti manusia. Namun tangan, telinga dan kakinya menyerupai kucing. Bahkan, ekornya melambai-lambai seperti hewan pada umumnya. Erix kurang paham wanita ini termasuk half-beast atau werebeast itu sendiri.
Erix terus menatap ekor gadis itu yang bergoyang meliuk-liuk. Tidak tahu kenapa, namun jiwanya seakan ada rasa ketertarikan pada ekor manusia kucing itu. Dan tanpa sadar, ia menghampiri gadis itu dan memegang ekornya.
Gadis kucing yang sedang berbelanja itu terperanjat kaget. Ia benar-benar sangat marah.
"Apa yang kau lakukan!!" bentak gadis kucing itu dengan lantang.
Erix yang tersadar dengan apa yang ia lakukan pun ikut kaget. "Maaf, aku tidak sengaja."
"Apanya yang tidak sengaja!? Memegang ekor seorang gadis, itu tidak sopan. Ini pelecehan!" hardik gadis kucing itu marah.
Orang-orang di sekitar melihat kearah mereka. Ini adalah situasi yang sangat buruk bagi Erix. Tak ingin kecurigaan orang semakin jauh, tanpa pikir panjang, ia lari meninggalkan keramaian itu sambil berteriak, "MAAFKAN AKU...!!!"
"Hey! Dia mau lari. Ayo kejar!" seru seorang laki-laki di kerumunan itu.
Erix tetap melesat dengan kakinya tanpa memperdulikan apapun. Karena sekarang, setidaknya ada belasan pria yang mengejarnya. Ia berlari mempercepat dan memperlebar langkahnya demi menjauhi mara bahaya yang mengejar. Membelah kerumunan orang-orang yang sedang berbelanja. Hingga ada sebuah tangan yang besar menariknya ke dalam gang sempit di sela-sela pertokoan.
"Pergi ke mana dia?" seru salah seorang yang mengajar.
"Mungkin ke depan. Orang seperti dia harus ditangkap," tambah yang lainnya. "Ayo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dungeon Hallow
Fantastik~Tamat~ CAPTER 1~46 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallow : Datangnya Sang Pahlawan] CAPTER 46~94 SUDAH TERBIT [Dungeoh Hallow II : Pemuja Iblis] CAPTER 95 ~ 145 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallow III : Kerajaan Albion] CAPTER 146 ~ 180 SUDAH TERBIT [Dungeon Hallo...