034

47.2K 1.6K 16
                                    

Om Rey?

Gue senang setengah mati kemudian berbalik untuk memastikan sosok yang memeluk gue.

"Hai" dia tersenyum.

"Kak Ferdi?" gue bingung.

"Iya, hehe. Gue pikir tadi bukan Lea eh ternyata bener jadi pengen ngagetin aja" dia tersenyum lebar kemudian duduk di sebelah gue.

"Kok kakak bisa disini?" tanya gue heran.

"Rumah gue emang di sekitar sini. Terus lo ngapain disini?" dia nanya balik.

"Oh.. Nggak ceritanya panjang" gue tersenyum hambar.

"Udah malem loh ini, gak baik cewek sendirian malem-malem" katanya.

"Gak apa-apa,kak. Udah biasa"

"Eh, disini beda. Disini daerah rawan copet sama penculikan kalau malem-malem"

"Ah mereka mah takut sama saya. Setan aja lari kok pas liat saya" gue terkekeh kecil.

"Kamu lucu juga ya" dia ikut tertawa.

"Tapi gue serius" ucapnya setelah tertawa.

"Lo mending pulang deh, mau gue pesenin taksi online?" tawarnya.

Gue langsung menggeleng cepat.

"Eh nggak usah kak. Saya gak mau pulang, dirumah saya banyak setan sama penjahatnya"

Dia malah tertawa, kali ini dia tertawa seperti ada sesuatu yang sangat lucu.

"Kamu tuh ya, emang lucu banget" katanya di sela-sela tertawanya.

"Eh, saya serius kak. Jangan ketawa" gue mengerucutkan bibir.

"Iya-iya jangan ngambek" katanya sambil tersenyum.

Gue jadi ikut tersenyum.

Sumpah, dia tuh manis banget kalau udah senyum.

"Kita cepet akrab banget ya, padahal baru ketemu sekali waktu itu" gue mengganti topik.

"Iya ya, jodoh kali" dia memberikan smirknya.

Siapapun, please kill me now!!

"Apaan sih kak?" gue terkekeh.

"Kalo emang  jodoh gue gak keberatan kok" godanya lagi.

Bandara jauh gak?

"Btw, ini udah malem banget lo gak pulang?" tanyanya.

"Kan saya udah bilang. Rumah saya isinya setan sama penjahat semua jadi sekarang saya gak punya rumah" jawab gue.

Dia seperti berpikir sejenak.

"Ya udah....." dia menarik tangan gue, hendak pergi.

"....... Ke apartment gue aja" dia tersenyum.

Gue membelalakan mata.

"Hah?! Aduh kak, gimana yaa... Aduh susah jelasinnya" gue menggaruk tengkuk gue yang tidak gatal.

"Kenapa?" dia bertanya dengan polosnya.

Aduh pake nanya lagi, kalo terjadi yang iya-iya nanti gimana??

Pengen rasanya gue teriakin dia dan nyakar wajah polosnya, tapi gak mungkin kan ya.

"Oh, kamu takut aku ngapa-ngapain kamu?" dia menaikkan alis kanannya.

Gue langsung mengangguk cepat.

"Wih, kakak bisa baca pikiran ya? Tau gitu saya dari tadi telepati aja"

"Iya tapi khusus untuk kamu"

Aduh bangsat bener dah ini, hati gue lemah.

"Ah kakak mah ngalus terus, titisan dewa ngalus ya,kak?"

"Emang ada dewa ngalus?" tanya dia heran.

"Nggak tau juga sih, tapi setelah ngeliat kakak saya yakin dewa ngalus itu ada" gue mangut-mangut dengan wajah serius sedangkan dia.. Gak usah ditanya, dia udah ngakak di hadapan gue.

"Aduh Le, isi kepala kamu tuh sebenernya apa sih?" dia masih ngakak.

"Otak kak" jawab gue polos dan dia ngakak lagi.

Aduh kebanyakan ngakak gak sihh?

"Ya udah ayo cabut" ajak Kak Ferdi.

"Cabut kemana ya kak?" gue lupa jadinya.

"Ke apartment aku lah, masa nyemplung ke got"

Gue masih menatap dia heran.

Dia kemudian menghembuskan napasnya.

"Mylea Dewangga, saya Ferdinand Geraldy gak punya maksud apa-apa. Saya cuman ingin orang dihadapan saya ini punya tempat berlindung malam ini" ucapnya yakin.

Ya, gue bisa melihat tidak ada kata ragu dalam ucapannya dan itu bisa dipercaya. Lagian kalo dia ngapa-ngapin juga tinggal tendang anunya aja.

Akhirnya gue ikut sama dia ke apartmentnya.

Om Rey?

Let's forget him.

Om. ✔[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang