Ini pertama kalinya Mylea menampakkan kaki di Ibu Kota sejak kejadian tiga tahun lalu.
Mylea sudah tiba di pemakaman, dia menggandeng putra sematawayangnya yang kini berusia tiga tahun.
Dia bertekuk lutut meratapi sebuah kuburan.
"Maaf Lea baru kesini lagi, maaf," air mata gadis itu mulai keluar.
Benar, ini sudah tiga tahun setelah insiden maut yang hampir menewaskan Mylea dan anaknya. Mylea sekeluarga memutuskan untuk pindah ke luar kota dengan alasan pekerjaan.
Ini pertama kalinya setelah tiga tahun Mylea menginjakkan kakinya di Ibu Kota.
"Maafin Lea. Lea gak tau lagi harus bilang apa," isakan gadis itu semakin menjadi-jadi.
Tiba-tiba dia meraskan sebuah tangan memeluknya dari belakang.
"Ikhlasin dia, Mylea. Dia udah tenang disana. Dengan kamu kayak gini gak buat dia tenang disana," ucap pria itu lembut.
"Gimana bisa ikhlas, Lea sayang sama dia."
"Kamu harus belajar ikhlas. Dia gak akan suka liat kamu kayak gini. Dia pasti melakukan hal itu dengan satu alasan, dia mau liat kamu bahagia sama anak kamu," ucap pria itu sembari menenangkan Mylea.
Benar.
Selama ini kesesakkan itu menganggu Mylea. Dia tak sanggup menatap dirinya. Dia merasa sebagai seorang pembunuh. Berkatnya satu nyawa sudah melayang.
"Mama jangan nangis, kan ada Ash disini," Asher ikut menyeka air mata di pipi ibundanya.
Mylea tersenyum. Asher, dia alasan Mylea kuat selama ini. Dia selalu membawa keteduhan jika Mylea sedang suntuk.
"Iya sayang, mama gak akan sendih lagi," Mylea tersenyum.
"Ayo mama, kita pulang. Ash takut disini, sepi," Asher mulai merengek.
"Iya sayang, kita pulang sekarang," Mylea bangkit dari duduknya kemudian berjalan bersama Asher atau lebih tepatnya mengikuti Asher, karena anak itu tengah menarik tangannya.
Baru sekitar sepuluh langkah ia berjalan, gadis itu menoleh.
Flash back on
"Sekalinya penjahat tetap penjahat," Rey membawa Mylea keluar dari kamar itu, meninggalkan Ferdi dengan luka parahnya.
Ferdi mulai merebahkan dirinya di lantai sambil memejamkan matanya.
Dia bodoh!
Dia sadar akan hal itu.
Mylea, gadis yang dicintainya kini mungkin akan pergi dari hadapannya untuk selamanya.
Dia si pria yang tak berhak mengucapkan kata maaf, bahkan memikirkannya saja ia tidak pantas.
Hidup dengan rasa bersalah yang selalu mengantui, penyesalan yang selalu menguasai hati dan pikirannya membuatnya semakin membenci dirinya dan terjerumus ke gelapnya lubang penyesalan.
Dia mulai memperhatikan Mylea. Kemanapun gadis itu pergi, Ferdi selalu berada tak jauh darinya.
Mylea tak pernah sadar akan kehadirannya, karena dia terlalu asik dengan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om. ✔[COMPLETED]
General FictionMylea Dewangga, gadis 16 tahun yang secara tiba-tiba dijodohkan oleh kedua orang tuanya diusianya yang masih belia. Hal itu tentu menjadi kesulitan dan pergumulan tersendiri bagi Mylea. Disaat teman-temannya memikirkan tentang pelajaran, dia harus m...