018

63.7K 2.4K 42
                                    

"Jadi sebenernya gue dijodohin"

Pernyataan gue itu membuat keenam pasang mata di depan gue membulat.

"Dijodohin? Lo kira ini jaman batu pake acara jodoh-jodohan segala?" tanya Mark.

"Yaaa.. Mana gue tau, kata mama dia mau gue dapet yang terbaik" jelas gue.

"Apa lo gak curiga ada faktor lainnya? Karena gak mungkin lo dijodohin di waktu lo masih muda banget" kata Jackson.

Iya, dia benar.. Selalu benar. Gue sejujurnya curiga ada maksud lain dibalik perjodohan ini.

"Ahh.. Mana mungkin. Masa orang tua mau menjurumuskan dan berbuat hal-hal aneh ke anaknya?" kata Irene mencoba meluruskan.

"Maaf, gue gak bisa cerita ke kalian lebih cepat dan terpaksa kalian tau karena si Gladys. Gue mau ngasih tau kalian tapi gue terlalu takut buat bilang, takut kalian menjauh" jelas gue sambil menunduk.

"It's okey, lagian ini semua bukan keinginan lo juga kan? Gue paham kondisinya" kaya Jackson.

"Iya, sans lah.. Masa gara-gara hal ginian kita jadi pisan? Gak masuk akal" kata Irene.

Gue seneng reaksi mereka gak seburuk yang gue bayangin.

🌂

Gak kerasa, bulan depan gue udah harus menghadapi ujian nasional dan lulus. Dengan dukungan sahabat-sahabat gue, akhirnya gue bisa bertahan.

Gosip-gosip itu masih menyelimuti gue tetapi gak separah dulu.

Om Rey?

katanya demi kenyamanan bersama , dia memutuskan untuk kembali bekerja sebagai dosen di Palama Unviersity.

Kasian gue sama om Rey, gara-gara orang-orang yang gak bertanggung jawab menyebarkan berita seenak jidat yang membuat om Rey akhirnya harus melepaskan karirnya sebagai guru.

Satu hal yang tersisa dibenak gue.

Gue kangen dia :(

Sejak dia kembali menjadi dosen, dia gak pernah pulang ke rumah karena kampusnya jauh banget jadi dia memilih buat ngekos disana, alhasil gue sendiri  di apartmentnya.

Gue nelpon dia gak diangkat, kayaknya dia emang sibuk banget disana.

Tiap masuk apartmentnya gue selalu teringat dengan kejadian kecil yang membuat gue menggulum senyum. Atau kadang gue bisa menangis karena gak ada yang ngomelin gue.

Kangen baunya,
Kangen pelukannya,
Kangen wujudnya,
Semuanya lah.

🌂

Hari ini gue pulang malam sekitar jam 8an karena tadi ngerjain tugas akhir kelas yaitu membuat short movie dan editingnya lama banget, berhubung gue penanggung jawab jadi ya terpaksa ngikut sampe malem.

Sampai rumah pengen langsung tidur pokoknya.

Gue membuka pintu apartment dan langsung melepas sepatu, seperti biasa apartment ini selalu gelap dan sepi semenjak kepergian Om Rey.

Gue langsung masuk kedalam kamar dan gue tersentak.

"Cewek macam apa kamu jam segini baru pulang?" katanya sambil memberikan tatapan mautnya.

Gue hanya terpaku melihatnya berdiri di hadapan gue sambil menatap lurus mata gue dan tanpa sadar, air mata gue mulai mengalir.

"Kenapa kamu?" dengan sigap dia menyeka air mata gue.

Gue gak menjawab dan malah tangisan gue semakin besar.

"Sttt, Hey, kenapa??" katanya sambil membawa gue ke pelukannya.

Iya, pelukan yang sama seperti hari terakhir dia memeluk gue. Pelukan yang selalu gue rasakan tiap malam. Pelukan yang selama ini direnggut dari gue, akhirnya gue bisa kembali jatuh ke pelukannya.

Gue hanya menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaannya tadi.

"Kalau gak apa-apa, kamu gak akan nangis" katanya sambil merenggangkan pelukan kita dan kembali menyeka air mata gue.

"Om jahat! gak pernah angkat telpon saya, gak pernah ngasih kabar apa-apa. Om tega tinggalin saya dengan rasa khawatir?" tanya gue sambil nangis sesegukkan.

"Kangen ceritanya?" tanya dia.

Iya kangen banget sampe kayak mayat hidup woyyy!!!!

"Ya menurut,om?" balas gue kesal.

"Jangan manyun kayak ikan" katanya sambil mencubit pelan kedua pipi gue. Gue hanya terdiam memandangi dia yang terkekeh pelan.

"Oh iya, saya bawain kamu martabak manis tadi"

Senyuman gue langsung mengembang.

"Serius om?" tanya gue.

"Ya kali saya bohong sama kamu. Sana ambil di meja" katanya.

Gue langsung menuju meja makan, sumpah ini tuh the cheapest heaven versi gue, makan martabak malem-malem.

Tanpa pikir panjang gue langsung melahapnya.

"Hey, sisain buat saya" pintanya.

"No" jawab gue sambil memeletkan lidah guna mengejek kemudian gue melanjutkan aktivitas gue, melahap martabak.

"Om mau?" tanya gue dan dia langsung mengangguk dan mendekat ke arah gue.

Gue berniat menyuapnya, namun saat sudah hampir sampai di mulutnya gue langsung menariknya kembali dan melahapnya.

Seketika wajahnya berubah menjadi mengerikan, dia marah  tapi tetep aja di hati gue ada kepuasan tersendiri.

Lagi asik ketawa, dia tiba-tiba menawan bibir gue.

"Enak juga martabaknya" katanya sambil menunjukkan smirk mautnya.

ANNJJJIINNGGGG!!!!

-----

Jangan lupa vote and comment💞💞



Om. ✔[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang