050

50.2K 1.5K 25
                                    

Sama halnya seperti dulu, kini Mylea hanya memperhatikan wajah Rey yang sedang terlelap.

Dia tampan dan sempurna seperti biasanya.

Mylea rindu dengan pemandangan ini.

Dia tak kuat menahan diri ketika melihat bibir lembut milik suaminya itu.

Sekejap dia mencium bibir itu singkat dan langsung kembali tidur.

Tak perlu izin untuk mencium suami sendiri kan?

Rey hanya menggulum senyum.

Dia tidak tidur, sedari tadi dia sadar.

Dia tau kalau wanita disampingnya ini memperhatikan wajahnya dan sesekali terkekeh kecil. Kekehan itu, dia rindu.

🌂

Mylea membuka matanya, Rey sudah tidak ada disana.

"Yah udah berangkat ke kampus" Mylea mengerucutkan bibirnya.

Dia segera bangkit dari kasur kemudian keluar dari kamarnya.

"Pagi"

Suara itu menyapanya, lembut.. Dia suka.

Rey sedang menggunakan jasnya dan hendak berangkat ke kampus.

"Saya berangkat dulu,ya. Jangan lupa sarapan" Rey tersenyum pada Mylea.

Gadis itu hanya mengangguk pelan sambil tersenyum kecil sementara Rey sudah sampai di depan pintu.

"Ah lupa" Rey berbalik sambil berjalan kembali ke arah Mylea.

Cup.

Satu kecupan manis di bibir Mylea.

Gadis itu terbelalak namun tak bisa dipungkiri kalau dia senang akan hal itu.

"Lupa pamit sama istri" dia mengeluarkan senyum yang sangat indah membuat siapapun yang disenyumi menjadi salah tingkah.

Setelahnya Rey benar-benar pergi.

🌂

Mylea's PoV

Gue lagi asik masak mie sampai bel rumah bunyi.

Gue segera mengehentikan aktivitas memasak gue dan membukakan pintu.

Ya.. Gue mendapati kedua orang tua gue.

Mama gue langsung memeluk gue erat sambil meneteskan air matanya.

Yah.. Lemah gue kalo liat mama nangis, sesebel-sebelnya gue sama kedua orang tua gue, gak tega liat mama meneteskan air mata.

Gue menyuruh mereka masuk terlebih dahulu.

Mie gue? Abaikan lah.

"Mylea, kamu udah gak apa-apa kan sekarang? Udah sehat kan?" mama begitu khawatir.

Gue mengangguk sambil tersenyum.

"Lea udah gak apa-apa kok ma" gue mengelus tangan mama yang sedari tadi menggenggami tangan gue.

"Maafin mama sama papa, Lea. Kami memang gagal jadi orang tua, maaf buat kamu merasa dijual dan gak dihargai.. Maafin kami gak terus terang waktu itu sama kamu. Jujur, kami takut kamu akan menolak perjodohan ini. Maafin kami ya,nak?" air mata mama gue kembali menetes deras.

Sumpah, gue gak tega.. Biar bagaimanapun wanita ini adalah wanita yang sudah melahirkan dan merawat gue sampai besar.

Gue bisa disini juga berkat kedua orang ini.

Gue gak mau dikutuk jadi batu karena durhaka sama orang tua.

"Iya ma.. Lea maafin mama sama papa. Lea sekarang udah gak apa-apa, jadi mama jangan nangis lagi" gue memeluk mama.

"Maafin mama nak" mama membalas pelukan gue.

"Lea udah maafin mama"

"Maafin papa juga, Lea" papa gue ikut memeluk gue.

"Iya, pa.. Lea udah maafin papa sama mama kok" gue membalas pelukan hangat mereka berdua.

Yah.. Memang... Kita tidak bisa membenci kedua orang tua kita,bukan? Walau kadang perlakuan mereka tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, mereka pasti akan memberikan yang terbaik kepada anaknya.

Mungkin, perjodohan ini adalah salah satu yang terbaik dan emang ini jalan yang Tuhan berikan.

Rumit memang kalau bicara soal rencana Tuhan, tapi memang seperti ini adanya. Kaca mata manusia hanya sebatas mata memandang, namun kaca mata-Nya lebih luas dari dunia ini.

Jadi, mungkin ini juga rencana Tuhan yang terbaik buat gue.



Om. ✔[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang