032

45.4K 1.8K 43
                                    

Thx for 20K readers🙆🙆

Suara itu membuat gue berbalik.

Gue melihat Om Rey menghampiri gue dengan wajah marahnya. Dia dengan sigap menarik tangan gue menjauh dari kantin

"Kita pulang"

Gue masih gak ngerti sama perlakuannya yang terbilang kasar ini. Terakhir kali dia kayak gini waktu gue telat pulang kala itu.

Dia benar-benar marah, terlihat dari caranya mengendarakan kendaraan roda empat berwarna putihnya ini.

Gue hanya bisa menutup mulut gue rapat-rapat.

🌂

"Om lepasin, sakit" rintih gue karena dia narik tangan gue dari parkiran sampe apartment kami, bahkan dia gak melepas genggamannya saat naik lift.

Dia melepaskan gue setelah berada di ruang tamu.

Dia berkacak pinggang menghembuskan napasnya. Sepertinya dia akan marah besar.

"Om kenapa?" tanya gue karena heran akan sikap kasarnya.

"Saya kecewa sama kamu"

"Kamu tau siapa yang kamu tampar tadi?" tanyanya.

"Oh, jalang itu?" gue mengendus.

"Jaga ucapan kamu Lea!!" dia meneriaki gue.

Gue ulangi. Dia meneriaki gue.

"Kenapa om semarah itu?! Dia siapanya om? Siapa dia dimata om?!" gue jadi ikut menaikkan suara dengan mata yang berkaca-kaca.

Gue bingung, kenapa dia bisa jadi sekasar ini.

Om Rey mengacak rambutnya kasar.

"SAYA GAK BISA HIDUP TANPA DIA!"

Air mata gue benar-benar tumpah sekarang.

Gue menatap dia dengan tatapan kecewa.

Hati gue yang sudah sakit karena mengetahui kenyataan soal perjodohan kini makin hancur karena pernyataan Om Rey.

"Dia alasan saya masih hidup sampai sekarang" Om Rey mengubah nada bicaranya menjadi lebih rendah.

Oke. Memang cuman gue yang jatuh cinta disini.

Dia bahkan gak pernah memainkan hatinya dalam hubungan ini.

Setelah dia tau soal perjodohan, dia memainkan perasaan gue supaya gue mau bersamanya padahal kenyataannya dia tak menginginkan itu.

Lucu.

Gue jadi pengen ketawa.

Semuanya lucu. Hanya permainan. Cuman gue aja yang menganggapnya terlalu serius.

Gue tersenyum miris setelahnya.

Dia masih terengah, mengatur napasnya setelah penuturannya tadi.

Gue mengangguk, gue cukup mengerti maksud dari kalimat 'Dia alasan saya hidup sampai sekarang'.

Tanpa pikir panjang, gue langsung keluar dari sana.

Gue rasa semuanya sudah cukup. Gue muak dengan semua sandiwara ini.

Entah gimana mereka bisa membuat skenario ini menjadi terlalu nyata, sehingga gue buta akan letak kebohongannya.

Mama dan papa berhasil.

Dan Om Rey,

Kamu berhasil membuat saya jatuh cinta karena tuturmu dan juga membuat saya membencimu karena hal yang sama.

Sorry karena pendek chapternya 🙏

Om. ✔[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang