39➡ Sang Rembulan

2.1K 106 10
                                    

Biarkan aku disini menjadi bulanmu. Meskipun kita tak bisa bertemu, namun sinarku akan selalu menerangi malam sepimu.

Vino Alexen

Berita tentang penembakan Panji kepada Killapun sudah merebak keseluruh penjuru siswa-siswi Sma Gading maupun Sma Mulia.

Killa menyesal karna telah  bercerita keketiga sahabatnya, karna mereka ternyata sangat ember tidak seperti yang Killa bayangkan. Karna menurut mereka, kabar itu adalah kabar gembira karna Panji sang pangeran dari Sma Mulia menembak Killa, putri dari Sma Gading.

Sedangkan Panji malah bangga dengan menyebarnya berita tentang dirinya tadi. Tapi yang membuat Panji miris adalah pernyataan kalau Panji masih digantungkan oleh Killa. Dan Panji berniat untuk menembak Killa sekali lagi dirumah Killa nanti sepulang sekolah.

Tapi, tanpa mereka sadari ada hati yang patah atas datangnya berita itu.

Vino duduk digudang tempat penyimpanan barang-barang basket disekolahnya. Ia duduk bersipuh sambil menatap langit-langit ruangan itu yang dipenuhi jaring-jaring laba-laba.

Tempat itu sepi, jadi sangat nyaman untuk Vino terdiam disana sambil menuangkan kekecewaannya pada takdir.

Vino merasa kecewa pada takdir. Kenapa harus Panji yang jadi pacar Killa? Padahal Vino lah yang sudah lama mencintai Killa. Sedangkan Panji hanya orang kemarin sore yang baru sadar akan keistimewaannya Killa.

Vino menghela nafas dalam untuk menetralkan emosinya.

Berita yang menyebar diSma Gading, Killa telah menerima cinta Panji. Dan hal itulah yang membuat kekuatan Vino sebagai pria sejati runtuh. Vino meneteskan air matanya untuk yang kesekian kali karena Killa.

*brak*

Tangan Vino meninju keras meja yang ada didekatnya hingga membuat bola-bola basket yang disusun rapi diatas meja tersebuat jatuh dan berserakan dilantai.

"Kenapa La?" Gumam Vino dengan suara berat.

Vino masih belum bisa melihat Killa jatuh ditangan orang lain. Karna menurut Vino, hanya Vino lah yang dapat menjaga dan menyayangi Killa sepenuh hati. Bukan Panji, si cowok emosian.

Vino menelungkupkan wajahnya diantara tekukan kedua lututnya. Ia masih perlu meredam emosinya disini, daripada dikelas ia akan marah-marah tidak jelas seperti saat ia ditolak Killa dulu.

♣♣♣

Sedangkan diluar ruangan yang Vino tempati untuk merenung tadi. Killa sedang bergidik ngeri karna ia tiba-tiba mendengar suara gubrakan meja.

Killa habis dari ruang guru, tapi tadi ia kebelet. Jadi mampir ketoilet yang dekat dengan ruangan dimana tempat Killa berdiri sekarang.

Killa takut. Apakah didalam ada setannya? Atau jangan-jangan ada pertarungan? Atau ada cewek yang dianiaya pacarnya?

Dengan sedikit takut dan penasaran. Killa memberanikan diri untuk membuka ruangan sepi dan sedikit gelap itu.

Killa mengambil sapu yang ada didekat pintu masuk itu. Karna sapu itu akan Killa gunakan untuk memjaga diri apabila ada seseorang jahat yang menyerangnya.

Kemudian Killa melangkahkan kakinya perlahan dengan tatapan mata yang mengedar keseluruh penjuru ruangan itu.

Killa terdiam. Tubuhnya merasa melemas hingga sapu ditangannya terjatuh dan meninbulkan suara nyaring ditempat itu. Yang membuat Vino tadinya menunduk menjadi mendongak, mencari tau siapa yang membuat kebisingan itu.

"K-kak Vino?" Panggil Killa sedikit terbata. Sebenarnya ia masih belum ingin bertemu Vino karna berita yang menyebar tadi. Karna ia masih belum menyiapkan jawaban yang pas kalau Vino bertanya 'kenapa'.

Vino yang semula duduk langsung berdiri dan berjalan pelan kearah Killa.

"Ngapain kesini? Sendiri lagi, nggak takut?" Tanya Vino.

Killa hendak menjelaskan dan membuka mulutnya, namun Vino langsung berbicara lagi.

"Oh nggak takut? Apa emang selama ini takut lo itu cuma pura-pura? Biar semua orang respeck ke elo?" Ucapan Vino yang menohok hati Killa.

Killa membelalakkan matanya, karna ucapan Vino yang sangat kasar itu.

"Maksud lo apa?" Ucap Killa mencoba memberanikan diri.

"Apa sebenarnya lo emang nggak takut pacaran? Apa trauma itu cuma akal-akalan lo doang? Biar lo bisa nolak gue? Iya?" Ucap Vino sambil tersenyum miris, semiris hatinya yang teriris.

"Kalo nggak suka sama gue bilang aja. Nggak usah pake alasan lo trauma, kalo nyatanya trauma itu nggak ada." Ucap Vino melontarkan kekecewaannya sekali lagi.

"Ma-af." Gumam Killa dengan air mata yang sudah membendung dimatanya.

"Gue bisa jelasin." Ucap Killa sekali lagi.

Vino tertawa hambar. "Udah La, nggak papa kok. Gue nggak bakal tanya kenapa lagi, karna gue takut. Nantinya gue bisa jadi bukan siapa-siapa buat lo."

Vino mengusap rambut panjang Killa lembut.

"Gue emang trauma. Tapi, gue juga nggak tau kenapa gue bisa nyaman sama Panji si cowok kasar. Bukan sama lo, sang malaikat pelindung gue." Ucap Killa yang sekarang ia sudah tak bisa membendung air matanya.

Usapan Vino turun kepipi Killa dan menghapus air mata Killa.

"Sorry kalo omongan gue tadi nggak pantes buat lo. Sorry, gue emang kecewa sama takdir, bukan sama lo." Ucap Vino.

"Tapi, biarin gue disini menjadi sang rembulan buat lo. Meskipun kita nggak bisa bersama, tapi gue bakal selalu jadi penerang dimalam sepi lo."

🔜🔜🔜

Jangan lupa vomment yak.

Ngefeel nggak?
Kayaknya kagak deh. Hehe

PakillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang