017

51K 2.1K 16
                                    


"WOY ADA HOT NEWS WOYY!!" teriak Mark sambil berlari masuk menghampiri gue,Irene dan Jackson yang lagi asik ngobr di kelas.

"Berisik,Mark! Berita apaan?" tanya gue sambil mengerutkan kening.

"Lo yang jadi beritanya"

Perkataan Mark membuat jantung gue seakan berhenti berdetak kemudian berdetak ratusan kali lebih cepat.

"Lo ada hubungan apa sama Pak Rey?" tanya Gladys, temen sekelas gue yang entah dari mana dia muncul.

Mati gue mau jawab apaa???!! Mau nangiss.

Gue tau cepat atau lambat semua kebohongan dan acting gue bakal kebongkar tapi gue gak menyangka bakalan secepat ini, bahkan disaat gue dan dia belum mengucapkan janji suci.

"Hubungan gimana?" tanya gue hati-hati agar tak terlihat gugup.

Gladys terkekeh.

"Kayaknya lo deh yang lebih tau hubungan lo sama Pak Rey, mengingat lo tinggal seatap sama dia" kata Gladys yang menohok gue.

Deg.

Skakmat gue gak bisa bilang apa-apa lagi.

"Hah? Seatap gimana? Lo tinggal sama Pak Rey?" tanya Irene bertubi-tubi.

Gue hanya terdiam dan menunduk. Gue kehabisan kata-kata.

"Kenapa gak jawab? Pernyataan gue terlalu sempurna?" tanya Gladys.

Air mata gue udah mengalir sekarang, semua orang memojokkan gue.

"Udah-udah! Lagian itu kehidupannya Lea, kalian gak usah urusin hidup orang kalau hidup kalian belom bener,pasti ada alesannya dia ngelakuin ini!" kata Jackson.

"Belain aja terus!" kata Gladys.

"Iya gue bela dia karena dia belum tentu bersalah, belum ada penjelasan dari dia. Mending bubar deh, gak ada gunanya kalian mau nyari tau kehidupan orang lain" jawab Mark yang membuat Gladys dan lainnya pergi dengan terpaksa disertai wajah gak enak.

Jackson langsung membawa gue ke dalam pelukannya dan menenangkan gue, begitu juga dengan Mark dan Irene.

Gue harap hari ini cepat berlalu.

🌂

Gue langsung pulang menggunakan ojek online dan menghiraukan pesan dari om Rey.

Ketika gue sampai rumah, disana masih sepi belum ada siapa-siapa. Gue memutuskan untuk masuk ke dalam kamar kemudian langsung mendekap kedua kaki gue dan air mata gue menetes begitu saja.

Gue sama sekali gak percaya, kebenaran ini bakal terungkap secepat ini. Ini pasti ulah degem-degemnya Pak Rey.

Gue gak tau mau naroh muka gue di mana sekarang, semua orang disekolah pasti sudah membicarakan hal-hal buruk tentang gue dan om Rey.

"Mylea?!"

Suara itu membuat gue mengangkatkan kepala.

Disana ada om Rey, berdiri menghadap gue dengan wajah paniknya. Dia langsung menghampiri gue dan menyeka air mata gue.

"Kamu gak apa-apa?" tanyanya dengan wajah khawatirnya.

"Om gak apa-apa?" tanya gue sambil membelai pipinya.

Gue terluka, tapi mungkin dia lebih. Dia akan disangka sebagai pedofilia yang menikahi gadis berusa 16 tahun, bagaimana dengan karirnya? disini gue gak boleh egois, karena biar bagaimanapun tanggungannya lebih berat.

Dia tersenyum miring dan lengsung membawa gue kedalam pelukannya.

"Saya gak apa-apa" katanya.

Gue melonggarkan pelukannya.

"Gimana kalau nanti om kehilangan pekerjaan? gimana kalu om dipecat? gimana ka-" dia menghentikan ucapan gue dengan jari telunjuknya.

"Saya gak apa-apa. Gak usah urusin saya, saya bisa mengatasinya sekarang yang penting kamu gak apa-apa dulu" katanya.

Disaat-saat gini dia masih memikirkan gue? pekerjaan dia adalah taruhannya.

"Gimana bisa saya gak ngurusin om? saya istri macam apa yang membiarkan suaminya mengalami kesulitan sendiri?" kata gue sambil kembali meneteskan air mata.

Dia malah terkekeh.

"Kenapa ketawa? saya serius" kata gue kesal.

"Kamu lucu ya kalau lagi kayak gini" katanya.

Eh si anjir, lagi begini malah bikin baper anak orang.

Om. ✔[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang