WOW
Satu kata yang bisa menggambarkan keadaan apartment milik Kak Ferdi. Aparmentnya sangat luas dengan furnitur modern klasik membuat ruangannya terkesan elegan dan satu lagi, ini rumah rapih banget.
Gue gak bisa berhenti buat natap sekeliling apartment ini.
"Kamu pake kamar tamu ya di sebelah sana" dia mengarahkan telunjuknya ke sebuah pintu kayu.
"Iya kak" gue perlahan menuju ke ruangan itu.
Gue membuka pintu perlahan.
Fix, gue speechless.
Ini mah rumah rasa hotel.
Gue menaruh tas gue ke meja di sebelas sofa coklat yang ada di depan kasur.
Tiba-tiba pintu kamar gue terbuka, mmbuat gue reflek mengarahkan pandangan gue ke aumber suara.
"Le, ini aku bawain baju"
Gue mendapati Kak Ferdi dengan beberapa potong baju di tangannya.
"Loh, kok kakak punya baju perempuan?" gue bingung.
"Dulu kakak aku tinggal disini juga tapi dia udah menikah jadi gak disini lagi dan bajunya ada beberapa yang ketinggalan" jelasnya sedangkan gue hanya ber 'oh' ria.
"Nih aku taroh sini aja ya. Kamu istirahat aja dulu kalau mau mandi juga boleh" dia menaruh baju itu di meja yang terletak persis di sebelah pintu kemudian menutup pintunya.
"Makasih kak" ucap gue.
Tiba-tiba hp gue bunyi.
Incoming Call
IreneeeeAnjir gue lupa!
"Halo rene"
"Jadi numpang nggak lo?"
"Aduh sorry rene, gue gajadi nginep tadi gue mikir buat pulang aja hehe. Maaf"
"Beuh gimana sih lo! Udah baikkan ya? Yaudah deh bhay Irene cantik ini mau tidur dulu"
"Jijik! Cantikan gue lah dimana-mana"
"Kalo lo cantik berarti gue dewi kecantikan"
"Najis lo!"
"Ya udah ah gue tutup ya? Baayyyy"
Panggilannya terputus.
Maaf rene gue harus bohong. Soalnya jujur gue takut Om Rey atau keluarga gue sewaktu-waktu mencari gue.
Gue menghela napas panjang.
"Le, makan yuk" suara itu membuat gue mengalihkan pandangan dari hp.
"Bentar kak, aku mau mandi dulu" jawab gue.
"Oh ya udah, nanti langsung keluar aja ya" katanya kemudan kembali menutup pintu.
Gue bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubug gue.
🌂
"Wih, kakak bisa masak juga?" kata gue sambil duduk di kursi meja makan.
Penampilan gue udah gak kucel lagi karena udah beres mandi.
Jujur ini adalah makanan kesukaan gue, ayam goreng, tahu, tempe dan sambal BCD.
"Maaf ya sederhana banget, kemarin belum beli bahan-bahan yang lengkap"
"Santai kak, saya mah omnifora apa aja dilahap hehe" gue tertawa kecil.
"Iya-iya, ya udah kita makan yuk" ajak dia yang langsung gue angguki.
"Bajunya pas ya? Aku kira bakalan longgar" dia tersenyum kecil.
"Ah, ini longgar dikit tapi over all cukup lah" gue menunjukkan bagian yang agak longgar kemudian kembali makan.
"Oh iya, kamu kuliah kan?" tanya Kak Ferdi di sela-sela makannya.
"Iya di National University,kak" jawab gue.
"Besok aku anter ke kampus ya" tawarnya.
"Nggak kak, saya gak mau kuliah lagi dalam waktu dekat ini takut setan-setan di rumah pada nyariin. Saya disini aja kalau hari biasa, saya bisa bersih-bersih, nyuci baju, jadiin pembantu juga gak apa-apa yang penting saya gak kemana-mana" gue jelasin panjang lebar sambil makan.
"Pertanyaan aku, mana bisa aku jadiin kamu pembantu? Kalau membantu membangun rumah tangga bersama aku, aku mau"
Gue mengehentikan kativitas mengunyah gue dan menatap matanya.
Dia lagi tersenyum tipis ke arah gue.
"Heran deh sama kakak, kerjaannya ngalus mulu kasarnya kapan?" gue berusaha biasa aja padahal jantung gue udah meledak-ledak.
"Mau aku kasarin? Di kasur tapi" dia menyeringai.
Seketika bulu kuduk gue merinding.
Gue reflek melindungi tubuh bagian depan gue.
Dia tertawa setelahnya.
"Becanda-becanda. Aku juga tau hal kayak gituan cuman boleh dilakuin sama orang yang udah menikah" dia terkekeh kemudian kembali menyantap makanannya.
"Saya yang udah nikah aja ga pernah ngelakuin gituan" gumam gue pelan tapi masih bisa dia dengar.
"Hah? Kamu udah nikah?" tanya dia heran.
Bangsat keceplosan.
"Hah? Apaan kak?" gue pura-pura lupa sama yang gue katakan.
"Tadi kamu bilang, kamu udah nikah" wajahnya menunjukkan ekspresi kaget.
"Iya kak, sama Song Jong Ki hehe" gue nyengir. Berharap gak keliatan boongnya.
"Heuh! Kebanyakan nonton drama kamu" dia tertawa lagi.
Gue jadi teringat Om Rey tapi gue udah berjanji untuk melupakannya.
Dasar, hati sama pikiran memang gak pernah bisa sepikir kalau urusan beginian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om. ✔[COMPLETED]
General FictionMylea Dewangga, gadis 16 tahun yang secara tiba-tiba dijodohkan oleh kedua orang tuanya diusianya yang masih belia. Hal itu tentu menjadi kesulitan dan pergumulan tersendiri bagi Mylea. Disaat teman-temannya memikirkan tentang pelajaran, dia harus m...