13➡Terlambat 2

3K 160 10
                                    

Killa menarik sebuah senyuman dibibirnya. Ia merasa lega jika sudah bercerita pada seseorang.

"Kok gue jadi curhat sih." Ucap Killa dengan terkekeh sambil menghapus air matanya pelan.

Panji terus memperhatikan Killa hingga sebuah pertanyaan yang dapat membuat Panji tersadar dari lamunannya.

"Kok lo sayang banget sih sama Zaskia?" Tanya Killa pada Panji.

Panji yang semula menatap Killa memalingkan wajahnya kearah danau lagi.

"Zaskia? Ehm, gue gak sayang kok sama dia." Ucap Panji.

Killa mengernyit heran. "Terus kenapa lo gak suka banget kalo Zaskia sama Vino?"

"Karna gue gak pengen Zaskia bahagia." Ucap Panji.

"Maksud lo?" Tanya Killa.

Panji memasang wajah kecewa. "Lo gak bakal ngerti La."

"Tapi Nji, kok lo tega sih buat Zaskia seperti itu." Ucap Killa.

"Gue tau gue jahat. Gue orang yang gampang emosian dan gampang main tangan ke semua orang, meskipun itu perempuan. Tapi, itu semua ada sebabnya, dan lo gak harus tau apa sebabnya itu." Ucap Panji.

Killa menghela nafas panjang.
"Bener kan kata gue? Semua lelaki itu sama." Ucap Killa yang membuat Panji diam.

"Kalian para cowok itu gak pernah tau rasanya jadi perempuan. Karna lelaki itu inginnya cuma menang sendiri, dan kalo lagi emosi, mereka gak pernah berfikir jernih. Yang mereka pikirin hanya bagaimana caranya mereka melampiaskan rasa kesalnya itu. Entah kesiapapun orangnya itu." Ucap Killa sambil menghela nafas.

"Tapi, setiap perbuatan itu ada sebabnya La. Dan gak semua laki-laki itu sama." Ucap Panji.

Killa tertawa hambar. "Apa buktinya kalau lelaki itu gak sama?"

Panji menghela nafas panjang. "Bokap gue."

Killa menaikkan alisnya sebelah.

"Bokap gue selalu sabar ngadepin mama yang udah nyelingkuhin beliau. Papa gak pernah berfikir buat nyeraiin mama, meskipun ia tau kelakun brengsek mama." Ucap Panji sambil menghela nafas berat. "Karna papa gak mau pisah sama mama dan ngebuat gue jadi trauma. Tapi apa? Mama malah nyeraiin papa, padahal papa sudah sangat sabar menghadapi mama." Ucap Panji.

Killa diam.

"Jadi, gue seperti ini. Gue gak percaya sama semua perempuan. Gue gak percaya kalau didunia ini ada cinta yang tulus. Dan perempuan itu pandai menutupi semua dengan wajah polosnya." Ucap Panji.

Killa terkekeh pelan, ia ingin mencairkan suasana. Meskipun sebenarnya ia merasa sangat sedih.

"Kita sama ya." Ucap Killa.

Panji mengernyit.

"Gue benci laki-laki, dan lo benci perempuan." Ucap Killa.

"Mungkin kita bakal jadi jomblo seumur hidup kali ya." Ucap Killa lagi.

"Mau berubah bareng gue?" Ucap Panji yang membuat Killa melotot.

"Berubah buat ngilangin kepercayaan kita itu." Ucap Panji.

Killa terdiam. Ia ingin merubah kepercayaannya itu, tapi ia takut kalau yang difikirkan itu benar.

"Kita sama-sama berubah." Tambah Panji.

Killa tersenyum.

⬇⬇⬇

Vino memantul-mantulkan bola basket dengan sangat keras. Ia ingin meluapkan emosinya pada bola basket yang ada ditangannya saat ini.

PakillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang