020

49.7K 2K 7
                                    

Setelah acara berakhir, kini hanya ada gue dan om Rey yang sedang duduk di taman belakang. Mama masih sibuk mengkoordinasi orang-orang yang membersihkan sisa pesta tadi.

"Kenapa ngeliatin saya kayak gitu?" tanyanya.

"Abisya om nyebelin!" kata gue sambil manyun.

"Udah saya bilang jangan manyun, kayak ikan" katanya sambil menyentil pelan bibir gue, gue hanya mengendus kasar.

Suasana kembali hening, hanya suara desiran angin malam dan jangkrik yang menemani kami.

"Berarti sekarang udah boleh dong" tanyanya ambigu sambil menatap gue dengan tatapan menggodanya membuat suasana yang semula hening jadi panas.

"Bo-boleh a-apaan?" tanya gue sambil menelan saliva gue.

Dia kemudian mendekatkan badannya ke arah gue masih dengan tatapan menggodanya "Om mau ngapain?" tanya gue sambil terus memundurkan badan.

"Menurut kamu saya mau ngapain?" tanyanya sambil menaikkan alis kanannya.

Shit. Dia udah berhasil menahan pinggul gue dengan tangan kanannya membuat gue gak bisa kemana-mana dan cuman bisa pasrah. Wajahnya makin dekat and.....

Dia mencium pipi gue.

Udah? gitu doang? Buset, cium pipi aja prosedurnya bikin jantungan.

Gue langsung mengendus kasar ketika dia melepas pinggul gue dan kembali duduk normal sambil tersenyum ke arah gue dengan wajah polosnya kayak gak terjadi apa-apa.

"Whoa, JINJJA DAEBAK CHEOROYO" kata gue sambil menatapnya.

"Apaan? saya gak ngerti" tanyanya.

"Gak ngerti kan?" tanya gue yang dijawab anggukkan oleh dia.

"Sama, saya juga gak pernah ngerti sama jalan pikir om. Abstrak" kata gue sambil bangkit berdiri dan pergi dari sana. Belum 5 langkah gue berjalan, tangan gue udah ditahan sama dia.

Seketika dia menarik gue ke arahnya dan menahan pinggul gue dengan tangan kanannya membuat badan kita tak berjarak. Gue menatap matanya yang sedang menatap lekat mata gue.

"Kamu gak perlu ngerti jalan pikir saya. Intinya saya sayang sama kamu" katanya sambil tersenyum.

fix, wajah gue pasti udah kayak kepiting rebus sekarang.

Adegan selanjutnya?

Gak usah ditanya, dia menawan bibir gue dengan lembut namun menuntut. Tangan kirinya yang semula nganggur langsung bergerak menahan tengkuk gue.

Gue memukul dadanya berkali-kali karena gue udah kesulitan bernapas, kemudian dia melepaskan pangutannya guna memberi jeda agar gue bisa bernapas.

Dia tersenyum ke arah gue, gue membalas senyumannya dan dia kembali menawan bibir gue.

Oke, kali ini gue maafkan berhubung udah legal ehehehehehe /plak/

----

Jangan lupa vote hehehe.

Om. ✔[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang