048

39.1K 1.4K 7
                                    

Mylea benar-benar seperti mayat hidup.

Dalam benaknya selalu terputar kejadian malam itu bahkan ketika dia tak menginginkannya.

Gadis itu tak menyangka, Ferdi orang sudah dia anggap sebagai tempat bersandarnya, melakukan hal sekeji itu dan membuatnya menjadi kotor.

Dia bisa dianggap sebagai seorang pembuhun karena dia telah membunuh jiwa gadis tujuh belas tahun ini.

Rey begitu khawatir karena selama tiga hari ini Mylea bahkan tak berbicara sepatah katapun padanya ataupun sekedar keluar untuk makan.

Kamar mereka kini menjadi takhtanya.

Orang tua gadis itu sudah berkunjung namun tetap, Mylea tak berkespresi dan tak mengeluarkan sepatah katapun.

🌂

"Le, udah tiga hari kamu gak makan. Kamu mau saya belikan apa?" Rey menghampiri Mylea yang tengah membungkus tubuhnya dengan selimut putih.

Gadis itu hanya menggeleng.

"Le, please makan. Saya gak mau liat kamu sakit, kamu cuman minum air aja dari kemarin, makanan kamu aja gak disentuh" Rey frustasi dengan kelakuan istrinya ini.

Dia memandangi Rey sebentar kemudian membuang pandangannya ke lain arah.

"Kalau kamu gak mau makan seenggaknya bicara, le" bujuk Rey.

Gadis itu mulai memjamkan matanya.

Rey menghembuskan napasnya kasar.

Dia tidak bisa marah, keadaan kadis ini lebih dari sekedar menyedihkan.

Dia hancur, Rey tidak mungkin membentak gadis ini kan?

🌂

Malamnya, Rey masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.

Dia membuka pintu perlahan dan mendapati Mylea sedang membaca salah satu novel miliknya dan di nakasnya dia melihat gelas susu yang kosong.

Rey menggulum senyum, sekarang gadis itu sudah mau melakukan aktivitas yang lain dan meminum susu buatannya.


Gadis yang sedari di tatap itu rupanya perlahan sadar akan kehadiran sosok lain di dekat pintu.

Dia menatap Rey dan segera menutup bukunya kemudian kembali menenggelamkan dirinya di selimut.

Rey segera menghampirinya.

"Lanjutin aja bacanya, saya cuman mau tidur"

Tapi gadis itu tak merespon perkataan Rey.

Gadis itu sebenarnya sangat ingin membuka mulutnya, dia sangat ingin berteriak menjadi gadis normal seperti sedia kala.

Dia ingin makan, ingin minum, ingin jalan-jalan. Dia bosan berada dikamar dan mengunci diri dari dunia.

Namun, batinya terasa sangat berat. Batinnya selalu berkata bahwa dia kenyang, dia tidak haus, dia tidak bosan.

Rey ikut memasukkan tubuhnya dengan selimut.

Mata mereka bertemu.

"Le, saya rasa saya harus jelasin semuanya sama kamu karena saya ingin kesalahpahaman ini berakhir"

"Saya gak minta kamu merespon tapi tolong dengarkan saya, sekali ini saja" Rey menatap sendu gadis itu.

Gadis itu tak memalingkan wajahnya, dia tetap memandang Rey seperti saat mata mereka bertemu tadi.

Om. ✔[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang