043

39.9K 1.6K 72
                                    

Author's POV

Mylea benar-benar kehabisan kata-kata melihat sosok dihadapannya yang ternyata bukan pria bernama Ferdi melainkan pria dengan nama Rey.

Rey menatap lekat Mylea dengan wajah datarnya yang terkesan dingin.

Mylea yang merasa gelisah dengan tatapan Rey lebih memilih tak menatap kedua mata coklat gelap milik Rey itu.

" Mau nyari Kak Ferdi? Dia gak disini, dia masih ngampus" Jawab gadis itu datar.

"Saya tau" jawab Rey dengan nada yang sama.

"Ya udah kalau tau ngapain Om kesini? Mending om pulang aja deh udah malem" Jawab gadis itu sambil menggerakkan tangannya seolah mengusir dan ingin menutup pintu, namun pintu itu ditahan oleh Rey sehingga tak jadi tertutup.

"Saya kesini untuk kamu, bukan untuk Ferdi"

Om Rey menatap lekat gadis itu, kini wajahnya berubah menjadi lebih serius namun disana terdapat keputusasaan dan sebuah rasa kehilangan yang dibalut penyesalan.

Kini Mylea berani menatap mata Rey.

Dia tertawa sinis.

"Cari saya? Kenapa gak sekalian aja nyarinya pas saya udah mati" hati gadis itu kembali bedenyut nyeri, seolah seperti terkena luka di tempat yang sama untuk kedua kalinya.

Air mata gadis itu mulai menggenang, namun belum tumpah.

Ini ketiga kalinya, Rey harus menyaksikan air mata gadis itu hampir tumpah atau akan tumpah dihadapannya akibat ulahnya.

"Mylea!" Rey sedikit membentak.

"Kenapa? Bukannya emang kayak gitu kenyataannya?" tanya Mylea dengan tatapan tajamnya.

Gadis itu sudah tak sanggup lagi, dia lelah. Dia lelah dengan perlakuan pria dihadapannya ini.

"Kenapa baru nyari saya setelah tiga bulan? Kenapa? Dicampakkan sama si Devina itu? Mau jadiin saya pe-" Mylea belum menyelesaikan kalimatnya karena Rey sudah lebih dulu memegang bahu gadis itu dan mengguncangnya sedikit.

"Saya masih suami kamu,Mylea!" Wajah Rey berubah menjadi lebih frustasi.

Sedari tadi dia mencoba mengontrol ekspresi, tapi kali ini dia tidak bisa menahannya lagi.

Ini pertama kalinya Mylea melihat ekspresi Rey yang frustasi.

Dia kacau.

Namun Mylea tak mau luluh begitu saja, dia menepis kasar tangan Rey yang memegang erat bahunya dengan kasar.

"Suami mana yang bilang dia gak bisa hidup tanpa cewek lain di depan istrinya?!" Gadis itu melakukan penekanan disetiap katanya.

Pipinya kini sudah dibasahi oleh air bening hangat yang berasal dari matanya.

"Saya tanya, suami mana yang marahin istrinya karena istrinya nampar cewek yang deketin suaminya?!" Mylea kembali terisak.

"Saya tau, dibandingkan sama Devina saya gak ada apa-apanya. Saya gak secantik dia, gak seseksi dia, mungkin saya gak sepintar dia. Tapi saya juga punya hati" Mylea menatap Rey lekat.

"Sebenernya om beneran sayang sama Lea apa nggak sih,hmm?" Gadis itu sudah tak sanggup, dia hanya tenggelam dalam kesedikan dan kekecewaannya.

Pria itu terdiam.

"Saya salah. Saya sudah keterlaluan waktu itu"

"Biar saya jelasin semuanya, dari awal. Tapi saya mohon.. Kembali.." Suara Rey berubah lirih.

Dia menggenggam kedua tangan Mylea dan gadis itu dengan cepat langsung menepisnya.

Mylea menghapus air matanya dan menatap Rey.

Dia tersenyum tipis.

"Mungkin perkataan Devina waktu itu ada benarnya, saya emang gak pantas jadi istri om. Bahkan saya gak bisa buat om mau menyentuh saya. Sekarang mending om pergi, karena gak ada gunanya suruh saya kembali. Saya gak akan kembali" Air mata gadis itu kembali mengalir.

Mylea berniat menutup pintu namun tangan gadis itu ditahan oleh Rey.

"Dengerin dulu penjelasan saya, baru setelahnya kamu boleh pergi"

Kini ada kemarahan dalam tatapan Rey, iya dia marah gadis dihadapannya ini tidak mau mendengarkan penjelasannya.

Dia hanya ingin semuanya selesai.

"Gak ada yang perlu dijelasin lagi om!" gadis itu kembali berteriak.

"Ada, masih terlalu banyak hal yang belum saya jelaskan ke kamu. Untuk itu dengarkan saya"

Mylea terkekeh.

"Simpan semua penjelasan om, karena saya gak butuh"

"Sekarang lepasin tangan saya" pinta Mylea.

Rey masih menggenggam gadis itu.

"Saya gak akan melepaskan kamu lagi, nggak untuk yang kedua kalinya" katanya.

Gadis itu kembali terkekeh.

"Apa ini? Bagian dari rencana perjodohan? Setelah ini apa? Bawa saya kembali dan berpura-pura seolah tak terjadi apa-apa?" Mylea kembali terisak, kini isakkannya semakin keras.

Rey sudah tidak kuat lagi menatap wajah sedih gadis itu.

Melihatnya seperti ini membuat denyutan nyeri dihatinya semakin menjadi-jadi.

Rey menarik gadis itu kepelukannya.

Dia memeluk erat gadis itu.

Sesaat Mylea menikmatinya, jujur dia merindukan orang yang tengah memeluknya ini.

Namun detik berikutnya dia sadar, tak seharusnya dia jatuh ke tempat yang sama untuk kedua kalinya.

Tak seharusnya dia kembali hanyut dalam permainan kotor yang dalam khasus ini adalah sebuah perjodohan.

Tak seharusnya dia mengabulkan keinginan sang rindu.

Tidak. Kali ini dia harus berpikir jernih.

Dengan sekuat tenaga, gadis itu berusaha lepas dari pelukan Rey.

Namun dia gagal, pria itu terlalu kuat.

"Lepasin Lea" gadis itu terisak.

"LEPAASS" isakkannya semakin hebat.

Namun Rey tidak melepas kadis itu. Air matanya kini ikut tumpah.

Dia marah pada keadaan, dia marah pada dirinya, dia marah melihat gadis ini menangis.

Dia benci dirinya.

"Saya gak akan lepasin kamu" balas Rey.

"Tapi saya udah lepasin om dari detik itu!!" pekik Mylea dalam tangisannya.

Rey tiba-tiba melonggarkan pelukannya.

Tatapannya kosong.

Lebih tepatnya, dia memandang Mylea dengan tatapan kosong.

Seolah dunianya hancur.

Mylea.. Gadis yang dicintainya....

Tak menginginkan dia kembali.

Om. ✔[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang