Gue membuka mata gue yang masih bisa dibilang cukup berat. Hal pertama yang gue lihat adalah sebuah televisi di depan kasur serta benda bundar yang berdetik.
Awalnya gue gak tau ini dimana, tapi setelah melihat tangan gue yang terinfus gue tau ini dimana.
Di rumah sakit.
Gue gak tau kenapa gue bisa disini, gue gak ingat apa-apa. Yang gue tau, gue hanya tertidur.
Ruangan sangat sunyi, hanya punyi dentingan jam dan bunyi alat yang mengeluarkan bunyi teratur.
"Mylea?"
Itu suara mama.
Gue menoleh dan tersenyum.
Selanjutnya? Jangan tanya. Mama gue udah heboh dan triak-triak manggil dokter padahal tinggal pencet bel suster aja pasti dateng.
Ya, akibat mama gue triak-triak masuklah lima suster beserta satu dokter dengan wajah panik.
"Ada apa,bu?" tanya salah satu suster.
"Anak saya sudah sadar dok!" pekik mama gue senang.
Dokter memeriksa gue, pokoknya semua diperiksa dan gue dinyatakan bebas dari masa koma.
"Selamat ya, bu. Dan Mylea, selamat ya kamu sudah melewati masa koma," dokter itu tersenyum.
Gue baru lega sampai gue teringat sesuatu.
Anak gue.
"Ma, anak Lea mana??? Kok Lea gak hamil lagi???" gue panik setengah mati.
Gue udah mau nangis aja ini.
"Tenang, anak kamu sudah diangkat waktu kamu kecelakaan dua bulan yang lalu.. Dia sehat," Jelas dokter yang membuat gue lega.
Gue lega, tapi gak sepenuhnya.
Mana suami gue? Mana Om Rey? Kenapa dia ga disini? Dia gak kenapa-kenapa kan?
☔
Sudah seminggu setelah gue keluar dari rumah sakit.
Selama dua bulan gue di alam yang gue juga tidak tahu pasti, karena hanya ada ruangan putih tanpa batas.
Gue bersyukur bisa kembali melihat banyak warna, setelah gue hanya melihat putih tanpa tahu kemana gue harus keluar.
"Ma, anak aku mana?" Tanya gue saat samai rumah.
"Ada di kamarnya," jawab mama.
Dengan cepat gue langsung menuju kamar anak gue.
Air mata gue dengan sendirinya mengalir, gak tau kenapa.
Anak gue lahir prematur delapan bulan, masuk inkubator selama dua minggu dan sekarang dia udah baik-baik aja.
Gak tau lagi gimana cara gue berterima kasih sama yang kuasa karena dia udah kasih kesempatan gue liat anak gue, walau sekarang suami gue gaada.
☔
Author's PoV
Mylea sudah biasa sendiri sekarang. Dia bisa merawat Asher, buah hatinya seorang diri.
"Le, udah mama aja yang cuci piring. Kamu mending istirahat. Wajah kamu pucat," Ibunya Mylea mengusap wajah putrinya itu.
"Santai ma, resiko jadi ibu rumah tangga. Nanti kalo Lea udah balik lagi ke rumah Lea kan sendiri," Mylea tersenyum tipis.
Ibunya sudah tidak bisa berbicara banyak. Tepatnya, dia tidak tahu harus berkata apa.
Sebagai reaksi, dia hanya tersenyum meng-iya-kan perkataan anaknya.
"Tapi, kalau cape gak usah dipaksain. Kamu masih belum sehat," ucap mamanya yang dijawab sebuah anggukkan oleh Mylea.
Setelah mencuci piring, Mylea kembali ke kamarnya untuk mengurusi anaknya.
Berat memang, dia gadis muda yang harus mengurus anaknya sendirian.
Mylea menatap anaknya yang sedang terlelap sambil mengusap pipi anaknya itu pelan.
"Om, Lea kangen," ucap Mylea lirih dan tanpa sadar air matanya kembali mengalir.
Hanya air mata yang bisa menjadi sarana pertumpahan segala emosi yang menyelinuti gadis itu.
Dia tak bisa banyak berkata-kata.
Hujan mulai turun, rintiknya semakin lama semakin seirama dengan turunnya bulir hangat dari mata Mylea.
Derasnya hujan dan gemuruhnya petir seolah menggambarkan perasaan Mylea.
Hatinya juga bergemuruh.
Dia rindu.
Dia berharap dapat melihat Rey ketika matanya baru saja terbuka, ketika dia melihat kembali warna-warna.
Namun sepertinya takdir tak sependapat dengannya.
Mengapa waktu begitu kejam? Dia membiarkan Mylea mendengar suara Rey namun tidak dengan melihat sosoknya.
Mylea, dia hanya berharap Rey akan datang bersamaan dengan hujan disini.
----
Omg, another sorry for super duper late update.
Honestly, gue ga buka wattpad sama sekali bcs gue super sibuk dan lagi banyak tugas bgt jadi... Gue gak update apa"
Maaf buat kalian kecewa.. Maaf bgt..
KAMU SEDANG MEMBACA
Om. ✔[COMPLETED]
General FictionMylea Dewangga, gadis 16 tahun yang secara tiba-tiba dijodohkan oleh kedua orang tuanya diusianya yang masih belia. Hal itu tentu menjadi kesulitan dan pergumulan tersendiri bagi Mylea. Disaat teman-temannya memikirkan tentang pelajaran, dia harus m...